Menuju konten utama

Bukan Mitos, Membatasi Kalori Terbukti Memperlambat Penuaan

Upaya mengurangi asupan kalori dapat memperlambat laju penuaan biologis antara 2-3% pada tubuh orang dewasa yang sehat.

Bukan Mitos, Membatasi Kalori Terbukti Memperlambat Penuaan
Ilustrasi kalori. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Selama ribuan tahun manusia sudah berlomba mencari cara untuk menjadikan dirinya awet muda dan panjang umur.

Legenda tentang mata air ajaib yang bisa menjadikan seseorang awet muda bisa ditemukan di berbagai penjuru dunia, mulai dari fountain of youth di Florida, Amerika Serikat sampai air terjun Seduda di Jawa Timur. Hingga kini juga banyak orang berusaha mengungkap rahasia umur panjang penduduk Okinawa di Jepang.

Untuk menjawab pertanyaan klasik mengenai cara memperpanjang usia dan menjadikan seseorang senantisa awet muda, para ilmuwan melakukan beraneka ragam survei dan penelitian.

Salah satunya yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Butler Columbia Aging Center di Columbia University’s Mailman School of Public Health, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Aging edisi Februari 2023.

Daniel Belsky, PhD, profesor di bidang epidemiologi yang merupakan bagian dari tim peneliti dalam riset ini menyatakan bahwa, sejumlah hasil studi terdahulu yang dilakukan di berbagai negara telah berhasil membuktikan bahwa pembatasan asupan kalori, mampu memperlambat terjadinya proses penuaan secara biologis dan memperpanjang usia kehidupan pada hewan percobaan seperti cacing, lalat buah, dan tikus.

“Melalui penelitian kali ini, kami berusaha mencari tahu apakah hal yang sama juga bisa ditemukan pada tubuh manusia. Dan ternyata memang bisa. Poin utama yang dapat diambil dari penelitian kami adalah bahwa upaya memperlambat laju penuaan biologis itu dimungkinkan terjadi melalui modifikasi gaya hidup dan perilaku,” ungkap Belsky seperti dilansir NBC News.

Untuk mengukur laju penuaan biologis, tim peneliti memanfaatkan data dari penelitian bernama CALERIE (Comprehensive Assessment of Long-term Effects of Reducing Intake of Energy) Phase-2.

Data yang diteliti adalah sampel darah dari 220 orang yang menjadi subyek penelitian. Di antara 220 orang ini, sebagian di antaranya dipilih secara acak untuk mengurangi asupan kalori harian sebanyak 25%.

Sampel darah pada awal penelitian kemudian setelah 12 dan 24 bulan masa intervensi.

Selanjutnya, peneliti mengukur perlambatan laju penuaan dengan cara mengamati tiga tanda metilasi DNA pada sampel darah. Adapun yang dimaksud dengan tanda metilasi DNA adalah tanda kimia pada urutan DNA yang diekstrak dari sel darah putih.

Tanda metilasi ini terlibat dalam proses ekspresi gen di dalam tubuh kita dan senantiasa mengalami perubahan seiring pertambahan usia, sehingga bisa menjadi salah satu indikasi usia biologis seseorang.

Setelah mengukur, membandingkan, dan menganalisis tanda metilasi DNA yang muncul pada sampel darah, peneliti berkesimpulan bahwa upaya mengurangi asupan kalori dapat memperlambat laju penuaan biologis antara 2-3% pada tubuh orang dewasa yang sehat.

Meski kelihatannya sedikit, namun angka ini setara dengan penurunan risiko 10-15% atas terjadinya kematian dini akibat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Masih mengacu pada data penelitian CALERIE Phase-2, tim peneliti dari Yale School of Medicine juga melakukan uji klinis lanjutan untuk mencari tahu manfaat kesehatan dari pembatasan asupan kalori pada tubuh manusia sekaligus mengidentifikasi protein kunci yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Science pada Februari 2022.

Setelah melakukan analisis seluler dan transkripsi gen terhadap sampel darah, tim peneliti menemukan adanya peningkatan fungsi kelenjar timus pada subyek penelitian yang menerapkan pembatasan asupan kalori.

Di dalam tubuh kita, kelenjar timus berfungsi menghasilkan sel T, yaitu sejenis sel darah putih yang menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.

Dibandingkan organ tubuh lainnya, timus mengalami penuaan lebih cepat. Pada orang dewasa sehat berusia 40 tahun, sekitar 70% dari kelenjar timusnya sudah berlemak dan berkurang fungsinya.

Itu sebabnya, semakin tua seseorang maka produksi sel T di dalam tubuhnya kian sedikit sehingga ia lebih berisiko mengalami infeksi.

Menggunakan alat MRI (magnetic resonance imaging), peneliti mengamati perbedaan fungsional kelenjar timus pada orang yang membatasi asupan kalori dan yang tidak. Hasilnya, kelenjar timus pada orang yang membatasi asupan kalori memiliki lebih sedikit lemak dan volume fungsionalnya juga menjadi lebih besar.

Artinya, setelah melakukan pembatasan asupan kalori selama 24 bulan, kelenjar timus di dalam tubuh seseorang bisa memproduksi lebih banyak sel T dibandingkan sebelumnya, sehingga sistem kekebalan tubuhnya ikut meningkat.

“Fakta bahwa kelenjar timus dapat diremajakan kembali, menurut saya merupakan sebuah temuan yang menakjubkan. Selama ini hanya ada sangat sedikit bukti bahwa hal tersebut dimungkinkan terjadi pada tubuh manusia,” ujar Vishwa Deep Dixit, PhD, profesor di bidang patologi, imunobiologi, dan pengobatan komparatif yang menjadi peneliti senior dalam uji klinis ini.

Infografik jaga asupan kalori

Infografik jaga asupan kalori. tirto.id/Fuad

Membatasi Asupan Kalori dengan Berpuasa

Salah satu metode yang bisa dilakukan untuk mengurangi asupan kalori dalam keseharian adalah dengan melakukan intermittent fasting (IF) atau puasa berselang.

Hingga kini sudah ada cukup banyak hasil studi yang menyebutkan manfaat kesehatan dari berpuasa, salah satunya yang terbit di jurnal Frontiers in Physiology pada Desember 2021.

Studi ini merangkum hasil penelitian lain di tahun 2018 yang menyatakan bahwa aktivitas berpuasa bisa mendatangkan sejumlah manfaat, antara lain menurunkan berat badan, kadar insulin, tekanan darah, peradangan, dan nafsu makan, serta meningkatkan sensitivitas insulin.

Penelitian lain yang terbit tahun 2017 menyebutkan bahwa berpuasa memiliki manfaat memperbaiki kesehatan kardiometabolik, mengurangi angka kejadian kanker, menekan laju pertumbuhan tumor, serta meregenerasi organ dengan cara meningkatkan produksi sel punca, yang secara otomatis juga turut andil dalam meningkatkan usia harapan hidup seseorang.

Peneliti menyatakan bahwa berbagai manfaat tersebut bisa diperoleh karena tubuh mencapai kondisi autofagi ketika melakukan pembatasan asupan kalori.

Autofagi adalah mekanisme alami tubuh untuk menjaga kesehatan dengan menerapkan program daur ulang internal. Penjelasan sederhananya, tubuh kita akan ‘memakan’ sel-sel yang sudah tua atau rusak, untuk kemudian diproses kembali menjadi sel yang sehat.

Mekanisme autofagi ditemukan oleh pakar biologi sel dari Jepang, Yoshinori Ohsumi yang membawanya meraih Nobel Kedokteran 2016.

Penemuan ini membuka jalan untuk memahami pentingnya autofagi dalam banyak proses fisiologis, seperti proses adaptasi tubuh manusia terhadap kondisi kelaparan, respon tubuh terhadap infeksi, juga dalam beberapa kondisi termasuk dalam kasus penyakit kanker dan penyakit saraf.

Tambahnya lagi, dipercaya bahwa kebiasaan berpuasa di bulan Ramadhan bagi umat Muslim pulalah yang salah satunya menjadikan negara-negara di Timur Tengah memiliki angka kejadian kanker paling rendah di dunia.

Meski praktik pembatasan asupan kalori telah terbukti memiliki manfaat kesehatan, Manpreet Mundi, M.D dari MayoClinic mengingatkan orang yang baru hendak mulai berpuasa atau melakukan IF untuk berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu. Hal ini penting dilakukan terutama pada mereka yang memiliki keluhan kesehatan seperti batu ginjal, GERD, osteoporosis, dan diabetes.

Alih-alih langsung mulai berpuasa 16 jam per hari nonstop selama seminggu (seperti yang pada umumnya dilakukan oleh praktisi IF), Mundi menyarankan untuk mengawali rutinitas puasa secara bertahap, diawali dengan puasa berselang-seling, puasa selama 8 jam saja per hari, atau puasa selama 5 hari saja dalam seminggu.

Caroline Thomason, RD, CDCES, pakar nutrisi seperti dikutip dari Healthline juga mengingatkan untuk memastikan keseimbangan jenis-jenis makanan yang dikonsumsi sebelum mulai memangkas asupan kalori per hari.

Pastikan makanan yang disantap setiap hari mengandung karbohidrat, protein, biji-bijian, buah, sayuran, dan lemak sehat untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh.

“Tak kalah penting, terapkan pula kebiasaan sehat seperti tidur cukup, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan mengelola stres dengan baik. Faktor-faktor tersebut juga besar perannya dalam menentukan kesehatan dan kecepatan laju penuaan pada tubuh seseorang,” jelas Thomason.

Baca juga artikel terkait TIPS AWET MUDA atau tulisan lainnya dari Nayu Novita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Nayu Novita
Penulis: Nayu Novita
Editor: Lilin Rosa Santi