Menuju konten utama

BI Diramalkan akan Kembali Kerek Suku Bunga 25 bps jadi 4 Persen

Bahana TCW Investment Management memproyeksikan BI akan kembali menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,0 persen.

BI Diramalkan akan Kembali Kerek Suku Bunga 25 bps jadi 4 Persen
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

tirto.id -

Bahana TCW Investment Management memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan tingkat suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,0 persen. Pertimbangan tersebut mencermati dampak kenaikan bahan bakar minyak terhadap inflasi dan akselerasi penyaluran kredit dalam negeri.

"Dapat memahami bila Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,0 persen pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 22 September 2022 mendatang," kata Chief Economist Bahana TCW, Budi Hikmat dalam pernyataannya, Rabu (21/9/2022).

Dia mengatakan pemulihan ekonomi ditandai oleh akselerasi penyaluran kredit perbankan yang sudah kembali pada level double digit. Laju tahunan penyaluran kredit per Juli 2022, mencapai 10,5 persen pada Juli 2022 yang mendekati pertumbuhan sebelum pandemi yang pada kisaran 12- 13 persen.

Lebih lanjut, dia mengingatkan kondisi perekonomian Indonesia pada 2013 lalu yang terlalu panas (overheated). Dia menjelaskan hal itu dipacu laju penyaluran kredit yang terlalu pesat, melebihi 20 persen.

Selain memicu inflasi, overheated memperbesar defisit neraca berjalan yang sangat besar sehingga terjadi currency risk Rupiah. Selama tahun tersebut, kurs rupiah sempat anjlok 23 persen yang memukul pasar modal setelah the Fed mengumumkan akan melakukan pembatasan stimulus (tapering-off).

Laju penyaluran kredit saat ini nampak turut memicu inflasi inti yang pada Agustus 2022 lalu yang menyentuh 3,04 persen atau memenuhi target BI sebesar 3,0±1 persen. Untuk memberikan arahan agar inflasi inti tahun depan terkendali, BI punya alasan untuk mulai melakukan normalisasi suku bunga namun tetap mendukung pemulihan ekonomi.

Selain pertimbangan internal di atas, peningkatan suku bunga menurutnya diperlukan untuk menjaga interest rate differential (selisih suku bunga BI terhadap negara lain) tetap kompetitif. Karena hampir semua negara telah menaikkan tingkat suku bunga kecuali beberapa negara yang menghadapi tantangan perlambatan ekonomi seperti Cina, Turki dan Rusia.

Dia menuturkan BI termasuk bank sentral yang menaikkan suku bunga lebih belakangan dibanding bank sentral di negara lain. Namun, langkah BI itu perlu diapresiasi. Selain agar tidak terlambat (behind the curve), normalisasi tingkat suku bunga juga ditujukan untuk menjaga attractiveness aset-aset domestik di mata asing serta menghindari out flow di pasar.

"Secara timing kenaikan suku bunga pada rapat dewan gubernur BI yang akan datang juga dinilai cukup baik, karena di hari yang sama, The Fed juga diekspektasikan akan menaikkan tingkat suku bunga sebesar 75 hingga 100 bps,” ujarnya.

Dalam jangka pendek, Bahana TCW menilai kondisi ekonomi nasional masih cukup kuat menghadapi kenaikan suku bunga hingga 50 bps hingga akhir tahun 2022. Bahana TCW optimistis pertumbuhan ekonomi masih akan positif bahkan dapat menyentuh di atas 5,3 persen.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA ACUAN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin