tirto.id - Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia pada posisi akhir Juni sebesar 140,2 miliar dolar AS, naik dari posisi bulan sebelumnya yang senilai 139,0 miliar dolar AS.
Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
“Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ujarnya dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli 2024, Rabu (17/7/2024).
Perry memperkirakan defisit transaksi berjalan triwulan II 2024 berada di kisaran 0,1-0,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Rendahnya defisit transaksi berjalan ini didorong oleh peningkatan surplus neraca perdagangan barang yang tercatat sebesar 8,0 miliar dolar AS. Pun, transaksi modal dan finansial juga diperkirakan mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Sementara itu, investasi portofolio pada triwulan II 2024 diramal mencatat aliran modal (net inflows) sebesar 4,3 miliar dolar AS dan berlanjut pada awal triwulan III 2024. Berdasarkan data BI, hingga 15 Juli 2024, total aliran modal yang masuk sebesar 4,4 miliar dolar AS.
“Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan tetap mencatatkan surplus didukung oleh peningkatan aliran masuk modal asing, baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun investasi portofolio,” imbuh Perry.
Hal ini sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik. Adapun suku bunga pasar uang (IndONIA) masih bergerak di sekitar suku bunga acuan BI, yaitu 6,15 persen pada 16 Juli 2024.
Sedangkan suku bunga instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 12 Juli 2024 tercatat masing-masing pada level 7,30 persen, 7,39 persen dan 7,43 persen, sejalan dengan lebih tingginya imbal hasil obligasi pemerintah AS, US Treasury jangka pendek dibandingkan dengan tenor jangka panjang.
Sementara imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 2 dan 10 tahun relatif stabil, dengan imbal hasil per 16 Juli 2024 masing-masing sebesar 6,68 persen dan 6,95 persen, di tengah yield US Treasury dan premi risiko pasar keuangan global yang masih tinggi.
“Secara keseluruhan, NPI 2024 diprakirakan tetap baik dengan defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran sebesar 0,1 persen sampai dengan 0,9 persen dari PDB,” kata Perry.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Irfan Teguh Pribadi