tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontraksi pertumbuhan ekonomi Q3 2020 di kisaran 3,49 persen utamanya disumbang oleh industri pengolahan atau manufaktur. Peran industri manufaktur dalam catatan BPS masih menjadi yang terbesar dengan porsi 19,86 persen PDB.
“Sumber PE Q3 2020 berdasarkan lapangan usaha, sumber kontraksi terdalamnya karena dipicu industri pengolahan yang menyumbang kontraksi 4,31 persen. Kemudian diikuti oleh transportasi dan pergudangan,” ucap Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/11/2020).
Suhariyanto mengatakan sektor perdagangan pada Q3 2020 terkontraksi 5,03 persen. Angka ini relatif lebih baik dari Q2 2020 di kisaran 7,57 persen. Menurut catatan BPS, sektor ini menyumbang 12,83 persen dari PDB.
Selanjutnya sektor transportasi dan pergudangan hanya menyumbang 4,4 persen. Namun, kontraksi di Q3 2020 masih merupakan yang terdalam dengan kisaran 16,70 persen dan sudah relatif membaik dari Q2 2020 30,80 persen yoy.
“Sektor transportasi kontraksi paling dalam pada Q3 recovery. Belum positif tapi kontraksinya 16,70 persen,” ucap Suhariyanto.
BPS juga mencatat sektor akomodasi dan makan-minum masih terkontraksi 11,86 persen dari level Q2 2020 senilai 22,02 persen. Strukturnya dalam PDB menyumbang 2,49 persen total PDB.
“Belum pulihnya kunjungan wisman dan domestik. Tingkat kunjungan hotel dan mamin seperti restoran masih menunjukkan minat yang rendah,” ucap Suhariyanto.
Pertumbuhan Q3 2020 ini masih ditopang salah satunya oleh sektor pertanian yang menyumbang 14,69 persen PDB. Sektor ini tumbuh 2,15 persen sedikit melambat dari Q2 2020 2,19 persen.
Sektor lainnya yang masih menopang pertumbuhan Q3 2020 adalah informasi dan komunikasi. Sektor yang menyumbang 4,56 persen PDB ini masih tumbuh positif 10,61 persen, sedikit melambat dari Q2 2020 10,83 persen.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri