Menuju konten utama

Mengapa Taliban Terapkan Hukuman Potong Tangan di Afghanistan?

Dalam pemerintahan baru ini, Taliban mengaku akan menerapkan hukuman potong tangan di Afghanistan. 

Seorang anggota Taliban (tengah) berdiri di luar Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afganistan, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/hp/cfo

tirto.id - Salah satu pendiri Taliban dan kepala penegak hukum Islam mengatakan akan kembali menerapkan hukuman eksekusi dan amputasi tangan di Afghanistan walaupun tidak dilakukan di depan umum.

Mullah Nooruddin Turabi dalam wawancara bersama The Associated Press menepis kemarahan atas hukuman eksekusi yang pernah dilakukan Taliban di masa lalu, yang kadang-kadang dilakukan di depan banyak orang di stadion. Turabi juga memperingatkan dunia agar tidak ikut campur dengan pemerintahan baru Afghanistan.

"Semua orang mengkritik kami atas hukuman di stadion, tetapi kami tidak pernah mengatakan apa pun tentang hukum mereka dan hukuman mereka," kata Turabi kepada The Associated Press seperti dikutip Hindustan Times.

“Tidak ada yang akan memberi tahu kami seperti apa hukum kami seharusnya. Kami akan mengikuti Islam dan kami akan membuat hukum kami berdasarkan Al-Quran,” ungkap pria 60-an tahun ini.

Turabi adalah menteri kehakiman dan kepala yang disebut Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan. Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, dunia turut mengecam cara mereka menerapkan hukuman, baik di stadion olahraga Kabul atau di halaman masjid Idul Fitri yang luas, bahkan sering dihadiri oleh ratusan pria Afghanistan.

“Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan,” katanya.

Menurut dia, hukuman itu memiliki efek jera. Dia mengatakan, Kabinet sedang mempelajari apakah akan melakukan hukuman di depan umum dan akan "mengembangkan kebijakan."

Dalam wawancara minggu ini dengan AP, Turabi berbicara dengan seorang jurnalis wanita dan mengatakan: “Kami berubah dari masa lalu,” katanya.

Sekarang, kata dia, Taliban akan mengizinkan televisi, ponsel, foto dan video “karena ini adalah kebutuhan rakyat, dan kami serius tentang hal itu.”

Dia menyarankan agar Taliban melihat media sebagai cara untuk menyebarkan pesan mereka. “Sekarang kita tahu daripada hanya mencapai ratusan, kita bisa mencapai jutaan,” katanya.

Menurut dia, apabila hukuman diumumkan kepada publik, maka orang mungkin diizinkan untuk merekam video atau mengambil foto untuk menyebarkan efek jera.

Namun Turabi menepis kritik atas pemerintahan Taliban sebelumnya, dengan alasan bahwa hal itu berhasil membawa stabilitas. “Kami memiliki keamanan lengkap di setiap bagian negara,” katanya tentang akhir 1990-an.

Infografik Taliban

Infografik Taliban. tirto.id/Fuad

Sekilas Tentang Taliban

Kehadiran Taliban mendapat sambutan ketika mereka pertama kali muncul di Afghanistan. Popularitas awal ini disebabkan keberhasilan mereka dalam memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum dan membuat jalan-jalan serta daerah-daerah di bawah kendali mereka aman untuk perdagangan berkembang.

Kendati demikian, di akhir 1990-an, Taliban tidak pernah melonggarkan pembatasan yang awalnya diberlakukan, mereka berdalih kalau itu untuk memastikan kalau kejahatan perang saudara tidak terulang lagi. Pembatasan itu juga melarang perempuan mendapatkan pendidikan dan pekerjaan, kecuali dokter perempuan.

Siapa pun yang tidak patuh akan dipenjara atau dipukuli di depan umum. Di sisi lain, Taliban juga memperkenalkan hukuman sesuai dengan interpretasi ketat mereka terhadap hukum Syariah, seperti eksekusi publik terhadap pembunuh dan pezina yang dihukum, dan amputasi bagi mereka yang terbukti bersalah melakukan pencurian.

Selain itu, laki-laki diharuskan menumbuhkan janggut dan perempuan harus mengenakan burka yang menutupi seluruh tubuh. Taliban juga melarang televisi, musik dan bioskop, dan tidak menyetujui anak perempuan berusia 10 tahun ke atas pergi ke sekolah. Atas tindakan itu, mereka dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya.

Baca juga artikel terkait BERITA TERKINI TALIBAN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto