Menuju konten utama

Bangladesh Tolak Lagi Pengungsi Rohingya

Pemerintah Bangladesh menolak para pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri dari konflik di Myanmar.

Bangladesh Tolak Lagi Pengungsi Rohingya
Mortaza Bibi, seorang pengungsi Rohingya yang sekarang berlindung dengan sebuah keluarga lokal Bangladesh, berpose untuk difoto di Teknaf dekat Cox's Bazar, Bangladesh, Selasa (22/11). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammad Ponir Hossain.

tirto.id - Pemerintah Bangladesh menolak para pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri dari konflik di Myanmar. Para penjaga perbatasan Bangladesh memulangkan kapal-kapal berisi pengungsi Rohingya, meski oposisi di negara itu meminta pemerintah menyediakan perlindungan bagi warga minoritas Muslim tersebut.

Ribuan pengungsi Rohingya yang putus asa dari negara bagian Rakhine barat, Myanmar, pekan lalu membanjiri perbatasan Bangladesh, membawa cerita tragedi kemanusiaan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar.

Kantor Berita AFP seperti dikutip Antara mewartakan delapan kapal yang berusaha melintasi Sungai Naf yang memisahkan Rakhine dari Bangladesh selatan dipulangkan kembali menyusul pelarangan enam kapal yang mencoba memasuki wilayah Bangladesh pada Minggu, ungkap kepala penjaga di kota perbatasan Bangladesh, Teknaf, Kolonel Abuzar Al Zahid.

"Ada 12 sampai 13 pengungsi Rohingya di masing-masing kapal," ujar Zahid.

Dhaka menyatakan ribuan pengungsi lain berkumpul di perbatasan, tetapi menolak permohonan internasional untuk mengizinkan mereka masuk, sebaliknya meminta Myanmar melakukan lebih banyak upaya untuk mencegah orang-orang melarikan diri.

Dalam dua pekan terakhir, penjaga perbatasan Bangladesh telah menolak kedatangan lebih dari 1.000 pengungsi Rohingya, termasuk pengungsi perempuan dan anak-anak yang datang dengan menggunakan kapal, ungkap para pejabat kepada AFP.

Pemimpin oposisi utama Bangladesh Khaleda Zia pada Minggu malam bergabung dengan partai-partai politik dan kelompok-kelompok Islam di negara yang mayoritas penduduknya Muslim itu untuk mendesak negara memberikan perlindungan kepada pengungsi Rohingnya.

Sedikitnya 30.000 telah mengungsi di Rakhine dan banyak yang berusaha mencapai Bangladesh dalam sebulan terakhir meski ada peningkatan patroli perbatasan, dan berusaha mengungsi di antara penduduk pengungsi Rohingya yang sudah tinggal di sisi Bangladesh.

Samira Akhter kepada AFP menceritakan dia bisa mencapai kamp pengungsi tidak resmi di Bangladesh pada Senin, setelah meninggalkan desanya di negara bagian Rakhine bersama tiga anaknya dan 49 orang lainnya.

"Militer membunuh suami saya dan membakar rumah kami. Saya lari ke bukit bersama tiga anak saya dan para tetangga. Kami sembunyi di sama selama sepekan," kata Akhter (27).

Dudu Mia, pemimpin Rohingya di kamp, mengatakan sedikitnya 1.338 sudah tiba di komunitas itu sejak pertengahan Oktober.

Kekerasan di Rakhine -- wilayah yang dihuni etnis Rohingya-- meningkat dalam sebulan terakhir setelah pasukan keamanan menyerbu area itu menyusul serangkaian serangan di pos-pos polisi yang disalahkan pada militan lokal.

Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan pekan lalu bahwa di Myanmar sedang terjadi "pembersihan etnis" Muslim Rohingya karena muncul laporan-laporan mengenai tentara yang menembaki warga desa yang berusaha melarikan diri.

Namun pemerintah sipil Myanmar yang baru pimpinan peraih Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi membantah tuduhan itu.

Berbicara kepada tirto.id, Jumat pekan lalu, Kyaw Win selaku Direktur Burma Human Rights Network (BHRN) menyampaikan bahwa Bangladesh telah menutup pintu di perbatasan, kendati Bangladesh memiliki kedekatan secara historis dan kultural dengan Rohingya. Bangladesh bahkan mengumumkan jika ada yang menampung Rohingya, maka akan dihukum.

"Jadi kemana lagi orang-orang ini akan pergi? Setelah operasi militer Oktober lalu, ada sekitar 30.000 warga Rohingya kehilangan rumah," tanyanya.

Menurut Kyaw Win alasan penolakan itu karena Bangladesh tak ingin jikaperbatasan dibuka dan mengizinkan semua etnis Rohingya masuk negara mereka, hal ini akan dijadikan dalih bagi pemerintah Myanmar untuk menendang semua orang Rohingya keluar dari Myanmar.

"Inilah yang pemerintah Myanmar inginkan," sebutnya.

Baca juga artikel terkait KONFLIK MYANMAR atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH