Menuju konten utama

Benarkah Menteri Pendidikan Gaza Mengumumkan Semua Murid Tewas?

Benarkah Menteri Pendidikan Gaza mengumumkan bahwa tahun ajaran 2024/2025 ditiadakan karena seluruh murid di Gaza sudah tewas?

Benarkah Menteri Pendidikan Gaza Mengumumkan Semua Murid Tewas?
Api dan asap membubung pasca serangan udara Israel di Kota Gaza, Minggu, 8 Oktober 2023. (AP Photo/Fatima Shbair, File)

tirto.id - Sebuah postingan viral di media sosial mengungkapkan Menteri Pendidikan Gaza mengumumkan tahun ajaran 2023/2024 telah berakhir karena seluruh murid terbunuh akibat serangan Israel. Lantas, bagaimana kebenaran berita tersebut?

Akun @AREAJULID via media sosial X atau dulu Twitter menampilkan unggahan yang berisi kalimat "Menteri Pendidikan di Gaza umumkan tahun ajaran berakhir 2023/2024 karena semua murid telah terbunuh".

Ia menyertakan foto remaja yang menggendong anak laki-laki di tengah sebuah kekacauan. Di belakangnya juga terdapat seorang ibu bersama 2 anaknya, salah satu masih balita dan berada di dekapan sang ibu.

Sehari sebelumnya, sebuah akun di media sosial X juga turut mengunggah postingan yang hampir sama, namun dalam bentuk bahasa Arab.

Jika diterjemahkan, unggahan @Roi_ro1 pada Sabtu (28/10) itu bermakna "Menteri Pendidikan di Gaza secara resmi mengumumkan tahun ajaran 2023/2024 telah berakhir karena seluruh siswa telah terbunuh".

Postingan tersebut sudah tayang 17,4 juta kali dan di retweet sebanyak 112 ribu kali.

Fakta Kondisi Anak-anak di Gaza

Hingga berita ini ditulis pada Senin (30/10/2023), belum ada berita resmi yang melaporkan Menteri Pendidikan Gaza menyampaikan demikian.

Menteri Pendidikan Gaza juga belum memberikan komentar terkait informasi viral mengenai banyak anak-anak Gaza yang tewas sehingga tahun ajaran 2023/2024 ditiadakan.

Menurut kantor berita Palestina, WAFA, pada Minggu (29/10/2023), jumlah korban meninggal sudah mencapai 8.069 orang dan lebih dari 22.000 orang mengalami luka-luka. Demikian berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan setempat.

Di Jalur Gaza, korban meninggal sebanyak 7.955 orang dan di Tepi Barat menjadi 114 orang. Sedangkan rincian jumlah luka-luka adalah 20.000 di Gaza dan 2.000 di Tepi Barat.

Sebanyak 73 persen dari jumlah korban di Gaza itu merupakan anak-anak, perempuan, dan termasuk orang tua.

Sedangkan berdasarkan laporan UNICEF selama periode 20-26 Oktober 2023, sebanyak 221 sekolah di Jalur Gaza saat ini mengalami kerusakan.

Angka itu termasuk lebih dari 40 persen dari seluruh bangunan sekolah yang ada di Jalur Gaza. Sejumlah 625.000 anak yang terdaftar di seluruh sekolah sekarang dalam kondisi sudah tidak memiliki akses pendidikan lagi.

"Pembunuhan dan melukai anak-anak, penculikan anak-anak, serangan terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penolakan terhadap akses kemanusiaan merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak," kata Adele Khodr, Direktur Regional UNICEF untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.

Pihaknya juga berupaya mendesak semua pihak untuk melakukan gencatan senjata, mengizinkan akses kemanusiaan, dan membebaskan seluruh sandera.

Sementara HRW (Human Rights Watch) mengungkapkan pada Kamis (19/10), blokade yang dilakukan Israel dengan memutus aliran air, bahan bakar, dan listrik bisa berakibat pada kematian yang akan dialami anak-anak di Gaza.

"Israel telah memutus pasokan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di Gaza, lebih dari satu juta anak terancam. Setiap jam blokade ini terus berlanjut, ada korban jiwa," ujar Bill Van Esveld, Direktur Urusan Hak-hak Anak HRW.

"Bombardir Israel dan blokade total yang melanggar hukum atas Gaza bermakna banyak anak-anak yang terluka dan sakit di antara banyak warga sipil lainnya, (anak-anak) akan meninggal karena tidak mendapatkan perawatan medis," lanjutnya.

Baca juga artikel terkait ISRAEL PALESTINA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra