tirto.id - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan, terjadi pemotongan rantai distribusi dari sistem penjualan telur ayam ras di Indonesia.
Biasanya dari produsen atau peternak didistribusikan ke penjual grosir. Kemudian ke penjual eceran lalu baru ke konsumen.
Namun, pada tahun 2018 para peternak langsung mendistribusikan telur kepada pedagang eceran kemudian ke pengguna akhir.
"Pola utama distribusi perdagangan telur ayam ras tahun 2018 terputus satu rantai. Ini menguntungkan konsumen," kata dia di kantor BPS, Jakarta Pusat, Kamis (2/1/2020).
Dengan terputusnya satu rantai distribusi, harga ayam ras untuk dijual ke konsumen makin terjangkau.
Hal tersebut terbukti dengan angka Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) total telur ayam ras pada 2018 adalah 13,09 persen dengan dua rantai distribusi.
Angka tersebut turun dibandingkan angka MPP 2017 yang mencapai 26,80 persen, saat rantai distribusi masih lapis tiga yaitu dari produsen atau peternak didistribusikan ke penjual grosir. Kemudian ke penjual eceran dan dijual ke konsumen.
"Dari 34 kota yang ditinjau, ada 25 kota yang sudah memangkas rantai distribusi menjadi 2 yaitu dari produsen ke pedagang eceran. Kemudian 6 kota di antaranya masih 3 rantai dan sisanya lebih [banyak rantai distribusi]," terang dia.
Survei yang digelar BPS ini untuk mengetahui pola distribusi bahan pangan secara nasional agar hasilnya dapat jadi dasar pemerintah untuk dasar kebijakan ke depan.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali