Menuju konten utama

Bunuh Diri Sulli dan Kejamnya Jempol Warganet Korea

Sulli bukan mati bunuh diri. Dia dibunuh oleh komentar-komentar jahat yang diterimanya sepanjang karir.

Bunuh Diri Sulli dan Kejamnya Jempol Warganet Korea
Sulli SM Entertainment. Twitter/SMTOWN

tirto.id - Di tengah gemerlapnya panggung hiburan Korea Selatan tersimpan bobrok perilaku seksis dan insensitifitas soal penyakit mental para idol.

Kematian Sulli, mantan anggota girl group f(x) menjadi tamparan keras bagi warganet, terutama yang tinggal Korea Selatan (Knetz). Sulli, memang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, tapi aksinya dipicu depresi akibat ujaran kebencian yang tak pernah surut ia terima.

Selama ini, Sulli termasuk dalam jajaran idol perempuan yang sering panen hujatan. Bahkan ketika perempuan bernama asli Choi Jin-ri ini mengaku memiliki gejala penyakit mental, Knetz masih menganggap ia cuma cari perhatian publik.

“Dulu waktu di f(x) dia kelihatan sangat lugu, tapi sekarang binal.”

“Sampai berani nggak pakai bra gitu, kayaknya dia mabuk deh.”

“Harusnya kamu mati lebih cepat.”

Begitu kira-kira hujatan yang jamak ditemui di media sosial milik Sulli. Komentar-komentar itu datang ketika Sulli dipandang gagal memenuhi tuntutan terhadap idola perempuan untuk tampil sopan, lemah lembut, tunduk pada norma konservatif, dan berhati bak malaikat.

Di saat yang sama, mereka harus menampilkan citra tubuh sempurna, putih, langsing, cantik. Jika melenceng dari standar umum, para idol ini tak akan henti diserang oleh Knetz. Ketika bergabung di f(x), citra diri Sulli dibentuk sebagai gadis yang lugu dan periang. Di setiap unggahan media sosialnya pun, gadis ini tak pernah terlihat bersedih.

Pembentukan citra seperti ini lazim dilakukan agensi untuk memenuhi ekspektasi pasar. Bahkan sehari sebelum hari kematiannya, Sulli masih terlihat ceria menjalani pemotretan untuk salah satu merek tas ternama. Tapi pernah suatu saat Sulli mengatakan ia tertekan berada di f(x) dan tak punya rasa percaya diri.

“Aku capek, merasa sendirian, dan nggak ada yang peduli.”

Satu-satunya teman yang bisa diajak ngobrol di grup itu hanyalah Krystal. Di f(x), ada tiga anggota selain Sulli dan Krystal, yakni Victoria, Luna, Amber. Sebelum akhirnya memutuskan hengkang dari grup pada tahun 2015, Sulli sempat hiatus selama lebih dari setahun karena kesehatan mentalnya bermasalah.

Hujatan Itu Membunuh Sulli

Sulli tak henti mengigit ujung jempolnya, dengan mata bengkak, muka merah, dan raut wajah layu menahan tangis, gadis itu membaca komentar-komentar jahat. Begitulah Sulli, tertekan dan terluka setiap mendapat cibiran dan hujatan dari para pembenci. Dilansir dari Yonhap, pada Senin, (13/10/2019) ia tewas gantung diri akibat depresi akut. Hari ini Sulli dimakamkan secara tertutup.

Pihak keluarga tak mau ada peliputan berlebih terhadap pemakaman Sulli. Sebelum membuat keputusan ekstrem untuk gantung diri, gadis kelahiran tahun 1994 itu sejatinya sempat melakukan siaran langsung di Instagram dan meminta warganet menghentikan hujatan kepadanya.

“Aku bukan orang jahat, kenapa kalian begitu padaku? Sebut satu saja alasan yang bikin aku layak diperlakukan begini,” katanya dengan suara parau.

Setelah keluar dari f(x), Sulli menerima lebih banyak komentar jahat. Agaknya Knetz kaget terhadap citra yang ditampilkan Sulli, yang sangat berbeda sebelum ia berada di dalam grup. Dalam beberapa kesempatan, gadis itu memang terlihat menikmati hidup dan membuat unggahan pesta bersama teman-temannya. Ia bahkan berani bilang sedang menjalin hubungan dengan rapper Dynamic Duo, Choiza.

Tapi, lagi-lagi yang dia dapat adalah hujatan. Knetz menganggap Sulli salah pilih pasangan karena Choiza bukanlah selebritas papan atas seperti dirinya. Mereka bahkan membikin rumor bahwa Choiza cuma memanfaatkan popularitas Sulli dan menjadikannya perhiasan semata.

Infografik Bahayanya Hujatan Netizen

Infografik Bahayanya Hujatan Netizen. tirto.id/Quita

Choiza dan Sulli akhirnya memutuskan untuk berpisah pada 2017. Pada periode perpisahannya, Sulli kedapatan melukai diri sendiri saat sedang mabuk. Dengan beragam tanda-tanda depresi yang ditunjukkan oleh Sulli, warganet bukannya bersimpati dan memberi dukungan. Mereka malah semakin giat merisak.

Apalagi ketika di tahun yang sama, Sulli memutuskan beradu peran dengan aktor Kim Soo-hyun dalam lakon Real. Warganet menganggap adegan badan keduanya terlalu vulgar dan Sulli terlalu berani tampil tampil telanjang dada. Tapi anehnya, dalam kasus tersebut cuma Sulli yang dihujat. Publik justru bersimpati kepada Soo-hyun karena citranya jadi rusak akibat bermain di film ini.

Selebritas perempuan di Korea Selatan menanggung beban ganda karena kultur patriarki masih bercokol kuat. Korban kekerasan seperti Goo Hara bahkan harus tetap berjuang melawan hujatan. Goo Hara adalah sahabat dekat Sulli. Ia pernah melakukan percobaan bunuh diri di tahun 2018 akibat depresi.

Terakhir, hujatan menyasar Sulli ketika ia mengkampanyekan aksi tidak memakai bra demi kesehatan.

“Murahan banget, dasar pelacur nasional,” begitu bunyi salah satu komentar kepadanya.

Gadis ini sempat mau menuntut orang yang berkomentar jahat padanya. Tapi urung karena setelah diselidiki, orang tersebut berkuliah di universitas bagus. Sulli tak mau menghancurkan masa depan orang dengan gelar kriminal akibat komentar jahat.

Adakah Perubahan Kultur Setelah Kematian Sulli?

Industri hiburan di Korea Selatan memang terkenal keras dan kejam. Untuk menjadi idol terkenal, calon idol harus punya paket komplit: berbakat, menarik, dan berkepribadian baik.

Sebelum debut, mereka harus melalui masa pelatihan ekstrem untuk belajar peran, vokal, menari, dan bahasa. Setelah debut pun mereka dikekang oleh beragam tuntutan citra diri dan aturan agensi, misal tidak boleh berpacaran selama masa karir dan jatah libur yang sedikit. Jika melenceng sedikit saja, habislah mereka dihujat publik.

Kondisi tersebut jelas membuat mental banyak selebritas Korea terganggu. Sudah banyak di antara mereka yang depresi, melakukan percobaan bunuh diri, atau malah mengakhiri hidup karena beragam tekanan itu. Sebelum Sulli, pada tahun 2017, SM Entertaiment juga kehilangan Kim Jong-hyun, vokalis SHINee karena depresi.

Tapi dengan banyaknya kasus bunuh diri akibat depresi, warganet tak juga kapok. Baru-baru ini setelah kematian Sulli, gantian mantan pacarnya, Choiza, yang mendapat perundungan. Knetz ramah-ramai menyalahkan Choiza atas kematian Sulli. Di akun Instagramnya, Knetz bilang hubungan Choiza-Sulli adalah salah satu penyebab Sulli mendapat komentar jahat dan berakhir bunuh diri.

Tapi di sisi lain, untungnya ada juga kelompok yang sadar bahwa perundungan dan komentar jahat bisa membunuh orang, karenanya perilaku itu harus dihentikan. Mereka mendesak aturan bermain media sosial di Korea dibentuk.

Bahkan muncul beberapa gerakan untuk memboikot beberapa situs berita seperti Allkpop, Koreaboo, Netizenbuzz, Pannchoa, Soompi, dan banyak lagi karena sering menyebarkan berita negatif selebritas. Sebagian publik juga mendorong disediakannya layanan kesehatan mental di tiap agensi untuk menangani depresi selebritas.

Usulan ini turut didukung selebritas seperti Dongwan Shinwa. Bahkan ia membenarkan selama ini isu kesehatan mental kurang mendapat perhatian serius di industri hiburan Korea.

“Banyak junior menahan sakit hatinya dan pura-pura tersenyum, lalu para pengedar menawarkan psikotropika...sementara perusahaan besar malas mengambil tindakan.”

Parlemen Korea juga ikut bergerak mengusulkan rancangan undang-undang untuk melawan pelaku ujaran kebencian. Rancangan undang-undang tersebut diusulkan oleh sembilan anggota Majelis Nasional, seratus organisasi pekerja, dan dua ratusan selebritas Korea. Rencananya aturan ini akan diusulkan di awal bulan Desember nanti.

Semoga kasus Sulli menjadi titik balik perubahan kultur intoleransi terhadap kesehatan mental di Korea, dan semoga tak ada lagi yang harus kehilangan nyawa akibat buasnya ujaran kebencian.

======

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Baca juga artikel terkait K-POP atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Windu Jusuf