tirto.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini bisa lebih lambat dibandingkan periode Januari-Maret. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi kurang lebih berada di kisaran 5,07%-5,1%.
Proyeksi tersebut didasarkan pada survei BI soal data ekspor impor, survei penjualan eceran pertumbuhan ekonomi secara tahunan hampir sama dengan kuartal I 2019.
"Kami sudah sampaikan kecenderungan pertumbuhan ekonomi di kuartal II tahun ini melandai, artinya melandai itu apa? Pertumbuhan ekonominya year on year hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019," kata Perry usai rapat Banggar di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Senin (8/7/2019).
Proyeksi yang lebih rendah dibandingkan kuartal II/2018 yang di kisaran 5,27 persen itu, menurut Perry masih ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sebab, pada kuartal II ini, konsumsi rumah tangga didorong oleh faktor pengeluaran yang lebih ramadhan dan idul Fitri serta pemilihan umum.
"Sumber pertumbuhan lainnya adalah investasi bangunan, ini berkaitan dengan proyek infrastruktur pemerintah untuk menopang pertumbuhan ekonomi kuartal II," paparnya.
Pertumbuhan yang lebih rendah itu dipengaruhi juga oleh kinerja ekspor yang mulai lesu akibat dampak dari perang dagang. Beberapa di antaranya adalah ekspor komoditas maupun manufaktur. Kendati demikian, ekspor batu bata dan sawit masih dalam kondisi baik.
"Tapi ada dampak trade war, demikian juga ekspor manufaktur ke AS, sejumlah kinerja ekspor masih baik. Kebiasaan tipikal di Indonesia, kalau ekspor turun impor juga turun, karakteristiknya begitu kita tunggu saja data dari BPS ya," jelas Perry.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri
