tirto.id - Ian Gallagher adalah anak ketiga dari sebuah keluarga yang berantakan. Ayahnya adalah pengangguran sekaligus pemabuk berat. Ibunya meninggalkan Ian dan lima saudaranya sejak mereka masih sangat kecil. Sejak itu, Fiona, saudara tertua Ian, mengambil alih tugas merawat adik-adiknya. Baru setelah Ian beranjak remaja, ia membantu Fiona dengan bekerja sebagai kasir di sebuah warung kelontong.
Suatu waktu, Monica, sang Ibu pulang ke rumah. Tentu saja kepulangan sang ibu itu disambut oleh amarah anak-anaknya, terutama Fiona yang begitu murka karena harus kehilangan masa kanak-kanaknya demi menggantikan tugas Monica selama ini.
Kepulangan Monica tak lama. Rupanya ia hanya hendak melampiaskan rindu pada anak-anaknya. Ia kemudian pergi lagi. Akhirnya terungkap, alasan Monica meninggalkan rumah adalah karena ia mengidap gangguan kesehatan mental bernama bipolar. Gangguan ini membuat emosi Monica tidak stabil. Ia bisa begitu girang di suatu waktu, dan berubah depresi luar biasa di menit berikutnya.
Akibat Bipolar, Monica harus menjalani perawatan khusus yang mewajibkannya mengonsumsi obat setiap saat. Anak-anaknya terlalu marah pada Monica. Fiona pikir, Monica harusnya masih punya pilihan lain selain harus meninggalkan enam orang anak dengan seorang ayah yang kerjanya hanya mabuk-mabukan.
Tapi perangai Fiona berubah 180 derajat ketika Ian didiagnosa mengalami gangguan bipolar. Ia dan Lip—abang Ian—sebagai kakak tertua langsung memutuskan kalau Ian harus mendapat perawatan terbaik dan jangan sampai terlambat. Padahal, karena kondisi mentalnya yang tak stabil, Lip pernah didatangi pihak militer karena Ian pernah mencuri helikopter mereka.
Monica, Ian, Fiona, Lip merupakan keluarga yang tumbuh bersama dengan keluarga bipolar. Kisah mereka memang tidak nyata, karena merupakan bagian dari serial Shameless musim satu hingga enam. Shameless jadi salah satu serial dari sekian banyak serial dan film yang mengangkat isu bipolar. Selain The Informant!, Empire, Black Box, Manic, Silver Linings Playbook, Mr. Jones, Infinitely Bipolar Bear, dan lainnya. Film-film tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana sulitnya kehidupan para penderita bipolar, termasuk keluarganya.
Di dunia, banyak selebriti yang mengidap gangguan ini, antara lain Catherine Zeta-Jones, Demi Lovato, Sinead O’Connor.
Di Indonesia, gangguan bipolar mulai dikenal luas ketika pesohor Marshanda membuat heboh drama penyanderaannya di rumah sakit oleh sang ibu. Gangguan itu membuatnya mengalami perubahan emosi yang cukup ekstrem. Beberapa kali Marshanda mengunggah videonya dalam keadaan marah, tenang, sesekali bijak bak motivator.
Bipolar sendiri sebenarnya merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang populer. Menurut laporan WHO pada 2016, ada setidaknya 60 juta penderita gangguan bipolar ini. Angka ini membuat kita mau tidak mau untuk lebih beramah-tamah dengan gangguan kesehatan mental yang namanya diambil dari istilah dua kutub (bi-polar).
Menurut Asosiasi Psikiatris Dunia (WPA), bipolar disebabkan oleh tiga hal. Pertama, struktur otak. Ilmuan menemukan kalau ada perbedaan ukuran otak antara penderita bipolar. Inilah yang menyebabkan kecelakaan pada kepala bisa menyebabkan seseorang mendadak menderita bipolar. Tapi temuan yang lebih umum adalah kadar senyawa kimia di otak yang tidak seimbang, sehingga obat-obatan akan sangat membantu menetralisir kondisi ini.
Penyebab kedua adalah stres dari lingkungan. Pengaruh stres yang berlebihan ternyata dapat memicu kekurangan zat kimia tertentu di otak. Penyebab ketiga, faktor genetik. Meski penelitian tentang hal ini masih berlanjut, ilmuan menemukan kalau seorang anak dapat mengidap bipolar turunan dari orang tuanya.
Sementara dalam penanganannya, orang dengan bipolar perlu perhatian khusus. Perubahan suasana hati yang ekstrem sering kali menjadi penyebab mereka bertindak tidak dengan pikiran jernih. Ian dalam Shameless digambarkan pernah menculik anak kekasihnya, dan meninggalkan bayi itu dalam mobil untuk waktu yang lama. Sementara, Marshanda seperti yang kita ketahui, pernah mengunggah sendiri video marah-marahnya ketika dalam keadaan depresi, yang justru menimbulkan cibiran dari orang-orang yang tidak mengerti. Tak jarang, dalam kondisi depresi, orang dengan bipolar akan dengan mudah memutuskan mengakhiri hidupnya. Pengawasan orang terdekat jadi modal utama orang dengan bipolar untuk sembuh.
Selain itu, obat-obatan menjadi pilihan wajib. Seperti obat penstabil, antipsikotik, dan antidepresan harus dikonsumsi secara terus-menerus. Obat yang dikonsumsi akan mengontrol suasana hati yang menstabilkan mood baik pada saat manik maupun depresi. Karena itu, obat ini harus dikonsumsi terus-menerus seperti obat diabetes dan hipertensi. Ada pula yang memanfaatkan psikoterapi seperti cognitive behavioral therapy dan terapi berbasis keluarga.
WPA dalam laporan berjudul Understanding The Impact of Stigma on People With Mental Illness, menegaskan kalau stigma berlebihan terhadap penderita gangguan kesehatan mental harus dihilangkan. Selama ini orang dengan bipolar dan gangguan mental lainnya harus berjuang dua kali. Pertama untuk menghadapi penyakitnya. Yang tak kalah berat adalah untuk menghadapi stigma orang-orang di sekitarnya.
Keadaan yang lebih mengkhawatirkan adalah, temuan WebMd.com yang menyatakan bahwa bipolar ditemukan pada usia 15-24 tahun dan jarang sekali ditemukan pada anak-anak dan lansia di atas 65 tahun. Ini artinya, bipolar menyerang usia produktif dan penanganannya tidak boleh dipandang sebelah mata.
Demi Lovato, biduan kenamaan asal Amerika membuktikan pada dunia bahwa penangangan yang baik dapat berprestasi. Di usianya yang sangat produktif, Demi tetap mampu berprestasi meski mengidap bipolar.
Sejak remaja, Demi memang terkenal sering membuat sensasi dengan unggahan foto serta video pribadinya. Mantan artis Disney ini pernah mengunggah sendiri video dirinya yang mengeluh stres menjalani kehidupan sebagai selebriti. Beberapa kali, media juga memberitakan kalau Demi sempat berupaya mengakhiri hidupnya dengan menelan obat dosis berlebih.
“Saat didiagnosis terkena bipolar, ada kelegaan tersendiri yang muncul,” kata Demi pada BeVocalSpeakUp, sebuah program hasil prakarsa warga Amerika yang peduli pada kesehatan mental. “Semua yang kulakukan selama ini jadi masuk akal, dan ada harapan untuk punya hidup lebih baik,” tambahnya.
Kini, Demi menjadi salah satu aktivis isu kesehatan mental. Dalam setiap kesempatan, Demi selalu menyebarkan propaganda bahwa penderita bipolar seperti dirinya pun bisa tetap berkarya dan hidup normal. “Dan aku sangat bersyukur dengan orang-orang di sekitarku, yang selalu mengerti dan membantuku melewati masa-masa buruk itu dulu,” kata Demi.
Demi Lovato menjadi salah satu contoh orang-orang usia produktif yang berhasil memenangkan pertempuran melawan bipolar. Dengan dukungan keluarga dan pengobatan yang benar, para pengidap bipolar tetap bisa tetap berkarya dan berprestasi.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti