tirto.id - Indonesia tengah mewaspadai munculnya galur baru virus flu babi yakni G4 EA H1N1 yang ditemukan di Cina. Virus ini diyakini berpotensi menjadi pandemi selanjutnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Januari-Juni 2020, Indonesia tidak pernah mengimpor babi hidup dari negara mana pun. Selama 6 bulan terakhir, Indonesia juga tidak pernah kedatangan impor daging babi dari Cina.
BPS mencatat impor daging babi selama 6 bulan terakhir didominasi oleh negara asal Amerika Serikat dengan total 191 ton dengan nilai 845 ribu dolar AS. Posisi kedua diikuti oleh Spanyol dengan jumlah 187 ton dengan nilai 825 ribu dolar AS.
Posisi ketiga ada Denmark dengan realisasi impor 29 ton dengan nilai 102 ribu dolar AS. Sisanya Jepang 9 kg senilai 132 dolar AS dan Thailand 1 kg dengan nilai 2 dolar AS.
Selama Januari-Juni 2020, impor daging babi yang masuk mencapai 408 ton. Total nilainya 1,77 juta dolar AS.
Dari total 408 ribu ton itu, sekitar 61 ton di antaranya masuk pada Juni 2020. Nilainya mencapai 296 ribu dolar AS. Pada Juni 2020 impor masuk dari Amerika Serikat 24 ton senilai 123 ribu dolar AS, Spanyol 37 ton senilai 172 ribu dolar AS, dan Jepang 3 kg senilai 40 dolar AS.
Direktur Eijkman Institute Amin Soebandrio mengatakan hingga saat ini belum ada laporan kasus di Indonesia terkait virus baru ini. Namun ia menyatakan masyarakat tetap harus waspada.
“Di peternakan babi harus ada survei berkala. Mudah-mudahan sih tidak ada," kata Direktur Eijkman Institute Amin Soebandrio kepada reporter Tirto, Selasa (14/7/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan