Menuju konten utama

Bukan Hanya Edy Rahmayadi, Orang-Orang Lama PSSI Juga Harus Diganti

Kelompok gabungan suporter telah melakukan unjuk rasa di sekitar lokasi Kongres PSSI, namun sejauh ini baru kepolisian yang mengakomodir aspirasi mereka.

Bukan Hanya Edy Rahmayadi, Orang-Orang Lama PSSI Juga Harus Diganti
Suporter membentangkan spanduk dalam partai perempat final Piala Asia U-19 antara Indonesia melawan Jepang di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (28/10/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Perasaan geram gabungan 14 kelompok suporter sepak bola Indonesia terhadap morat-maritnya struktur kepengurusan PSSI yang dipenuhi wajah lama disuarakan dalam unjuk rasa di sekitar lokasi Kongres Tahunan PSSI, Minggu (20/1/2019). Dengan lantang, para suporter menuntut agar sejumlah pengurus lama PSSI hengkang satu per satu.

"Kami memang tidak bisa menjamin orang-orang baru dapat membawa perubahan. Namun orang-orang lama yang sudah bertahun-tahun berada di dalam jelas tidak menghasilkan sesuatu untuk perubahan sepak bola nasional," tegas koordinator suporter, Andy Kristiantono seperti diwartakan antara.

Mewakili suporter yang berunjuk rasa, pria yang akrab disapa Andie Peci ini mengatakan bahwa tidak adanya perubahan dalam tubuh PSSI diindikasikan dari terus terjadinya kasus pengaturan skor. Para pengurus lama dinilai sudah tak mungkin lagi menyelesaikan permasalahan yang satu ini.

Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi sebenarnya sudah menyatakan pengunduran diri pada Minggu (20/1/2019) hari ini. Namun, Andie menilai langkah Edy tersebut bukan penyelesaian terhadap masalah yang ada.

Bukan PSSI, Namun Polisi yang Mengakomodir

Berdasarkan penelusuran Tirto, unjuk rasa yang dilakukan gabungan kelompok suporter belum diakomodir dengan baik oleh pihak PSSI. Unjuk rasa pun menjurus ke kericuhan. Polisi bahkan mengamankan seorang K-Conk Mania (suporter Madura United) yang diketahui bernama Mimit.

"Bagaimana bapak bisa menyampaikan aspirasi kami, bapak sendiri tidak punya akses masuk," teriak sejumlah suporter.

Penangkapan suporter ini kemudian semakin membuat pengunjuk rasa lain emosional. Mereka terus berteriak di luar lokasi Kongres agar Mimit dibebaskan.

Dilansir dari Goal, Kepolisian menjamin jika Mimit bakal dilepaskan baik-baik dan dipulangkan ke rumahnya. Namun, janji tersebut tidak langsung memuaskan gabungan kelompok suporter yang tetap melanjutkan unjuk rasa.

Aksi yang dimulai sejak pukul 10.30 WITA ini baru bubar 2,5 jam kemudian, setelah pihak aparat berdiskusi dengan kelompok suporter. Bukan ke PSSI, namun kepolisian berjanji bakal melaporkan hasil diskusi ini kepada tim Satgas Antimafia Bola.

"Aspirasinya sudah kami tampung. Percayakan pada Pak Krishna Murti [Ketua Satgas Antimafia Bola]. Sudah ada beberapa yang ditangkap, 11 orang. Tersangka masih akan bertambah karena masih ada yang diperiksa. Kami tidak akan membiarkan masalah ini. Percayakan kepada Polri," kata Direktur Intelkam Polda Bali, Kombes Wahyu Suyitno.

Bukan Tuntutan Pemanggilan

Sebenarnya, ketidakpuasan kelompok suporter terhadap penjelasan aparat bisa dimaklumi, lantaran yang mereka mau bukan sekadar pemanggilan kepada terduga pelaku pengaturan skor. Para suporter juga ingin difasilitasi agar bisa mendesak para pengurus lama PSSI mundur dari jabatannya.

"Permasalahan sepak bola Indonesia sudah akut dan sistemik. Kami berharap para pemilik suara atau voters PSSI melihat persoalan ini secara objektif," kata Andie Peci.

Apalagi, setelah pengunduran diri Edy, PSSI untuk sementara bakal dipimpin oleh Wakil Ketua Umum Joko Driyono. Kelompok gabungan suporter meyakini jika keputusan tersebut tidak lebih baik. Mereka bahkan secara terbuka mengungkapkan kecurigaan terhadap tiga petinggi PSSI: Joko Driyno, Iwan Budianto, dan Ratu Tisha Destria dalam kasus pengaturan skor di Indonesia.

"Sepakbola kita sangat kronis dan kotor, sistemik dan mengakar. Hari ini kita mendengar Edy Rahmayadi telah mengundurkan diri dari Ketua Umum PSSI. Siapapun yang masih bercokol di PSSI, mereka yang sudah lama dan yang sudah gagal memajukan sepakbola Indonesia agar tahu diri mundur juga," tegas Andie.

Joko Driyono dan Ratu Tisha sebelumnya telah dipanggil oleh Satgas Antimafia Bola Polri untuk memberikan kesaksian terhadap dugaan kasus pengaturan skor di Indonesia. Ratu Tisha yang berstatus Sekretaris Jendral (Sekjen) PSSI telah memenuhi panggilan tersebut.

Sementara itu, Jokdri urung datang. Ia meminta penundaan lantaran jadwal pemanggilannya pada Kamis (17/1/2019) kemarin berbenturan dengan agenda Kongres PSSI yang berlangsung sampai Senin (21/1/2019) besok. Jokdri dijadwalkan datang ke pemeriksaan Satgas pada Kamis (24/1/2019) pukul 11.00 WIB.

Baca juga artikel terkait PSSI atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Addi M Idhom