Menuju konten utama

Buruh Jasa, Kerja demi Kenyamanan Perayaan Tahun Baru Orang Lain

Fajar Zuli dan Ario Nugroho cuma contoh kecil kalau kenikmatan perayaan pergantian tahun bisa ada karena orang-orang yang bekerja di sektor jasa. Mereka bekerja untuk kenyamanan orang lain.

Buruh Jasa, Kerja demi Kenyamanan Perayaan Tahun Baru Orang Lain
Pesta kembang api menyemarakkan pergantian tahun di Pantai Lagoon Ancol, Jakarta, Selasa (1/1/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id - Apa yang dihasilkan para buruh di sektor jasa memang bukan barang yang bisa langsung dipakai. Meski begitu manfaatnya jelas terasa dan penting. Tanpa orang-orang ini, misalnya, perayaan tahun baru tadi malam bisa jadi tak bakal lancar.

Salah satu yang bekerja di sektor tersebut adalah Ario Nugroho. Dia bekerja sebagai Junior Optimazation. Ini tugasnya memastikan kinerja dan sinyal internet bebas dari gangguan selama malam tahun baru 2019. Hidup-matinya jaringan internet, khususnya di kawasan AEON Tangerang, ada dalam genggaman Ario.

"Kalau enggak ada saya, mereka enggak bisa live Instagram," ujarnya kepada reporter Tirto sembari tertawa.

Kemarin, dia harus tetap kerja sampai pukul 00:00. "Saya ambil longshift. Masuk jam 08.00 sampai 16.00, lanjut sampai 00.00."

Lembur saat perayaan malam tahun baru bukan barang baru buat Ario. Dia pernah juga absen dari keriaan bersama keluarga ketika tahun pertama bekerja. Malah waktu itu dia harus terjun ke lapangan. Kalau sekarang lemburnya di kantor.

Karena ritme kerja yang seperti itu, tak jarang Ario ditegur keluarga.

"[keluarga bilang] 'lu bukannya di rumah, orang ada acara sama saudara, malah lu kerja.' Digituin [saya]," ujarnya. "Mau bagaimana lagi mak?" jawab Ario.

Seandainya bisa memilih, sudah pasti berkumpul bersama keluarga jadi prioritas ketimbang lembur.

Pada hari pertama di bulan Januari 2019, Ario juga tidak libur. Dia harus kembali bekerja pada pukul 16.00 nanti.

"Kuat-kuatin deh," katanya.

Merayakan Tahun Baru di Pintu Air

Tiba-tiba saja sore kemarin kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, diguyur rintik hujan, setelah siang sebelumnya mendung dan disertai angin semriwing.

Para anggota Satgas Pintu Air Manggarai yang berjumlah kurang dari dua puluh orang segera merapat ke pelataran kantor sekretariat. Mereka berteduh sembari ditemani kopi kemasan dalam gelas plastik.

Di dalam sekretariat ada Fajar Zuli yang masih sibuk dengan berkas-berkas laporan tinggi muka air Sungai Ciliwung. Fajar adalah salah dua operator Pintu Air Manggarai yang bertugas Senin kemarin, atau pada saat semua orang sibuk mengurusi keperluan perayaan tahun baru.

"Alhamdulillah. Masih relatif normal. Masih di bawah 750 [centimeter]," ujarnya.

Fajar bertugas memantau ketinggian air. Dia akan melaporkan itu saban satu jam sekali ke kantor Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta. Dengan kata lain, dialah yang paling pertama tahu apakah Jakarta terancam banjir atau tidak. Tanpa informasi dari dia, otoritas terkait tak bakal melakukan apa-apa.

Sebagai petugas yang wajib memantau situasi Pintu Air Manggarai beserta Sungai Ciliwung, Fajar sudah akrab bekerja tanpa henti. Dia terbiasa bekerja 24 jam sehari dan libur keesokan harinya.

"Mau Natal, Lebaran, apalagi tahun baru harus tetap bekerja," ujar pria yang sudah mendedikasikan hidupnya selama lima tahun di Pintu Air Manggarai ini.

Tak berapa lama kemudian dua orang petugas Satgas masuk ke ruangan. Mereka kemudian menghitung lembaran uang hasil iuran sukarela dari yang bertugas hari itu.

Uang itu dipakai untuk membikin kegiatan sederhana: bakar-bakar daging. Mereka ternyatatak lupa kalau pergantian tahun tetap perlu dirayakan.

"Saya ikut saja," ujar Fajar.

Baca juga artikel terkait TAHUN BARU 2019 atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Rio Apinino