tirto.id - Satu lagi korban dari kedigdayaan internet. Dia adalah balai lelang. Perkembangan teknologi telah membuat industri lelang berubah total. Satu per satu perusahaan balai lelang dunia bertransformasi ke platform digital secara bertahap.
Beberapa di antara balai lelang legendaris yang mulai berubah antara lain Balai Lelang Christie's di London yang didirikan pada 1766 dan Balai Lelang Sotheby's di New York, AS yang sudah ada sejak 1744. Keduanya sudah memperkenalkan sistem balai lelang online. Pada Maret 2016, media New York Times menggunakan istilah “radical transformation” bagi keduanya.
“Sebuah bisnis perlu berkembang termasuk di bisnis balai lelang, teknologi telah mengubah segala sesuatu, perubahan alami dari pasar,” kata Global Head of Art Advisory and Finance, Citi Private Bank, Citigroup, Suzanne Gyorgy dikutip dari nytimes.com.
Transformasi Bisnis Lelang
Pada 1995, Masatakan Fujisaki di Jepang menciptakan sistem lelang internet yang disebut Aucnet. Masatakan memperkenalkan sistem lelang mobil bekas, dari cara lelang langsung atau konvensional di tempat lelang sebagai pasar fisik ke ranah internet.
Para dealer yang berniat menjual mobil bekas menelepon ke Aucnet dan kemudian petugas dari Aucnet melakukan survei untuk memeriksa, dan mengumpulkan informasi rinci tentang mobil yang ditawarkan. Informasi beserta foto-foto tentang mobil kemudian dikirimkan kepada para dealer mobil bekas yang berlangganan sistem informasi yang dikeluarkan oleh Aucnet.
Setiap akhir pekan, Aucnet menggelar lelang mobil bekas melalui layar monitor komputer, yang diikuti oleh para dealer mobil bekas di seluruh Jepang. Lelang di internet ini kemudian ditiru oleh situs lelang Onsale pada Mei 1995 dan situs lelang paling tersehor eBay pada September 1995. Ini jadi cikal bakal transformasi bisnis lelang di dunia.
Upaya transformasi di bisnis lelang dunia memang sebuah keharusan di era penjualan berbasis online terus berkembang. Para rumah lelang seni bakal ditinggalkan zaman bila hanya diam. Pada 2011, balai lelang seni Christie's memulai layanan lelang online untuk pertama kali, dan pada 2015 dilanjutkan dengan menggelar 79 lelang melalui platform online. Langkah Christie juga sudah dilakukan Sotheby's. Balai lelang ini bahkan sejak tahun lalu menggelar lelang dengan live streaming. Sotheby's menggandeng eBay untuk layanan ini.
“Kami ingin membuat banyak saluran dan banyak cara untuk para kolektor membeli barang yang mereka suka,” kata Executive Vice President for Digital Development and Marketing Sotheby's David Goodman.
Keputusan mereka sudah tepat. Data-data menunjukkan penjualan barang seni melalui online mengalami kenaikan yang signifikan. Pada 2014 penjualan online dari produk seni menembus 3,6 miliar dolar AS (3,3 miliar euro) yang dicatat oleh European Fine Art Foundation. Angka ini setara dengan 6 persen dari total pasar barang seni dan antik secara global. Namun, yang menjadi patut perhatian para pengelola balai lelang adalah pertumbuhan penjualan online barang seni yang mencapai 32 persen dibandingkan 2013.
Sedangkan, total penjualan balai lelang di seluruh dunia mencapai 24,6 miliar euro di 2014 atau 48 persen dari total pasar barang seni dan antik global. Pada tahun yang sama, Sotheby's mencatatkan pertumbuhan penjualan lelang dari online hingga 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam sebuah lelang keramik Picasso, sebanyak 75 persen terjual dari lelang online.
Hal serupa dialami oleh Christie's. Deal lelang online mereka naik 11 persen pada 2015. Menariknya, dari 30 persen peserta lelang baru yang bertransaksi di Christie's, sebanyak 20 persennya berasal dari lelang online.
Pada Maret tahun ini, balai lelang Christie's AS memulai proses lelang secara online untuk kali pertama. Tahun lalu, balai lelang Christie's secara global meraup transaksi 7,4 miliar dolar AS (4,8 miliar Pound Sterling) atau raihan terbesar kedua selama balai lelang ini berdiri. Angka ini turun 5 persen (hitungan Pound Sterling) dari tahun sebelumnya.
