tirto.id - Menteri Perdagangan, Budi Santoso, menggelar pertemuan dengan Agregator Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk dukung salah satu program prioritas Kemendag yang bernama BISA (Berani Inovasi, Siap, Adaptasi) Ekspor.
“Kita kumpulin para pembina UMKM, Agregator. Jadi, kita cari kerjasama bersama-sama apa masalahnya, kemudian dalam waktu dekat apa yang harus kita lakukan. Jadi target kita kan secepatnya UMKM ini segera bisa eksplor,” ujar Budi ditemui usai pertemuan dengan Agregator UMKM secara tertutup di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (8/11/2024).
Kemudian, Budi mengatakan, hasil pertemuan tersebut membuahkan hasil kesepakatan untuk menangani berbagai permasalahan pada ekspor UMKM. Pihaknya berencana akan membuat business matching dengan perwakilan dari para pembina UMKM untuk mempromosikan produk-produk Indonesia ke luar negeri.
“Jadi secara rutin, tiap bulan nanti akan ada para produk kita untuk membuat business matching dengan para pembina UMKM. Jadi nanti ada wakilnya, jadi ada perwakilan misalnya pembinanya perbankan atau apapun nanti kita gantian,” ucap Budi.
Selanjutnya, Budi juga berencana membuat penjadwalan pameran produk Indonesia ke luar negeri. Tentunya, produk tersebut harus melalui proses kurasi terlebih dahulu sebelum bisa masuk dalam pameran. Kendati demikian, belum ada kesepakatan mengenai kepastian waktu pertemuan yang akan dilakukan.
“Nah tadi belum disepakati kan, ada yang minta per bulan, per dua bulan sekali, per tiga bulan sekali, nanti habis ini akan diundang oleh Ditjen PEN untuk kelanjutan ini,” tuturnya.
Nantinya, kata Budi, pertemuan reguler yang dilakukan akan membahas segalanya dengan rinci. Mulai dari mengenai perizinan, promosi, dan perpajakan.
Selain itu, nantinya juga akan ada kegiatan pembinaan kepada para pelaku UMKM dengan memiliki dua fokus, antara lain meningkatkan daya saing dan akses pasar. Menurutnya, pentingnya bagi pengusaha UMKM untuk bisa melihat daya saing, terutama ketika ingin melakukan ekspor.
“Daya saing bagaimanapun juga ketika kita ekspor, barang kita harus bagus. Kalau nggak bagus, misalnya daya saing itu kan kita seperti di daya saing itu tidak mesti dari sisi produknya ya, tapi dari sisi manajemennya. Kalau perusahaannya ya nggak tau cara ekspor dan sebagainya kan juga itu dari daya saing,” ucapnya.
Selain itu, adanya pelatihan ini untuk mendalami teknik desain produk. Menurut Budi, kegiatan ini sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh pihaknya dan membuahkan hasil baik.
“Jadi misalnya kemarin ada permintaan rotan, misalnya. Supaya ada prototipe produk tertentu dari rotan. Karena kemarin, tahun kemarin, eh tahun ini Expert Expo, dari hasil pendampingan desain itu ternyata laku keras itu,” jelas Budi.
Fokus kedua yakni pentingnya akses pasar. Dalam hal ini, perlunya meningkatkan tata marketing agar Indonesia bisa mendapat buyer dan agregator di luar negeri. “Ya kalau melalui perwakilan kita mungkin dia lebih tau mana buyer dan agregator yang terpercaya, yang bisa kita pakai,” tuturnya.
Budi kembali menegaskan bahwa kegiatan ini akan dikoordinasikan langsung oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN). Menurutnya, Ditjen PEN lah yang akan melakukan kurasi terhadap produk-produk Indonesia sebelum bisa di eskpor.
“Ditjen PEN yang mengkoordinasikan. Makanya kenapa kita ketemu para pembina UMKM ekspor. Nah mereka juga bisa mengkurasi produk-produknya. Dia kan membina supaya ada standar eksplornya. Nah nanti dari kita juga ada di bawah di Ditjen PEN. Misalnya standar produk yang bisa masuk eksplor seperti apa gitu ya,” ucapnya.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Anggun P Situmorang