Menuju konten utama

Betapa Sakitnya Dikalahkan Thailand di Final Piala AFF

Kekalahan di Final Piala AFF 2002 amatlah pahit sebab Indonesia berstatus unggulan, bermain di kandang dan Thailand hanya bermain dengan 10 orang pada babak kedua. Keunggulan itu dibalikkan secara tragis dalam drama adu penalti. Dua penendang timnas Indonesia, Bejo Sugiyantoro dan Firmansyah gagal menceploskan bola. Indonesia kalah 4-2.

Betapa Sakitnya Dikalahkan Thailand di Final Piala AFF
Suporter timnas Indonesia membawa bendera merah putih di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jabar, Rabu (14/12). Ribuan suporter memadati stadion untuk menyaksikan final putaran pertama AFF Suzuki Cup 2016 antara timnas Indonesia melawan Thailand. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Berhadapan dengan Thailand di partai puncak Piala AFF bukanlah hal baru bagi Indonesia. Pada gelaran Piala AFF (sebelumnya bernama Piala Tiger) tahun 2000 dan 2002, Indonesia dan Thailand sempat saling bentrok di final. Apesnya dua kali bertemu, dua kali pula tim Garuda tumbang.

Pada final 2000, Indonesia ditekuk dengan skor telak 4-1. Kala itu sistem home away belum diberlakukan pada laga final, pertandingan pun digelar terpusat di Stadion Rajamangala, Bangkok. Berstatus tim tamu yang dikepung puluhan ribu pendukung Thailand membuat kekalahan ini bisa ditolerir.

Lain cerita terjadi di final Piala Tiger 2002. Waktu itu Indonesia berstatus sebagai tuan rumah. Sejak bermain dari fase grup, Indonesia tampil menjanjikan hingga babak semifinal, menyandang status tak pernah kalah. Sementara itu di kubu lawan, status Thailand tidak semenakutkan pada gelaran sebelumnya. Mereka dianggap biasa saja.

29 Desember 2002, final akbar itu pun digelar. Bertindak sebagai tuan rumah membuat antusiasme pendukung timnas sungguh tak terbendung, puluhan ribu orang dari dari berbagai penjuru di Tanah Air menyerbu Jakarta untuk bisa hadir di Stadion Gelora Bung Karno.

Semua berharap sang pelatih, Ivan Kolev sukses membawa Indonesia juara. Tekanan suporter membuat timnas tertekan hingga bermain buruk pada babak pertama. Memasuki paruh waktu hasil di papan skor secara mengejutkan memberikan kemenangan 0-2 bagi Thailand.

Sadar main di rumah sendiri, pada babak kedua timnas bermain beringas. Gol dari Yaris Riyadi menit 48 dan Gendut Doni menit 79 membikin asa untuk menggasak Thailand terlaksana. Sampai babak kedua berakhir dilanjutkan dengan perpanjangan waktu, skor tetap 2-2. Adu penalti pun dilakukan. Di sinilah kesialan itu terjadi, dua algojo kita, Bejo Sugiantoro dan Firmansyah gagal memasukan bola. Alhasil, Thailand berpesta pora juara di kandang Indonesia.

Kekalahan di Final Piala AFF 2002 amatlah pahit sebab Indonesia berstatus unggulan, bermain di kandang dan Thailand hanya bermain dengan 10 orang pada babak kedua. Keunggulan itu dibalikkan secara tragis dalam drama adu penalti. Dua penendang timnas Indonesia, Bejo Sugiyantoro dan Firmansyah gagal menceploskan bola. Indonesia kalah 4-2.

Kepada tirto.id, Bejo mengakui momen itu adalah penyesalan terbesar dalam hidupnya. “Tapi ya mau gimana lagi mas, sesukses apapun pemain kelas dunia jadi eksekutor di latihan ,kalau gagal penalti di pertandingan ya memang susah diprediksi. Takdir aja,” ucapnya.

Sesaat penendang terakhir Thailand, Dusit Chalermsan menceploskan bola ke gawang Hendro Kartiko dan menjadikan Thailand menang, Bejo mengakui badannya langsung merasa lemas. Bagaimanapun juga dialah sosok penendang pertama yang gagal mencetak gol.

Waktu itu skor 1-1, penendang pertama Thailand, Kiatisuk Senamuang gagal mencetak gol. Kegagalan Kiatisuk sukses dibalaskan Sakda Joemdee sebagai penendang kedua, jika Bejo bisa mencetak gol tentu kedudukan akan jadi 2-1.

“Waktu itu saya masih sedikit santai, karena agregat kan masih sama. Beban selanjutnya ada di Firmansyah, eh ternyata dia gagal juga cetak gol. Saya jadi gugup dan merasa bersalah,” kata dia lagi.

Di luar lapangan, Bejo mengaku masih bisa tegar meskipun untuk masuk ruang ganti dia mesti dipapah dan berjalan terhuyung-huyung. Saat di ruang ganti, tangisannya meledak. “Wajar saja saya nangis, saya jadi ingat keluarga. Bagaimanapun juga kan saya main ini membawa negara,” paparnya lagi.

Hal senada juga diungkap Imran Nahumarury. Kepada tirto.id, Imran mengatakan suasana ruang ganti amat kelam. “Semuanya diam,” kata Imran. “Saya masih ingat momen itu, meskipun saya merasa main bagus di laga itu ya tetap saja saya sedih karena kita kalah. Saya sampai gak nafsu makan selama beberapa hari,” tukasnya.

Baca juga artikel terkait FINAL AFF 2016 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Olahraga
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Agung DH