tirto.id - Enam peternak ayam petelur (layer) dari Lampung telah mendapatkan sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV).
Terkait hal ini, Ketua Pinsar Petelur Nasional (PPN) Lampung, Jenni Soelistiani, menyebutkan jumlah peternak layer di Lampung mencapai 1.000 peternak yang tersebar di 8 Kabupaten dan populasi terbanyak di Lampung Selatan dan Lampung Timur, dengan populasi ayam 4 juta ekor, dan produksi telur 200 ton perhari.
“Sebanyak 20 persen dari produksi tersebut dipasarkan ke Jakarta,” katanya.
Sertifikat tersebut merupakan bukti bahwa telur lokal telah memenuhi standar pangan nasional. Para peternak lokal juga bisa memperluas distribusi telur mereka ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan ekspor ke luar negeri.
Produk hewani yang telah mendapatkan NKV sebagai nomor registrasi unit usaha produk hewan artinya terjamin kebersihan, sanitasi, dan keamanan pangannya.
Pemberian sertifikat dilakukan di Kecamatan Purbolinggo sebagai cikal bakal wilayah peternak petelur di Lampung selama 40 tahun lebih, dengan jumlah peternak mencapai 100 orang.
Keenam peternak yang mendapat NKV diantaranya Kusno Waluyo dari Lampung Timur, Subadio dari Lampung Timur, Roni Agustian dari Lampung Selatan, Ivan Purnama Teja dari Lampung Timur, Alfredo Tanto dari Lampung Selatan, dan Ruskin dari Lampung Selatan.
Pada tahun 2018 Kementan mendata, produksi telur dalam negeri mencapai 2,57 juta ton (rataan perbulan sebesar 213.755 ton).
Sementara kebutuhan telur berkisar 1,77 juta ton (rataan perbulan sebesar 147.201 ton), sehingga ada kelebihan produksi telur tahun 2018 sebesar 798.654 ton. Tahun 2019 potensi produksi telur diprediksi mencapai 2,88 juta dengan kebutuhan telur sebesar 1,82 juta ton.
“Peternak layer memiliki masa depan cerah dan potensi pengembangannya sangat baik.” terang Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, saat menghadiri Sarasehan Peternak Layer bersama FAO Indonesia Lampung, Kamis (20/6/2019).
“Kelebihan produksi telur tersebut dapat diolah menjadi bahan baku industri lain dan diarahkan ke pasar ekspor,” lanjutnya.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Yulaika Ramadhani