tirto.id - Peringatan Hari Buruh di pertigaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa (1/5/2018) sore berujung ricuh. Peserta aksi bentrok dengan warga dan aparat dan kemudian polisi menangkap para peserta aksi.
Humas Polda DIY, AKBP Yulianto menyampaikan, setelah insiden tersebut polisi menangkap 69 orang terdiri dari 59 laki-laki dan 10 perempuan.
"Aksi tidak dilaporkan ke Polsek setempat, tidak ada pemberitahuan lebih dulu ke polisi," kata Yulianto kepada media, Selasa petang.
Sejumlah peserta aksi juga melakukan pembakaran pos polisi di tempat tersebut. "Massa aksi sudah menyiapkan molotov," terang Yulianto.
Para peserta aksi yang ditangkap kepolisian kini sudah mendapatkan bantuan hukum dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta.
Mada Pudyatama dari LBH Yogyakarta membenarkan bahwa ada lebih dari 60 orang yang ditangkap. "Tapi masih kita cek lagi, kita masih berupaya masuk," ujar Mada saat dikonfirmasi Tirto.
Aksi yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa yang tergabung dalam GERAM (Gerakan 1 Mei) ini menuntut kepada pemerintah untuk menurunkan harga BBM, memperbaiki upah pekerja, mencabut Perpres 20/2018 tentang Tenaga Kerja Asing, menolak pembangunan Bandara Kulon Progo, menolak Sultan Ground dan Pakualaman Ground dan mencabut nota kesepahaman perbantuan TNI ke Polri.
Menurut Arfian, demo berlangsung ricuh saat sejumlah "warga dan preman" melempari peserta aksi yang terdiri dari 200an orang dengan batu.
"Kami bentrok dengan warga, preman, polisi berbaju preman. Polisi tak melerai," terang salah satu peserta aksi, Arfian kepada Tirto.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH