Menuju konten utama

BKKBN Turunkan Angka Fertilitas

Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional (BKKBN) telah memutuskan untuk menurunkan angka fertilitas, sehingga menargetkan jumlah anak yang dilahirkan per wanita di seluruh Indonesia 2,28 pada akhir 2019.

BKKBN Turunkan Angka Fertilitas
kampung kb. ilustrasi/bkkbn.go.id

tirto.id - Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional (BKKBN) telah memutuskan untuk menurunkan angka fertilitas, sehingga menargetkan jumlah anak yang dilahirkan per wanita di seluruh Indonesia 2,28 pada akhir 2019.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Candra Surapaty menyatakan, hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk di masa datang.

Rencana itu telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, sasaran pembangunan KB adalah menurunkan angka fertilitas dari 2,6 anak per wanita menjadi 2,28 anak per wanita.

"Pada akhir 2019 akan ditargetkan 2,28 anak per wanita. Survei terakhir menyebutkan 2,6 anak per wanita," kata Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty dalam Rakornas BKKBN di Jakarta, Selasa, (7/2/2017) seperti dikutip dari Antara.

Surya mengatakan pemerintah Indonesia menargetkan jumlah anak per wanita turun menjadi 2,1 pada 2025.

Dia menjelaskan penduduk Indonesia akan mengalami "aging society" atau lebih banyak penduduk usia tua seperti Jepang, apabila tingkat kelahiran anak per wanita di bawah dua.

Sedangkan apabila tingkat kelahiran anak per wanita di atas dua akan menyebabkan ledakan penduduk.

"Kalau lebih dari dua, sekarang 2,6, akan terjadi ledakan penduduk, tidak akan terpenuhi sumber daya makanan dan sumber daya energi," ujar Surya.

Surya menuturkan pertumbuhan jumlah penduduk yang seimbang terjadi apabila jumlah anak per wanita berada pada 2,1.

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan persoalan yang dihadapi saat ini ialah sosialisasi dan edukasi pada masyarakat agar berpandangan bahwa memiliki dua anak cukup.

Menurut dia, program penyuluhan harus dilakulkan dan disinergikan mulai dari sosialisasi, melalui pendekatan keluarga, dan pelayanannya dengan keikutsertaan kontrasepsi.

Baca juga artikel terkait BKKBN atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh