Menuju konten utama

BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem hingga 8 Oktober

BMKG memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai kilat dan angin kencang untuk periode 2-8 Oktober 2022 di 29 provinsi.

BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem hingga 8 Oktober
Pengendara sepeda motor melintas saat banjir di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Selasa (4/10/2022). Hujan deras yang mengguyur DKI Jakarta membuat sejumlah wilayah di Ibu Kota terendam banjir. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat Indonesia untuk mewaspadai cuaca ekstrem dalam sepekan, yaitu sejak tanggal 2-8 Oktober 2022.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa BMKG memonitor perkembangan kondisi cuaca di seluruh wilayah Indonesia. Di mana saat ini diindikasikan terdapat signifikansi dinamika atmosfer, sehingga dapat berdampak pada potensi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Tanah Air.

“Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya belokan dan perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan pola konvektifitas serta aktifnya fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuator dan gelombang Kelvin, sehingga dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan,” terang dia melalui siaran pers BMKG yang diterima Tirto pada Kamis (6/10/2022) siang.

Berdasarkan kondisi tersebut, lanjut Guswanto, BMKG memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat, yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang untuk periode 2-8 Oktober 2022 di wilayah-wilayah Indonesia.

Antara lain Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), Kepulauan Riau (Kepri), Riau, Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan (Sumsel), dan Lampung.

Kemudian, ujar dia, Provinsi Banten, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur (Jatim), Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Barat (Kalbar), dan Kalimantan Timur (Kaltim). Lalu, Kalimantan Utara (Kaltara), Kalimantan Tengah (Kalteng), Sulawesi Utara (Sulut), Sulawesi Tengah (Sulteng), Sulawesi Barat (Sulbar), Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), Papua Barat, serta Papua.

Sementara itu, Guswanto menyebut bahwa BMKG memprediksi adanya potensi pertumbuhan awan cumulonimbus (CB) di wilayah udara Indonesia 1-7 Oktober 2022. Awan cumulonimbus tersebut ini diprediksi memiliki persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen dan diprediksi terjadi di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Hindia barat daya hingga barat Pulau Sumatera, sebagian Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, Selat Karimata, Laut Jawa, sebagian besar Pulau Kalimantan, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Kepulauan Maluku, Laut Banda, sebagian kecil Pulau Sulawesi dan Pulau Papua, Laut Aru, serta Samudera Pasifik utara Pulau Papua.

Dia menambahkan, awan cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial lebih dari 75 persen diprediksi terjadi selama 1-7 Oktober 2022 dan diprediksi terjadi di Samudera Hindia barat daya Pulau Sumatera dan Papua bagian tengah. BMKG juga memprediksi adanya potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada 2-8 Oktober 2022.

Guswanto mengatakan bahwa untuk kategori tinggi Gelombang 2.5-4 meter diprediksi terjadi di Selat Malaka, perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, perairan barat Lampung, perairan Bengkulu, Samudera Hindia barat Sumatera, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali-Lombok-alas bagian selatan, perairan selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), Samudera Hindia selatan Banten hingga NTT.

Dia juga menuturkan BMKG memiliki rekomendasi kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan persiapan. Yaitu memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol, serta melakukan program penghijauan secara lebih masif, melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, serta menguatkan tegakan atau tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.

Guswanto pun mengatakan bahwa pihak-pihak terkait perlu menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah (pemda), masyarakat, serta pihak terkait dalam pencegahan atau pengurangan risiko bencana hidrometeorologi.

Baca juga artikel terkait CUACA EKSTREM atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri