Menuju konten utama

BPH Migas: Penyaluran BBM Subsidi Capai 66 Persen dari Target APBN

Hingga 27 Agustus 2018, penyaluran BBM bersubsidi telah mencapai 66,2 persen dari kuota yang dialokasikan APBN 2018.

BPH Migas: Penyaluran BBM Subsidi Capai 66 Persen dari Target APBN
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan warga di SPBU Rest Area KM 429 Tol Semarang-Solo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (12/6/2018). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengumumkan realisasi penyaluran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi telah mencapai 10,08 juta kiloliter (kl) hingga 27 Agustus 2018.

Artinya, penyaluran BBM bersubsidi sudah mencapai 66,2 persen dari total kuota yang dialokasikan dalam APBN 2018, yakni sebesar 16,23 juta kl.

“Realisasi itu berasal dari PT Pertamina (Persero) dan PT AKR Corporindo Tbk. Untuk solar realisasinya 9,7 juta kl dari kuota 14,6 juta kl,” kata Kepala BPH Migas Fansurullah Asa di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa (28/8/2018).

“Sedangkan [penyaluran] untuk kerosene [minyak tanah] sebesar 346 ribu kl dari kuota 610 ribu kl,” dia menambahkan.

Fansurullah menambahkan total kuota untuk solar bersubsidi sebetulnya 15,6 juta kl. Akan tetapi BPH Migas meminta agar 1 juta kl solar itu dicadangkan serta memastikan penyalurannya tepat sasaran.

Sementara untuk BBM jenis premium, penyalurannya tercatat mencapai 5,26 juta kl. Jumlah tersebut setara dengan 44,29 persen dari total kuota untuk BBM bersubsidi jenis premium pada 2018, yakni 11,8 juta kl.

Menurut Fansurullah, total kuota itu menyesuaikan dengan area penugasan untuk BBM jenis premium. Pada awalnya, kuota premium bersubsidi hanya 7,5 juta kl. Tapi, karena ada penugasan khusus dari pemerintah ke Pertamina untuk penyaluran premium di Jawa, Madura, dan Bali, kuota pun ditambah.

Fansurullah mengklaim tren konsumsi BBM bersubsidi cenderung menurun dari tahun ke tahun. Dia memperkirakan ada potensi penghematan BBM bersubsidi mendekati 1 juta kl, pada tahun ini.

“Penghematan khususnya pada solar,” ucap Fansurullah.

Berdasarkan data BPH Migas, dari kuota solar sebanyak 17 juta kl pada 2015, realisasinya hanya sekitar 14,1 juta kl. Sementara pada 2016, realisasinya tercatat 13,7 juta kl dari alokasi kuota sebanyak 15,5 juta kl. Pada 2017, kuotas sebesar 15,5 juta kl solar, juga terealiasi 14,5 juta kl saja.

Senada dengan tren yang terlihat pada konsumsi solar, BPH Migas juga mencatat penurunan konsumsi minyak tanah. Dalam tiga tahun terakhir, realisasinya berturut-turut sebesar 737 ribu kl (2015), 536 ribu kl (2016), dan 527 ribu kl (2017).

Baca juga artikel terkait APBN 2018 atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom