Menuju konten utama

BRI Finance Minta BI Tidak Menaikkan Suku Bunga Terlalu Tinggi

Direktur Utama BRI Finance, Azizatun Azhimah berharap bank sentral tidak menaikkan suku bunga acuannya terlalu tinggi.

BRI Finance Minta BI Tidak Menaikkan Suku Bunga Terlalu Tinggi
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) diprediksi menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (23/6/2022) besok. Hal itu mempertimbangkan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mendongkrak suku bunganya 75 basis poin.

Direktur Utama BRI Finance, Azizatun Azhimah berharap bank sentral tidak menaikan suku bunga acuannya terlalu tinggi. Karena akan mempengaruhi penjualan yang saat ini sedang cemerlang.

"Tapi arahnya akan naik ya tapi tidak terlalu drastis. Jadi ya pengennya di perusahaan pembiayaan naiknya tidak terlalu tinggi," kata Azizatun kepada wartawan, Rabu (22/6/2022).

Dia menyarankan BI menaikan suku bunga acuan di 25 basis poin terlebih dahulu. Hal itu dilakukan agar pasar tidak terlalu bergejolak.

"Tapi kalau perkiraan tahun ini BI naikin 50 bps," imbuhnya.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta kepada Bank Indonesia (BI) agar tidak menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Hal ini penting untuk tetap menjaga likuiditas di sistem perekonomian Indonesia dan tren pertumbuhan ekonomi.

"Orientasi pemerintah bagaimana secara agregat di akhir tahun 2022 bisa terjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Menahan suku bunga adalah keputusan terbaik," kata Anggota Kadin Indonesia Bidang Kebijakan Moneter dan Jasa Keuangan, Ajib Hamdani kepada Tirto.

Ajib memahami menaikkan atau cenderung tetap bertahan dengan suku bunga yang ada menjadi keputusan dilematis bagi bank sentral. Ketika bertahan dengan suku bunga yang ada, ini menjadi bagian insentif moneter terbaik yang dilakukan pemerintah untuk tetap menjaga likuiditas.

Tetapi, di sisi lain, perekonomian sedang dihadapkan dengan inflasi yang cenderung naik. Untuk mengerem laju inflasi, salah satu pilihannya adalah menaikkan suku bunga acuan, sehingga likuiditas cenderung terserap oleh industri keuangan.

"Dengan plus minusnya, untuk dunia usaha, lebih baik suku bunga acuan tetap dipertahankan," katanya.

Dalam RDG bulan lalu BI mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,50 persen. Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Rapat Dewan Gubernur pada 23 dan 24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,50 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi Selasa, (24/5/2022).

Selain itu, BI juga menahan suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga lending facility.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA ACUAN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin