tirto.id - Durian tak cuma dikenal karena aromanya yang menyengat. Buah yang jamak ditemukan di daerah tropis disebut-sebut memiliki khasiat meningkatkan gairah seksual. Untuk mengecek kebenarannya, pemerintah Malaysia bahkan berniat meneliti apakah durian benar-benar merupakan afrodisiak—makanan, minuman, atau obat yang merangsang gairah seksual.
Dilansir The Strait Times, menteri agrikultur dan sumber daya pertanian, Datuk Seri Ahmad Shabery Cheek, menyatakan di parlemen pada 16 November lalu: “Kawan saya mengatakan bahwa ini [durian mengandung afrodisiak] benar dan ada studi-studi yang mengklaim bahwa durian baik untuk [kesehatan] manusia. Kami akan menanyai pihak-pihak yang relevan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.”
Sebelumnya, Datuk Seri Ahmad Shabery Cheek mengangkat hasil-hasil studi terdahulu yang telah membuktikan aneka manfaat durian yang lain. Studi di Thailand menyebut durian mempunyai antioksidan tinggi dan gel polisakarida yang membantu meningkatkan sistem imun serta menurunkan kolesterol.
Sementara itu, peneliti di Cina membuktikan bahwa kulit durian mengandung analgesik dan antibiotik. Beralih ke Singapura, studi dari negara tersebut menyatakan bahwa durian memiliki potasium tinggi yang membantu menurunkan tekanan darah.
Selain durian, masih banyak makanan yang dikatakan mampu mendongkrak libido dan menambah stamina untuk berhubungan seksual. Beberapa di antaranya telah teruji secara ilmiah, sementara lainnya sebatas isapan jempol yang masih diyakini sebagian orang.
Afrodisiak dari Masa ke Masa
Keyakinan bahwa sejumlah makanan berpengaruh terhadap kehidupan seks seseorang sudah berkembang jauh sebelum penelitian-penelitian modern terhadap makanan-makanan tersebut dilakukan. Sejak dulu, orang-orang tidak sekadar mengonsumsi makanan atau minuman yang dibilang afrodisiak, tetapi mereka juga memamah cerita di balik makanan atau minuman tersebut.
Richard Webster, penulis buku Magical Symbol of Love & Romance, mencatat, tiram berasosiasi dengan Aphrodite, dewi cinta, lantaran ia lahir di atasnya. Asosiasi tiram dengan Aphrodite inilah yang menimbulkan asumsi hewan tersebut bisa meningkatkan gairah seks saat dikonsumsi.
Bukan hanya di kebudayaan Yunani Kuno saja keyakinan tiram merupakan afrodisiak tumbuh subur. Pada masa kekaisaran Romawi pun, keyakinan serupa ditemukan. Bahkan, kaisar-kaisar Romawi bersedia membayar mahal tiram dengan emas sesuai dengan beratnya karena begitu percaya makanan itu berkhasiat.
Kisah tentang khasiat tiram untuk vitalitas berlanjut pada masa hidup Casanova (1725-1798) yang terkenal doyan menggoda perempuan. Dalam memoar Casanova tertulis, laki-laki tersebut menyantap 50 buah tiram mentah setiap pagi sembari mandi bareng dengan perempuan yang ia goda pada malam sebelumnya.
Beralih ke Mesir sekitar 2000 SM, ada makanan lain yang diyakini memengaruhi kehidupan seksual seseorang: selada. Masyarakat Mesir Kuno mengasosiasikan selada dengan simbol falus yang lekat dengan dewa kesuburan, Min. Mereka percaya bahwa selada dapat membantu Min melakukan aktivitas seksual tanpa kenal lelah.
“Salah satu alasan kenapa selada diasosiasikan dengan Min adalah karena tanaman ini tumbuh tegak—sebuah simbol falus yang gamblang. Namun, bila Anda mengupas daunnya, akan keluar cairan berwarna putih—yang pada dasarnya terlihat menyerupai sperma,” jelas Salima Ikram, profesor di American University, Kairo, yang berfokus studi tentang makanan pada era Mesir Kuno.
Selain tiram dan selada, alpukat juga dipercaya merupakan afrodisiak bagi orang-orang Aztec. Mereka meyakini bahwa siapa pun yang mengkonsumsi buah itu akan mendapat kekuatan. Lebih lanjut tentang alpukat, orang-orang Aztec menyebut buah ini “ahuacatl”, kependekan dari “ahuacacuahuitl” yang artinya adalah pohon testis.
Tidak hanya alpukat saja yang dianggap sebagai afrodisiak oleh orang-orang Aztec. Mereka juga meyakini bahwa cokelat bisa menaikkan libido dan kekuatan saat berhubungan seksual. Hal ini dicatat oleh Bernal Diaz del Castillo (1492-1584), etnografer Spanyol, yang juga menuliskan bahwa minuman cokelat dipersembahkan kepada Moctezuma, pemimpin Aztec. Sebelum mengunjungi haremnya, Moctezuma menenggak minuman tersebut sehingga asosiasi cokelat dengan gairah seksual menyebar di antara orang-orang Aztec.
Naiknya Gairah Karena Sugesti
Popularitas cokelat pada Hari Valentine yang dirayakan orang-orang Barat boleh jadi dipengaruhi oleh anggapan bahwa makanan ini mengandung afrodisiak. Terlepas dari kisah yang menyertai anggapan tersebut, bagaimana pendapat peneliti soal kandungan cokelat dan asosiasinya dengan gairah seksual?
Dilansir WebMD, pada awal 1980-an, sekelompok peneliti menemukan adanya fenil etil amina (PEA) dalam cokelat. PEA dikatakan mampu merangsang emosi seseorang, tetapi tubuh manusia hanya menyerap sedikit sekali PEA dari cokelat. Kuantitas PEA yang diserap tubuh dari cokelat tidak cukup untuk merangsang emosi sehingga mereka menyimpulkan, cokelat tidak berpengaruh terhadap gairah seksual.
Peneliti lain menemukan kandungan cokelat yang bisa memicu serotonin—hormon yang berhubungan dengan gairah seksual. Namun, saat menguji efeknya kepada sejumlah partisipan studi, mereka melihat tidak ada perubahan signifikan pada fungsi seksual tubuh para partisipan.
Bagaimana dengan tiram? Dalam artikel bertajuk “Are Oysters an Aphrodisiac” yang dirilis di Smithsonian tertulis bahwa George Fisher, profesor kimia dari Barry University, Miami, sempat menyatakan bahwa kepah mengandung asam D-aspartik yang terbukti meningkatkan hormon seks pada tikus percobaan.
Studi Fisher ini tidak melibatkan tiram, tetapi banyak publikasi yang lantas menggeneralisasi aneka kerang-kerangan, termasuk tiram, punya khasiat seperti kepah. Penelitian-penelitian untuk mengafirmasi atau menolak temuan Fisher pun dibuat. Barry Komisaruk, profesor psikologi dari Rutgers University, Newark, menyatakan bahwa tidak ada data sahih yang membuktikan bahwa tiram mempunyai khasiat afrodisiak.
Pendapat Komisaruk ini sejalan dengan pernyataan Michael Krychman, konselor di Southern California Center for Sexual Health and Survivorship Medicine, yang masih meragukan khasiat tiram. Gairah adalah sesuatu yang kompleks dan sulit distimulasi hanya dengan makanan, suplemen, obat, atau psikoterapi saja, demikian diutarakan Krychman kepada Smithsonian.
Terkait khasiat afrodisiak, Nancy Amy, ahli nutrisi dan toksikolog dari University of California mengungkapkan, “Ada efek plasebo yang begitu kuat dari [konsumsi] afrodisiak. Makanan-makanan ini sangat terikat dengan konteks budaya dan tidak ada bukti-bukti ilmiah [bahwa makanan tertentu memicu gairah seksual], tetapi bila Anda berpikir makanan tersebut berkhasiat, maka ada 50% peluang hal tersebut benar-benar terjadi.”
Secara singkat, plasebo diartikan sebagai efek yang muncul saat seseorang menganggap dirinya akan menerima sejumlah manfaat dari mengonsumsi pil, minuman, atau hal lain yang nyatanya tidak akan mendatangkan dampak apa-apa. Efek plasebo bisa begitu signifikan. Semakin lama konsumsi makanan atau obat-obatan yang seseorang yakini berkhasiat, semakin mungkin ia benar-benar merasakan khasiat tersebut.
Tidak dimungkiri bahwa tiram mengandung zat-zat yang berpengaruh terhadap peningkatan testosteron dan serotonin, tetapi terlalu simplistis untuk menganggap makanan tersebut serta merta membuat gairah seksual seseorang membuncah. Ada macam-macam hal yang memengaruhi gairah dan performa seseorang di tempat tidur, dan sebagian besar dipengaruhi otak yang disebut-sebut sebagai organ seks terbesar.
Seberapa banyak pun afrodisiak yang dikonsumsi, libidonya tak akan melonjak bila secara psikis seseorang mengalami depresi atau pikirannya tidak tertuju pada aktivitas seks dengan pasangan. Sebaliknya, bila otaknya terus menyugesti bahwa dengan menyantap makanan-makanan seperti cokelat, tiram, durian, daging kambing, atau menenggak jamu-jamuan bisa memperbaiki kehidupan seksnya, bukan mustahil keyakinannya tersebut terwujud.
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Maulida Sri Handayani