tirto.id - Taliban mengatakan kalau mereka menembak mati empat orang yang diduga penculik, bahkan menggantung tubuh di lapangan umum kota Herat, Afghanistan, demikian menurut laporan BBC News.
Sebelumnya, pejabat Taliban Mullah Nooruddin Turabi mengatakan, akan kembali menerapkan hukuman eksekusi dan amputasi tangan di Afghanistan walaupun tidak dilakukan di depan umum.
“Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan,” kata Turabi.
Kepada Associated Press, seorang penjaga toko lokal bernama Wazir Ahmad Seddiqi mengatakan, empat mayat itu dibawa ke alun-alun, satunya digantung di sana, sedangkan tiga mayat lain dipindahkan ke alun-alun lain untuk dipajang.
Berdasarkan keterangan Wakil Gubernur Herat, Maulwai, mayat itu dipajang untuk mencegah penculikan lebih lanjut. Menurut dia, setelah mengetahui adanya penculikan terhadap seorang pengusaha dan putranya, Taliban menembak empat orang pelakunya sampai tewas.
Kendati demikian, BBC belum bisa mengonfirmasi keadaan di mana orang-orang itu dibunuh. Namun sebuah video yang beredar memperlihatkan seorang pria di gantung dengan sebuah tulisan di dadanya: "Penculik akan dihukum seperti ini."
Padahal, sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus lalu, Taliban sempat berjanji kalau mereka akan membentuk pemerintahan yang lebih ringan daripada masa sebelumnya. Kendati demikian, saat ini sudah ada banyak laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan.
Pada bulan Agustus lalu, Amnesty International mengatakan kalau pejuang Taliban berada di balik pembantaian sembilan anggota minoritas Hazara yang teraniaya.
Menurut Sekretaris Jenderal Amnesty Agns Callamard, "kebrutalan berdarah dingin" dari pembunuhan itu adalah "pengingat akan catatan masa lalu Taliban, dan indikator mengerikan tentang apa yang mungkin dibawa oleh pemerintahan Taliban".
Infografik Mozaik Kebangkitan Taliban. tirto.id/Teguh
Pernyataan Pemimpin Taliban Tentang Eksekusi
Sebelumnya dilaporkan, salah satu pendiri Taliban dan kepala penegak hukum Islam mengatakan kalau mereka akan kembali menerapkan hukuman eksekusi dan amputasi tangan di Afghanistan, walaupun ia mengklaim kalau itu tidak dilakukan di depan umum.
Mullah Nooruddin Turabi dalam wawancara bersama The Associated Press sempat menepis adanya kemarahan atas hukuman eksekusi yang pernah dilakukan Taliban di masa lalu, yang kadang-kadang dilakukan di depan banyak orang di stadion. Turabi memperingatkan dunia supaya tidak ikut campur dengan pemerintahan baru Afghanistan.
"Semua orang mengkritik kami atas hukuman di stadion, tetapi kami tidak pernah mengatakan apa pun tentang hukum mereka dan hukuman mereka," kata Turabi kepada The Associated Press seperti dikutip Hindustan Times.
“Tidak ada yang akan memberi tahu kami seperti apa hukum kami seharusnya. Kami akan mengikuti Islam dan kami akan membuat hukum kami berdasarkan Al-Quran,” ungkap pria 60-an tahun ini.
Turabi adalah menteri kehakiman dan kepala yang disebut Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan. Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, dunia turut mengecam cara mereka menerapkan hukuman, baik di stadion olahraga Kabul atau di halaman masjid Idul Fitri yang luas, bahkan sering dihadiri oleh ratusan pria Afghanistan.
“Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan,” katanya.
Menurut dia, hukuman itu memiliki efek jera. Dia mengatakan, Kabinet sedang mempelajari apakah akan melakukan hukuman di depan umum dan akan "mengembangkan kebijakan."
Menurut dia, apabila hukuman diumumkan kepada publik, maka orang mungkin diizinkan untuk merekam video atau mengambil foto untuk menyebarkan efek jera. Namun Turabi menepis kritik atas pemerintahan Taliban sebelumnya, dengan alasan bahwa hal itu berhasil membawa stabilitas.
“Kami memiliki keamanan lengkap di setiap bagian negara,” katanya tentang akhir 1990-an.
Editor: Iswara N Raditya