Selain perusahaan balai lelang terkemuka, pemain e-commerce dunia seperti Alibaba juga berbenah. Media chinadaily menulis pada Mei 2016 lalu, Alibaba menggabungkan bisnis online marketplace barang-barang bekas dengan layanan lelang online yang mereka miliki.
Angin perubahan di bisnis lelang benar-benar telah berhembus dan harus diantisipasi oleh para pemainnya. Perubahan ini juga menghampiri bisnis ini di Indonesia. Meskipun bisnis balai lelang di Indonesia relatif masih menjadi barang baru. Perubahan juga harus dilakukan agar tak tertinggal dengan geliat zaman.
Bayi Lelang di Indonesia
Saat banyak negara di dunia sudah berkembang pesat dalam bisnis lelang, di Tanah Air bisnis ini terhitung masih anak bawang. Dominasi pemerintah dalam kegiatan balai lelang pada masa lalu sangat dominan. Baru 6 tahun lalu, ruang gerak bisnis ini bagi pelaku swasta mulai terbuka lebar dan berkembang.
Hal ini karena regulasi soal balai lelang di Indonesia relatif terlambat untuk memberikan kesempatan kepada swasta. Setidaknya sudah ada ketentuan soal balai lelang pada 1996 menjelang krisis. Saat ini ketentuan soal balai lelang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang. Pearuturan ini memberi kesempatan kepada perusahaan swasta nasional untuk mendirikan balai lelang swasta. Payung hukum ini bakal makin kuat setelah Rancangan Undang-undang tentang Lelang sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2015-2019.
Setelah ada lampu hijau, beberapa perusahaan lelang atau balai lelang swasta bermunculan. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat jumlah balai lelang swasta yang saat ini aktif di Indonesia mencapai 99 balai lelang. Sebanyak 61 balai lelang aktif menyelenggarakan jasa lelang, dan 38 balai lelang tidak aktif.
Terdapat 82 balai lelang bergerak di sektor properti, 13 balai lelang bergerak di sektor kendaraan bermotor, 4 balai lelang bergerak di sektor benda seni. Kegiatan transaksi balai lelang di Indonesia pada 2014 tercatat Rp9,3 triliun. Kontribusi balai lelang swasta pada 2014 mencapai 52 persen, pada 2013 sebesar 46 persen, dan 2012 sebesar 51 persen.
Semakin berkembangnya perusahaan balai lelang di Indonesia, membuat mereka membentuk Persatuan Balai Lelang di Indonesia (Perbali) pada 28 Mei 2015 di Jakarta. Ali Vitali yang merupakan Presiden Direktur PT Balai Lelang Internusa terpilih sebagai Ketua Umum Perbali 2015-2018.
Kegiatan balai lelang di Indonesia memang tak terlepas dari peranan dominan pemerintah termasuk dalam mengembangkan layanan lelang yang mengikuti perkembangan zaman. Kemenkeu sudah menyediakan layanan lelang secara online atau lelang internet (e-Auction) yang digagas oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu sejak 7 November 2014.
Lelang e-auction menghilangkan batasan geografis pada lelang tradisional atau konvensional, sehingga memungkinkan orang dari seluruh dunia berpartisipasi dalam pelaksanaan lelang ini. Pelaksanaan lelang online dapat berlangsung lebih lama sehingga memberikan ruang waktu fleksibel bagi penjual dan penawar. Lelang online menekan biaya operasional jauh lebih rendah dibandingkan dengan lelang konvensional. Selain itu, biaya komisi yang lebih rendah, dan menarik lebih banyak penjual dan pembeli tanpa mengenal jarak antarnegara.
Perusahaan balai lelang di Indonesia masih sangat bergantung dengan lelang aset sitaan, terutama saat kondisi “krisis” seperti saat kondisi kredit macet properti di perbankan hingga perusahaan pembiayaan otomotif. Namun, berkaca dari pengalaman balai lelang terkemuka di dunia, perusahaan balai lelang di Indonesia harus juga mengantisipasi perubahan zaman. Agar mereka tak mengalami krisis dari berkah “krisis” yang selama ini menjadi ujung tombak bisnis mereka.