tirto.id - Presiden sementara (interim) Peru Manuel Merino mengundurkan diri pada Minggu (16/11/2020) waktu setempat, setelah tak sampai seminggu menjabat. Merino meninggalkan jabatannya dalam situasi ketidakpastian atas desakan parlemen yang memintanya mundur setelah kematian dua pengunjuk rasa dalam aksi protes atas pencopotan presiden pendahulunya, Martin Vizcarra.
Goncangan politik di Peru, negara produsen tembaga nomor 2 di dunia, terjadi saat negara itu tengah tertatih-tatih melawan pandemic COVID-19. Imbasnya, kontraksi ekonomi di negara itu saat ini diperkirakan menjadi yang terburuk selama satu abad terakhir.
Melansir Reuters, rakyat Peru dilaporkan turun ke jalan merayakan kemunduran Merino. Kendati situasi tersebut justru semakin membawa Peru ke dalam ketidakpastian dan kekacauan hukum mengingat parlemen masih terus berunding memutuskan pengganti Merino.
Kongres diperkirakan akan melakukan pemungutan suara pada malam ini setelah pemungutan suara pertama gagal mengumpulkan suara mayoritas untuk anggota parlemen sayap kiri dan pembela HAM, Rocio Silva-Santisteban sebagai presiden sementara.
“Merino mengundurkan diri karena tangannya berlumuran darah anak-anak kami,” kata Clarisa Gomez, salah satu rakyat Peru yang merayakan pengunduran diri Merino. Ia juga menambahkan anggota parlemen yang memilih Merino harus turut membayar.
Pada Senin lalu (9/11/2020), Kongres yang didominasi oposisi, mencopot Presiden Martin Vizcarra atas tuduhan penyuapan yang kemudian dibantah. Merino selaku Ketua Kongres pada saat itulah yang memimpin desakan untuk mendakwa Vizcarra.
Tak lama sebelum pengumuman pengunduran diri tersebut, Presiden Kongres Luis Valdez menyatakan seluruh partai politik telah setuju Merino mundur. Jika Merino menolak, lanjut Valdez, parlemen akan memproses impeachment terhadapnya.
Editor: Restu Diantina Putri