tirto.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan menggandneg Indonesia Investment Authority (INA) untuk mendanai pembangunan infrastruktur di luar utang.
Pembentukan INA pada Februari 2021 merupakan amanat dari UU Cipta Kerja. Salah satu target INA adalah menghimpun investasi dari luar negeri. Target INA antara lain mengelola aset senilai US$24,5 miliar.
"Ini bertujuan untuk menghimpun pendanaan dan investor terhadap proyek-proyek strategis BUMN," jelas Erick dalam diskusi virtual, Jumat (6/8/2021).
Ia menjelaskan, sinergi yang dilakukan dengan INA nantinya akan membuat nilai dari aset BUMN menjadi optimal.
"Ini akan mengoptimalkan nilai-nilai dari aset BUMN. Dilihat dari pada peningkatan investasinya dan tentunya yang terpenting pembangunan infrastruktur tanpa utang," papar dia.
Selama ini utang jadi salah satu tumpuan sumber pendanaan proyek, tetapi mulai diperingatkan banyaknya utang pemerintah. Pada akhir Mei 2021 utang pemerintah mencapai Rp6.418,15 triliun. Angka ini naik Rp1.159,58 triliun dibandingkan posisi Mei 2020 yang mencapai Rp 5.258,57 triliun.
Badan Pemeriksa Keuangan memperingatkan tren penambahan utang pemerintah dan biaya bunga telah melampaui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan penerimaan negara. Pemerintah dikhawatirkan tidak mampu untuk membayarnya.
Dengan situasi keuangan saat ini, Erick menyebut ada reorientasi roadmap BUMN hingga tahun 2024. Meski demikian agenda restrukturisasi dan transformasi harus tetap dijalankan.
Salah satu hal yang memicu optimisme pemerintah adalah pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 yang melejit dengan 7,07 persen yoy telah membuktikan bahwa perekonomian Indonesia mulai pulih. Maka dari itu Erick mendorong BUMN untuk lebih berperan aktif membantu pemulihan perekonomian di dalam negeri.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali