tirto.id - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengungkap alasan pertumbuhan investasi di Indonesia pada tahun 2018 hanya 4 persen sementara di tahun 2017 mencapai 14 persen.
Ada tiga alasan yang ia paparkan dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2019, di ICE BSD, Tangerang, Selasa (12/3/2019).
Pertama yaitu terjadinya perang dagang yang terjadi antara Cina dan Amerika Serikat (AS), kondisi ini langsung memberikan dampak ke Indonesia karena sebagian ekspor RI ke Cina berhubungan langsung dengan ekspor Cina ke AS. Ketika ekspor Cina ke AS terganggu, mana otomatis pendapatan ekspor RI akan terganggu.
"Tahun lalu ada tiga shock yang menghantam. Perang dagang yang pecah antara AS dan Cina," ujar dia.
Thomas juga mengatakan dua faktor lainnya yaitu, kebijakan dari Bank Central AS alias The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sampai empat kali. Serta kebijakan Pemerintah AS yang memberikan tax amnesty atau kebebasan pajak pada para pengusahanya, sehingga terjadi repatriasi dolar AS atau dolar kembali ke Amerika Serikat.
"Bank Sentral menaikkan suku bunga empat kali dalam setahun membuat kaget pasar modal dan gejolak mata uang negara berkembang. Ketiga, yang kurang banyak orang dalami yaitu di 2017 Presiden Donald Trump tax amnesty besar-besaran yang dampaknya terasa di 2018 sehingga menyebabkan repatriasi modal besar besaran ke AS pada 2018 atau dolar pulang kampung," jelas dia.
Gambaran dari tiga hantaman kondisi perekonomian global membuat investasi ke RI agak macet di tahun lalu. Meski begitu, Thomas menjelaskan, BKPM optimis untuk bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi di tahun 2019.
"Jelang akhir tahun lalu, kami melihat tanda-tanda recovery. Lebih di tahun ini recovery semakin kenceng. tahun lalu alami perlambatan investasi PMA [penanaman modal asing] dan PMDN [penanaman modal dalam negeri] dari tahun sebelumnya [2017] 14 persen tahun lalu (2018) jadi 4 persen," kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri