tirto.id - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Ambrosius Kodo mengimbau para nelayan agar mengamankan kapal atau perahu agar tidak rusak saat terjadi cuaca ekstrem.
"Dampak cuaca ekstrem mengakibatkan gelombang laut tinggi sehingga para nelayan tidak perlu melaut dulu dan menempatkan kapal-kapal mereka di tempat yang aman," kata Ambrosius di Kupang, Jumat (24/12/2021).
Ambrosius juga meminta nelayan agar tidak menambatkan kapal di dekat dinding dermaga dan tidak saling berdekatan. Hal itu agar kapal tidak saling berbenturan saat terjadi gelombang laut.
Dia mengatakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem akibat bibit siklon tropis yang muncul di Laut Arafuru dan Laut Timor.
Hal itu terindikasi semakin menguat dalam dua atau tiga hari ke depan sehingga memberikan dampak tidak langsung terhadap cuaca ekstrem di NTT berupa hujan deras dan angin kencang di NTT.
Kondisi ini juga berdampak pada angin kencang dan gelombang tinggi di laut sehingga membahayakan keselamatan pelayaran termasuk kapal-kapal nelayan.
"Oleh karena itu kami minta para nelayan agar melakukan mitigasi dengan mengamankan kapal agar tetap aman dan bisa digunakan kembali setelah cuaca kembali kondusif," kata dia.
BPBD NTT tidak menginginkan terjadi lagi kerusakan kapal nelayan seperti saat terjadi badai siklon tropis Seroja pada April 2021. Saat itu ratusan kapal nelayan rusak dan ada pula yang hilang.
Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan dengan memastikan kondisi rumah dalam keadaan aman dari terpaan hujan deras dan angin kencang.
"Atap-atap rumah yang sudah goyah agar diperkuat supaya bisa bertahan jika ada angin kencang. Jadi kita belajar dari badai Seroja sebelumnya untuk meminimalkan dampak bencana," katanya.
Editor: Gilang Ramadhan