Menuju konten utama
Periksa Fakta

Benarkah AS Kirim Bomber Nuklir untuk Halangi Putin ke G20?

Pengerahan 6 pembom B-52 oleh AS dilakukan sebagai langkah provokatif yang menurut para pakar ditujukan tepat ke Tiongkok.

Benarkah AS Kirim Bomber Nuklir untuk Halangi Putin ke G20?
Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Sebuah unggahan terkait usaha Amerika Serikat (AS) untuk menghalangi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali muncul di Facebook. Isu ini muncul karena Putin memang tidak hadir di KTT G20 tahun ini, dimana Indonesia menjadi tuan rumah.

Unggahan berbentuk video itu diklaim bersumber dari sebuah kanal bernama “Bagi Bagi” dan disebarluaskan akun Facebook Ganef Djati (tautan) pada 6 November 2022, jelang puncak G20 di Bali. Keterangan pada unggahan itu berbunyi, “AS coba halangi Putin datang ke Bali dengan mengirim 6 Bomber ke Australia.”

Video itu juga disertai narasi yang menyebut bahwa 6 pesawat nuklir dan kapal induk milik AS tersebut sedang diparkir di wilayah Australia utara dekat dengan Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan kode unit B-52. Menurut narasi video, hal itu dilakukan agar Jokowi tidak melawan Australia dan batal mengundang Putin dalam acara G20 di Bali.

Dalam video yang memperlihatkan footage pesawat tempur dan kapal itu juga dikatakan, jika Putin datang bersamaan dengan Presiden AS Joe Biden, Bali akan dipenuhi dengan kapal perang dan kapal induk milik Amerika dan Rusia yang siap saling serang. Karenanya, militer Indonesia disebut akan kerepotan akibat ulah kedua negara ini dan G20 justru akan menjadi arena perang alih-alih forum perdamaian.

AS Kirim 6 Bomber ke Australia

AS Kirim 6 Bomber ke Australia. FOTO/ bagi bagi youtube

Hingga 15 November 2022, video sepanjang 9 menit 29 detik yang beredar telah diputar sebanyak 445 ribu kali dan disukai 12 ribu orang.

Lantas, bagaimana kebenaran klaim yang disebutkan? Benarkah AS mengerahkan 6 pesawat bomber untuk menghalangi kehadiran Putin di KTT G20?

Penelusuran Fakta

Setelah menyaksikan video secara utuh, tim riset Tirto mencoba melakukan penelusuran Google dengan kata kunci yang ada dalam video. Artikel teratas yang kami temukan yakni sebuah berita dari media Australia ABC tertanggal 31 Oktober 2022 dan telah diperbarui pada 1 November 2022.

Pemberitaan itu berjudul “US Air Force to deploy nuclear-capable B-52 bombers to Australia as tensions with China grow,” atau apabila diterjemahkan artinya “Angkatan Udara AS akan kerahkan pesawat bomber B-52 berkemampuan nuklir ke Australia saat ketegangan dengan China meningkat.”

Sebagaimana judulnya, ulasan tersebut berisi tentang rencana AS terkait pengiriman pesawat bomber B-52 ke bagian utara Australia, sebagai sebuah langkah yang menurut para pakar ditujukan untuk memprovokasi Tiongkok. Tidak ada pembahasan menyoal G20 atau upaya menghalangi kehadiran Putin dalam berita ABC.

Perlu diketahui pula bahwa B-52 yang disebut ini adalah Stratofortress, pembom berat jarak jauh militer AS yang dirancang oleh Perusahaan Boeing pada tahun 1948, menukil Ensiklopedia Britannica. Jenis B-52H memang memiliki kemampuan untuk membawa senjata nuklir yang bisa diarahkan dengan presisi, kata laman Pusat Senjata Nuklir Angkatan Udara (AFNWC) AS.

Kembali ke artikel ABC tersebut, investigasi oleh Four Corners, bagian dari kantor berita ABC Australia, mengungkap bahwa Washington berencana untuk membangun fasilitas khusus untuk pesawat raksasa di pangkalan udara Tindal, selatan Darwin, ibu kota Wilayah Utara Australia.

AS disebut telah menyusun rencana terperinci untuk “fasilitas operasi skuadron,” pusat perawatan, serta area parkir untuk enam B-52.

Becca Wasser dari Center for New American Security membeberkan bahwa penempatan B-52 di bagian utara Australia adalah peringatan bagi Tiongkok. Alasannya, karena meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan serangan Beijing terhadap Taiwan.

"Memiliki pesawat pengebom yang dapat menjangkau dan berpotensi menyerang daratan Tiongkok bisa menjadi sangat penting untuk mengirimkan sinyal ke China bahwa tindakannya atas Taiwan juga dapat berkembang lebih jauh," katanya, masih dari ABC.

Menurut ABC, ketegangan yang berkembang dengan Tiongkok ini telah menjadikan Australia bagian utara sebagai pusat pertahanan penting bagi AS, yang telah berkomitmen untuk menggelontorkan lebih dari 1 miliar dolar AS untuk meningkatkan aset militernya di kawasan itu.

Kementerian Luar Negeri RI (Kemenlu) pun ikut buka suara dan menyatakan hal tersebut menjadi perhatian Indonesia. Dalam konferensi persnya pada Jumat (4/11/2022), seperti dilansir Kompas, Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah mengungkap akan mengikuti dari dekat dan mencermati perkembangan isu ini.

Ia menuturkan, keamanan di kawasan menjadi komitmen bersama semua negara yang memiliki kepentingan, baik bagi negara yang berada di Asia Tenggara atau negara yang memiliki kepentingan dan interaksi kuat dengan Indo-Pasifik.

Lebih lanjut Faiza meminta semua negara menahan diri untuk tidak bermanuver atau melakukan langkah lain yang menimbulkan ketidakpercayaan antar-negara.

“Jadi kita mengharapkan agar negara-negara kembali mengedepankan satu kondisi kondusif dan stabil, menghindari langkah yang menyebabkan saling ketidakpercayaan negara-negara yang pada gilirannya dapat berpotensi meningkatkan ketegangan menjadi sumber iritasi baru,” ungkap Faiza, mengutip Kompas, di hari yang sama saat Konferensi Pers Kemenlu.

Kemudian untuk mengetahui asal muasal video yang beredar, tim riset Tirto mencari tahu dengan alat bantu telusur video InVid. Dari situ kami mendapatkan beberapa keyframe yang selanjutnya ditelusuri dengan pencarian gambar terbalik Google dan Yandex. Video tersebut tampaknya menggabungkan sejumlah dokumentasi dengan konteks yang berbeda-beda.

Di durasi awal video misalnya, sebuah footage dengan gambar seorang perempuan identik dengan wawancara CNN Indonesia TV dengan Pengamat Militer dan Pertahanan Connie Rahakundini. Video aslinya diunggah di kanal YouTube resmi CNN Indonesia pada 3 Agustus 2022 berjudul “Connie: Kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan Exit Door Amerika Selamatkan Muka dari Perang Rusia-Ukraina.”

Keterangan yang disematkan dalam video tersebut adalah bahwa Pemerintah Tiongkok marah besar atas manuver Ketua Kongres AS Nancy Pelosi yang berkunjung ke Taiwan pada 2 Agustus lalu. Merespons kunjungan tersebut, Pemerintah Tiongkok disebut bersiap meluncurkan aksi militer.

Perlu diketahui, presidensi G20 Indonesia sendiri mencapai puncaknya pada 15-16 November ini dan dihadiri secara langsung oleh 17 pemimpin G20. Total kehadiran para pemimpin termasuk Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yakni 36 orang dari total 41 peserta.

Sejak Minggu (13/11/2022), sejumlah kepala negara itu telah berdatangan di Bali, termasuk di antaranya Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

Kehadiran Lavrov sendiri menggantikan Presiden Rusia Vladimir Putin yang telah dipastikan tidak hadir secara langsung, namun alasannya adalah karena keperluan dalam negeri yang mengharuskan dirinya berada di Rusia. Tidak ada keterangan yang menyebutkan absensinya secara langsung berhubungan dengan 6 bomber nuklir Amerika.

Narasi ketegangan AS-Rusia dalam G20 juga sempat beredar pada Mei lalu. AS saat itu disebut akan membatalkan KTT G20 Indonesia di tengah kabar konfirmasi kehadiran Rusia. Namun, setelah diperiksa Tirto hal itu tidak benar dan Biden pun nyatanya telah hadir di Bali.

Amerika bersama dengan Kanada dan Inggris memang sempat melakukan walk out atau meninggalkan ruangan ketika perwakilan Rusia berbicara pada pertemuan menteri keuangan G20 di Washington D.C., AS pada April. Aksi itu merupakan wujud protes atas berlanjutnya invasi Rusia ke Ukraina, yang telah berlangsung sejak Februari awal tahun.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, pengerahan 6 pembom B-52 oleh AS dilakukan sebagai langkah provokatif yang dilihat pakar ditujukan pada Tiongkok. Becca Wasser dari Center for New American Security menyatakan penempatan B-52 di Australia utara disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan serangan Beijing terhadap Taiwan.

Sementara itu, absennya Putin dalam KTT G20 kali ini tidak ada hubungannya dengan Amerika, melainkan ada keperluan dalam negeri yang mengharuskan dirinya berada di Rusia.

Dengan demikian video dengan klaim AS kirim 6 bomber nuklir untuk halangi Putin untuk menghadiri KTT G20 bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - Periksa fakta
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Farida Susanty