tirto.id - Sejak Afghanistan dikuasai kelompok Taliban pada Minggu, 15 Agustus lalu, evakuasi masih dilakukan melalui penerbangan militer. Seorang pejabat keamanan mengatakan, lebih dari 2.200 orang, termasuk diplomat dan warga sipil lainnya sudah berhasil dievakuasi dari negara itu.
Kelompok Taliban sudah berjuang sejak 2001 untuk mengusir pasukan asing dan pada Minggu lalu mereka merebut Kabut setelah pasukan Barat pimpinan AS mundur di bawah sebuah kesepakatan.
Pada Senin lalu, pasukan AS yang menjalankan bandara harus menghentikan penerbangan setelah ribuan orang Afghanistan yang ketakutan membanjiri fasilitas bandara untuk mencari penerbangan keluar. Akan tetapi, penerbangan itu dilanjutkan pada Selasa setelah situasi terkendali.
Seperti diwartakan Reuters, Rabu (18/8/2021), kelompok Taliban mengatakan, mereka menginginkan perdamaian, berjanji tidak melakukan balas dendam terhadap musuh lama dan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam. Kendati demikian, ribuan warga Afghanistan banyak yang ingin pergi, di antaranya yang membantu pasukan asing pimpinan Amerika selama dua dekade.
Pejabat keamanan Barat mengatakan, "kami telah memindahkan lebih dari 2.200 staf diplomatik, staf keamanan asing, dan warga Afghanistan yang bekerja untuk kedutaan besar.”
Namun demikian, pejabat itu tidak menjelaskan kapan penerbangan sipil akan dilanjutkan. Ia juga tidak merinci berapa banyak warga Afghanistan di antara lebih dari 2.200 orang yang akan pergi. Dan ia tidak menjelaskan apakah jumlah itu terbaik lebih dari 600 pria, wanita dan anak-anak Afghanistan yang terbang pada hari Minggu lalu.
Selain itu, seperti dilaporkan The Guardian, upaya evakuasi yang dilakukan Belanda pada Selasa malam tidak berhasil karena ada kekacauan di luar bandara Kabul. Menteri Luar Negeri Belanda Sigrid mengatakan, hal itu membuat orang-orang tidak mungkin naik pesawat.
Menurut Reuters, Belanda ingin mengambil 1.000 pekerja di kedutaan lokal, penerjemah dan keluarga mereka di sana. Akan tetapi, sebuah pesawat militer Belanda dan negara-negara Eropa utara lainnya, tidak berhasil membawa orang-orang dan terbang meninggalkan Kabul.
"Ini menyebalkan. Banyak yang berada di gerbang bandara bersama keluarga mereka,” kata Kaag kepada kantor berita Belanda ANP.
Dilaporkan pada 16 Agustus lalu, Kabul, ibu kota Afghanistan, sebelumnya mengalami situasi mencekam. Sepanjang hari helikopter melintas untuk mengevakuasi personel dari Kedutaan Besar AS di negara itu. Asap terlihat di dekat kompleks ketika staf menghancurkan dokumen penting dan menurunkan bendera AS.
Warga Afghanistan bergegas meninggalkan negara itu karena khawatir Taliban akan menerapkan kembali jenis aturan brutal yang menghilangkan hak-hak perempuan. Mereka mengantre di mesin ATM untuk menarik tabungan.
Apa Itu Taliban dan Siapa Mereka Sebenarnya?
Seperti dikutip BBC News, kelompok Taliban muncul pada awal tahun 1990-an di Pakistan utara setelah penarikan pasukan Soviet dari Afghanistan. Gerakan yang didominasi Pashtun ini diyakini muncul di seminari-seminari keagamaan, yang mengajarkan bentuk garis keras Islam Sunni.
Janji yang dibuat Taliban setelah berkuasa untuk daerah Pashtun yang meliputi Pakistan dan Afghanistan adalah memulihkan perdamaian dan keamanan serta menegakkan Syariah dari versi mereka sendiri atau hukum Islam. Kehadiran Taliban sempat disambut oleh sejumlah masyarakat yang muak dengan teror dan kekejaman era mujahidin.
Popularitas awal ini disebabkan keberhasilan mereka dalam memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum dan membuat jalan-jalan serta daerah-daerah di bawah kendali mereka aman untuk perdagangan berkembang.
Di sisi lain, Taliban juga memperkenalkan hukuman sesuai dengan interpretasi ketat mereka terhadap hukum Syariah, seperti eksekusi publik terhadap pembunuh dan pezina yang dihukum, dan amputasi bagi mereka yang terbukti bersalah melakukan pencurian. Selain itu, laki-laki diharuskan menumbuhkan janggut dan perempuan harus mengenakan burka yang menutupi seluruh tubuh.
Taliban juga melarang televisi, musik dan bioskop, dan tidak menyetujui anak perempuan berusia 10 tahun ke atas pergi ke sekolah. Atas tindakan itu, mereka dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya. Pada tahun 2001, Taliban digulingkan dari kekuasaannya di Afghanistan oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat.
Pada tahun 2008, kelompok tersebut memasuki pembicaraan langsung dengan AS. Baru pada Februari 2020, kedua belah pihak mencapai kesepakatan damai di Doha. Dalam perjanjian itu, AS untuk mundur dan Taliban mencegah serangannya terhadap pasukan AS.
Editor: Iswara N Raditya