Menuju konten utama

BNPB Minta Masyarakat Waspadai Banjir dan Longsor Pada 2019

Sebesar 95 persen merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin puting beliung.

BNPB Minta Masyarakat Waspadai Banjir dan Longsor Pada 2019
Ilustrasi Banjir. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat mewaspadai banjir dan longsor di tahun 2019.

BNPB memprediksi akan ada lebih dari 2.500 bencana alam yang bakal terjadi di seluruh wilayah Indonesia pada 2019.

Dari jumlah tersebut, sebesar 95 persen merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin puting beliung.

“Bencana masih akan banyak terjadi di daerah-daerah yang rawan banjir dan longsor sesuai dengan peta kerawanan,” kata Kepala BNPB Willem Rampangilei dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Rabu (19/12/2018).

Lebih lanjut, Willem menyebutkan bahwa intensitas bencana hidrometeorologi itu bisa meningkat lantaran sejumlah faktor.

Di antaranya seperti kerusakan daerah aliran sungai, adanya lahan kritis, laju kerusakan hutan yang kian cepat, kerusakan lingkungan yang semakin masif, hingga perubahan penggunaan lahan.

Berdasarkan data yang dihimpun BNPB, rata-rata laju perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian sebesar 110 ribu hektar per tahunnya. Sedangkan luas lahan kritisnya mencapai 14 juta hektar.

“Namun diprediksi selama 2019, musim akan normal. Tidak ada El Nino dan La Nina yang menguat intensitasnya sehingga musim penghujan dan kemarau bersifat normal,” ungkap Willem.

Sementara itu dari segi potensi bencana geologi, BNPB memprediksi akan ada rata-rata sebanyak 500 kejadian gempa bumi di Indonesia.

Kendati tidak dapat diprediksi waktu dan kekuatannya, namun BNPB mengatakan bahwa gempa bumi akan cenderung terjadi di jalur subduksi di laut serta jalur sesar di darat.

“Perlu diwaspadai gempa-gempa di Indonesia bagian timur yang kondisi seismisitas dan geologinya lebih rumit, serta kerentanannya lebih tinggi,” ucap Willem lagi.

Di sisi lain, potensi tsunami sangat tergantung dari besaran gempa bumi dan lokasinya. Apabila nantinya ada gempa bumi berskala 7 Skala Richter (SR) di kedalaman kurang dari 20 kilometer, dan berada di jalur subduksi, maka potensi terjadinya tsunami itu ada. Terkait dengan sistem peringatan dini tsunami, BNPB mengklaim kualitasnya sudah diperbaiki saat ini.

“Lalu untuk erupsi gunung api tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir, karena setiap gunung memiliki karakteristiknya sendiri,” kata Willem.

“Dari 127 gunung api di Indonesia, saat ini terdapat satu gunung berstatus awas, dua gunung berstatus siaga, dan 18 gunung berstatus waspada,” lanjut Willem.

Baca juga artikel terkait BENCANA ALAM atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora