tirto.id - Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengklaim Indonesia berhasil menangani masalah terorisme.
Seperti disampaikan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamidin, hal ini ditunjukkan dengan keberhasilan menggagalkan rencana teror di sepanjang 2016-2017.
"Ini fakta dan itu diakui serta diapresiasi dunia," kata Hamidin dalam siaran pers, Senin (10/4/2017) malam.
Kasus teranyar dalam penanggulangan teroris terjadi di Tuban pada Sabtu 8 Maret kemarin. Polisi berhasil melumpuhkan enam orang terduga teroris dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Setelah sehari sebelumnya, Jumat 7 Maret, polisi menangkap tiga orang terduga teroris di Lamongan.
Fakta ini, kata Hamidin, menunjukkan secara kuantitas dan kualitas pencegahan terorisme Indonesia cukup mumpuni. "Saat saya menghadiri dan memberikan paparan pada konferensi pencegahan terorisme di India beberapa waktu lalu, tak satu pun dari negara hadir yang tidak memberikan apresiasi kepada Indonesia atas keberhasilan menggagalkan beberapa rencana aksi teror," ujar mantan Kapolres Jakarta Pusat itu.
Hamidin juga menyampaikan saat ini kelompok teroris telah memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi untuk menyebarkan propaganda bahkan merekrut anggota.
Lantaran itu, BNPT merasa perlu melakukan pencegahan dan kontraradikalisasi di dunia maya dengan melibatkan banyak kalangan. Menurut Hamidin propaganda di dunia maya bisa membalik fakta dan mengubah pemahaman orang tentang peristiwa sebenarnya.
Ia mengatakan penangkapan terduga teroris di Lamongan dan pelumpuhan enam terduga teroris di Tuban setelah sebelumnya dilakukan pengepungan selama lima jam oleh Densus 88 bisa jadi lain cerita apabila bocor dan diputarbalikkan faktanya di dunia maya.
"Bila apa yang terjadi itu tersebar di dunia maya dan orang mempercayai (fakta yang telah diputarbalikkan) itu maka yang terjadi kemudian polisi melanggar HAM," kata Hamidin.
Aksi Teror di Indonesia 2016
Dalam penelusuran Tirto, sejumlah aksi teror bom mewarnai tahun 2016. Diawali pada 14 Januari saat teror bom terjadi di Thamrin Jakarta Pusat. Akibat teror, 8 orang tewas, 4 di antaranya pelaku.
Sejak insiden itu polisi melakukan penangkapan terhadap jaringan pelaku teror di Sumedang dan Malang.
Pada 8 Juni, polisi menggagalkan rencana teror di Surabaya. Polisi menangkap sejumlah terduga teror yang merupakan sisa anggota Jamaah Islamiyah jaringan Abu Dujana.
Namun pada 5 Juli, sehari sebelum Idul Fitri, teror bom terjadi di Mapolresta Surakarta. Pelaku bernama Nur Rohman tewas dalam aksi bunuh diri ini.
Bom juga meledak pada 28 Agustus di Gereja Katolik di Medan, Sumatera Utara. Polisi berhasil membekuk pelaku.
Bom kembali meledak di depan gereja Oikumene Samarinda pada 13 November. Satu korban balita meninggal, empat lain terluka. Polisi membekuk pelaku bernama Juanda.
Pada November 2016, polisi berhasil membekuk jaringan terir. MPolisi menduga mereka akan melakukan aksi di sejumlah objek vital negara.
Akhir 2016, polisi membekuk lagi secara berturut-turut jaringan teror yang diduga akan melakukan aksi di depan Istana Merdeka.