tirto.id - Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno, istri ke-6 Presiden pertama RI Soekarno, dan kisah hidupnya kini sedang menjadi sorotan. Dewi Soekarno dijatuhi denda dari pengadilan di Jepang sebanyak 29 juta Yen atau senilai Rp3 miliar. Denda itu harus dibayarkan perusahaan milik Dewi Soekarno imbas pemecatan terhadap 2 orang karyawannya.
Denda kepada Dewi Soekarno tersebut dijatuhkan oleh Pengadilan Ketenagakerjaan Tingkat Pertama pertama di Jepang. Media asal Jepang, Friday Digital menyebut putusan itu sebagai “kekalahan telak” bagi Dewi.
Pasalnya, penyelesaian kasus seharusnya dicapai dengan 6 juta Yen atau senilai Rp630-an juta, ketika Dewi pertama kali digugat ke Pengadilan Perburuhan Mei 2022 lalu. Namun Dewi disebut menolak hal itu sehingga berujung pada tuntutan hukum yang membuatnya didenda lebih besar.
Kasus Dewi dan karyawannya bermula pada Februari 2021 atau bersamaan dengan merebaknya COVID-19. Dewi ketika itu diketahui sempat mengunjungi Indonesia dan membuat karyawannnya khawatir akan penularan COVID-19 dari luar negeri.
Sepulangnya dari Indonesia, karyawan Dewi kemudian merencanakan untuk bekerja dari rumah (WFH) demi mengantisipasi penularan virus. Mengetahui hal tersebut, Dewi justru merasa tersinggung, hingga lantas memutuskan memecat para karyawannya.
“Saya juga marah kepada kalian semua yang memperlakukan saya seperti kuman padahal hasil tes saya negatif. Anda menderita coronafobia. Saya rasa, saya tidak akan pernah datang ke kantor lagi karena saya tidak bisa bekerja bersama Anda,” tulis potongan teks email Dewi kepada karyawannya, yang diserahkan sebagai bukti, sebagaimana dikutip Friday Digital, Jumat (17/1/2025).
Profil Dewi Soekarno
Ratna Sari Dewi Soekarno lahir di Tokyo, Jepang 6 Februari 1940. Istri ke-6 Presiden pertama RI, Soekarno itu memiliki nama asli Naoko Nemoto, sebelum dipinang Sang Proklamator.
Dewi Soekarno berasal dari keluarga sederhana. Orangtuanya merupakan pekerja kontruksi migran di Tokyo. Dewi adalah putri ke-3 dari orangtuanya itu. Kesederhanaan keluarganya membuat Dewi harus bekerja sejak usia remaja. Dewi menjadi pramuniaga di perusahaan asuransi jiwa di Chiyoda, hingga lulus sekolah menengah tahun 1955.
Mat Enh dan Ghani (2012) menyebut Dewi juga kerap kali muncul di pentas-pentas terkemuka yang berlangsung di Tokyo. Hal itu tak lepas dari ketertarikan Dewi terhadap seni dan sastra.
Minat Dewi itu mendorongnya untuk mempelajari tarian klasik Jepang, bernyanyi, hingga bermain drama di Sishere Hayakawa Art Production. Di sisi lain, Dewi Soekarno memutuskan untuk mempelajari bahasa Inggris demi menunjang kemampuannya di dunia panggung hiburan. Keputusan tersebut tampaknya jadi satu jalan menuju pertemuannya dengan Sukarno.
Selain aktif di dunia seni, Dewi memutuskan untuk bekerja paruh waktu sebagai pelayan di hotel-hotel ternama di Tokyo. Dewi membagi waktu dengan bekerja pada malam hari dan belajar pada siang hari.
Pertemuan Dewi dengan Soekarno dilatarbelakangi kerjasama Indonesia dan Jepang. Bung Karno beberapa kali mengunjungi Jepang yang salah satunya terjadi pada Juni 1959 sebagai awal pertemuannya dengan sosok Naoko Nemoto atau Dewi Soekarno.
Melansir Ensiklopedia Kemendikbud, ada 2 versi mengenai pertemuan Dewi dengan Bung Karno. Pertama, keduanya disebutkan bertemu di Copacabana Super Club. Sedangkan versi lain, menyebutkan Dewi dan Soekarno bertemu pertama kalinya di Hotel Imperial.
Kecantikan dan kepiawaian Dewi di dunia seni, membuat hati Soekrno luluh. Dewi yang saat itu masih berusia sangat muda, 19 tahun, diundang Bung Karno untuk datang ke Jakarta. Perempuan kelahiran Tokyo itu kemudian tiba di Jakarta pada 14 September 1959. Setelah serangkaian proses, Dewi lantas diperistri Soekarno pada 3 Maret 1962.
Pernikahan Soekarno dengan Dewi dilaksanakan dengan prosesi agama Islam. Diketahui, ketika menikah dengan Soekarno, Dewi memutuskan untuk pindah keyakinan mengikuti sang suami, dari Katolik menjadi Islam.
Bung Karno semasa hidupnya telah menikah 9 kali. Dewi menjadi salah satu istri yang spesial di mata Bapak Proklamator. Seperti termaktub dalam “Bung Karno: Perginya Seorang Kekasih, Suami & Kebanggaanku" (Erka, 1978).
“Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal, kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku,” Erka (1978).
Dewi tak hanya memiliki kecantikan dan piawai di bidang seni. Perempuan itu disebut piawai dalam bernegosiasi. Dermawan (2004) menyebutkan, Dewi pernah berhasil melakukan lobi-lobi di Jepang, sehingga koleksi Bung Karno yang dibukukan berhasil dicetak di Negeri Matahari Terbit tersebut.
Di samping itu, pada 1964 Dewi terpilih untuk menjadi Ketua Kehormatan Lembaga Persahabatan Indonesia-Jepang. Kemudian, untuk menguatkan pengaruh Jepang di Indonesia, Dewi juga mendirikan Komunitas Nadeshiko, yang beranggotakan perempuan Jepang yang menikah dengan orang Indonesia.
Namun kebersamaan Dewi dan Bung Karno berlangsung relatif singkat. Sukarno mangkat 21 Juni 1970 di usianya ke-69 tahun. Hingga tutup usia, Bung Karno memiliki 1 orang anak dari pernikahannya dengan Dewi yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno yang lahir pada 11 Maret 1967.
Setelah kepergian sang suami, Dewi Soekarno tidak pernah menikah lagi. Di usia yang ke-84 tahun, dirinya masih tampak bugar. Ia aktif memposting kegiatannya di media sosial pribadi miliknya @dewisukarnoofficial.
Pada tahun 2005, anak tunggal Dewi dan Seokarno, Kartika Dewi Soekarno, menikah dengan Frits Frederik Seegers. Namun menantunya itu meninggal pada tahun 2021 di Bali. Dari pernikahan anaknya itu, Dewi dan Soekarno memiliki seorang cucu bernama Frederik Kiran Soekarno Seegers.
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Balqis Fallahnda & Dipna Videlia Putsanra