Menuju konten utama

BMKG Imbau Petugas Awasi Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Menurut BMKG, peringatan untuk mengawasi ancaman kebakaran hutan di Sumatera Selatan berkaitan dengan perkiraan musim hujan pada awal Oktober.

BMKG Imbau Petugas Awasi Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Petugas Manggla Agni Daops Banyuasin melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Desa Sungai Rambutan, Indralaya Utara, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Jumat (15/9/2017). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Satkarhutla) di Sumatera Selatan untuk meningkatkan pengawasan terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan hingga akhir September.

Agus Susanto selaku Kepala Seksi Informasi BMKG Sultan Mahmud Badaruddin II mengatakan peringatan ini berkaitan dengan perkiraan musim penghujan yang baru akan tiba di awal Oktober untuk beberapa kabupaten dan secara keseluruhan diperkirakan akan terjadi di Sumsel pada pertengahan Oktober mendatang.

“Sepuluh hari terakhir ini harus benar-benar waspada, karena beberapa lokasi bisa tidak ada hujan lebih dari dua hari. Jika pun hujan maka intensitasnya sangat rendah sekali yakni kurang dari 50 mm,” kata Agus di Palembang, Jumat (22/9/2017), seperti dikutip Antara.

Lanjut Agus, dengan kondisi seperti ini sebagian besar kabupaten di Sumsel dapat dikatakan masih rawan mengalami karhutla. Kondisi ini juga masuk ke dalam zona merah, ditambah lagi dalam dua hari terakhir awan cerah masih menyelimuti daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan awan berisi air hujan masih sangat sedikit.

Berdasarkan perkiraan BMKG, daerah pertama yang akan mengalami musim hujan adalah Sumatera Selatan bagian barat, yakni Musi Rawas Utara dan Banyuasin. Sedangkan seluruh bagian Sumsel akan merasakan musim hujan di bulan November dengan intensitas di atas 50 mm.

Kondisi ini juga membuat Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) Provinsi Sumatera Selatan bekerja ekstra dalam menambah jadwal patroli. Sebelumnya, BPBN yang hanya melakukan patroli dua kali dalam sehari, kini ditambah menjadi empat kali, yakni pagi, siang, sore dan malam.

Sementara itu, Kepala BPBD Sumsel, Iriansyah mengatakan patroli di malam hari sangat dibutuhkan karena beberapa kasus yang didapat, ada warga yang sengaja membakar hutan di sore hari untuk mengelabui petugas.

Lanjut Iriansyah, pihaknya kini masih membutuhkan data akurat di lapangan, karena data dari Satelit LAPAN terkait titik api kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

“Tim Satgas Karhutla membutuhkan data akurat di lapangan sehingga harus dicros cek dengan patroli. Terkadang data dari Satelit LAPAN terkait titik api (hotspot) tidak bersesuaian dengan kenyataan di lapangan,” lanjutnya.

Sebelumnya, kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di Sumatera Selatan yang diakibatkan oleh puncak musim kemarau pada 11-18 September 2017. Ada dua daerah yang terkena karhutla yakni Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Muaraenim.

Kebakaran tersebut tidak hanya terjadi di lahan gambut, melainkan merembet hingga ke tanah mineral di Muara Belida, Muaraenim. Hal ini diperkirakan telah menghanguskan lahan seluas 150 hektar. Meski baru terjadi September ini, nyatanya Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan status siaga darurat karhutla sejak Februari 2017 lalu.

Baca juga artikel terkait KEBAKARAN HUTAN atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Nicholas Ryan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo