Menuju konten utama

Bagaimana Posisi Manusia dalam Rantai Makanan?

Peran manusia dalam rantai makanan ternyata kompleks. Bagaimana posisi manusia dalam rantai makanan? Berikut ini penjelasannya. 

Bagaimana Posisi Manusia dalam Rantai Makanan?
Piramida Makanan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Rantai makanan adalah urutan peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup yang terjadi dalam ekosistem. Semua makhluk hidup, dari organisme yang sederhana seperti alga satu sel hingga makhluk raksasa seperti paus biru, membutuhkan sumber makanan untuk bertahan hidup.

Setiap rantai makanan mencerminkan jalur yang berpotensi diikuti oleh aliran energi dan nutrisi di suatu lingkungan ekosistem. Dalam rantai makanan, terdapat beberapa peran makhluk hidup, seperti produsen, konsumen, dan pengurai.

Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, memiliki potensi menjadi bagian dari beberapa rantai makanan. Berbagai rantai makanan yang saling terhubung dan tumpang tindih di dalam suatu ekosistem itu membentuk jaring makanan.

Lantas, bagaimana posisi manusia dalam rantai makanan? Simak penjelasannmya berikut ini.

Apa Peran Manusia dalam Rantai Makanan?

Setiap rantai makanan menempatkan beragam jenis makhluk hidup yang memiliki peran berbeda dalam proses memakan dan dimakan. Dalam konteks inilah, muncul pertanyaan seperti, manusia berperan sebagai apa dalam rantai makanan?

Dalam Profetika Ekosistem Lokal (2019) Achyani dan Hifni Septina Carolina menerangkan bahwa sebagaimana hewan, posisi manusia dalam rantai makanan pada umumnya adalah menjadi konsumen.

Karena manusia dalam rantai makanan dapat menduduki posisi sebagai konsumen, suplai energi untuk manusia berasal dari hidup lain. Manusia bisa memperoleh suplai energi dari tumbuhan dan hewan.

Dalam rantai makanan, konsumen dapat dibedakan menjadi tiga kategori. Adapun posisi manusia dalam rantai makanan dapat menjadi ketiganya. Sebab, manusia bisa memakan hewan dan tumbuhan. Adapun tiga jenis konsumen dalam rantai makanan itu adalah:

  • Konsumen pertama (primer) dalam rantai makanan adalah kelompok herbivora yang langsung mengonsumsi tumbuhan sebagai sumber makanan.
  • Konsumen kedua (sekunder) adalah karnivora yang memakan herbivora atau hewan lain sebagai sumber makanan.
  • Konsumen ketiga (tersier) dalam rantai makanan adalah kelompok omnivora.

Manusia dapat berperan sebagai 3 jenis konsumen tadi karena termasuk jenis omnivora alias pemakan segala. Selaras dengan itu, manusia mengonsumsi banyak jenis makanan.

Manusia memakan tanaman, seperti sayuran dan buah. Manusia juga memakan produk hewan, seperti daging, susu, telur. Manusia bahkan memakan jamur, alga, nori dan selada laut.

Melalui perannya sebagai konsumen, manusia menjadi bagian penting dalam dinamika rantai makanan. Sama seperti makhluk hidup lainnya, manusia juga turut berkontribusi pada keseimbangan ekosistem.

Di sisi lain, interaksi antar-makhluk hidup dalam suatu ekosistem bisa digambarkan lewat piramida makanan atau piramida ekologi. Salah satu jenisnya ialah piramida energi yang menggambarkan aliran energi dalam rantai makanan.

Secara umum, piramida energi mencakup 4 hingga 5 trofik (tingkatan), yang dimulai dari produsen, konsumen I (primer), konsumen II (sekunder), dan konsumen III (tersier). Di level berikutnya atau piramida paling atas yang menjadi puncak rantai makanan, terdapat apex predator (pemangsa puncak).

Ilustrasi piramida dipakai karena dari tingkatan paling bawah hingga ke puncak, populasi makhluk hidup akan makin sedikit. Maka itu, dalam piramida makanan di manakah posisi manusia? Apakah manusia konsumen puncak? Ternyata, tidak.

Mengapa Manusia Tidak Berada Paling Atas Dalam Rantai Makanan

Manusia bukan jenis makhluk hidup yang berada di puncak rantai makanan. Artinya, tak ada manusia dalam daftar apex predator. Lantas, di mana posisi manusia dalam rantai makanan?

Makhluk hidup jenis pemangsa puncak atau apex predator adalah hewan pemakan daging yang tidak memiliki pemangsa atau musuh alami. Karena tidak punya musuh alami dalam ekosistem, mereka menjadi konsumen puncak.

Sebagian contoh apex predator adalah orca (paus pembunuh), jaguar, puma, harimau, singa, macan tutul, hiu putih, burung pemangsa, dan serigala.

Alex Berezow melalui artikel “Humans Aren’t At The Top of The Food Chain” (2013) dalam situs Forbes menjelaskan bahwa dalam ekologi, peringkat spesies ditentukan berdasarkan jenis makanannya menggunakan parameter yang disebut tingkat trofik.

Tanaman yang mampu menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis diberi peringkat 1. Herbivora yang hanya mengonsumsi tumbuhan ada peringkat 2. Sementara itu, predator terkuat pemakan daging, seperti paus pembunuh, menempati peringkat 5,5.

Laporan penelitian yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) menjelaskan bukti mengapa manusia tidak berada paling atas dalam rantai makanan.

Hasil riset sejumlah ilmuwan dari French Research Institute for Exploitation of the Sea itu menyimpulkan posisi manusia berada di tengah-tengah rantai makanan. Kesimpulan ini didasari oleh analisis terhadap data dari Organisasi Pangan Dunia (FAO) tentang pasokan makanan di 176 negara selama tahun 1961 hingga 2009.

Rata-rata orang di seluruh dunia ternyata mendapatkan sekitar 80 persen kalori harian dari buah-buahan, sayuran dan biji-bijian. Sebanyak 20 persen lainnya dari daging, ikan, dan unggas. Artinya, manusia lebih dekat dengan herbivora daripada karnivora.

Rata-rata tingkat trofik manusia (HTL) di seluruh dunia adalah 2,21, sehingga pola makan manusia sebanding atau berada di antara babi dan ikan teri. Hal ini karena mayoritas dari manusia cenderung lebih banyak mengonsumsi tumbuhan daripada hewan herbivora.

Salah satu faktor yang memengaruhi penentuan posisi manusia dalam rantai makanan ini adalah pola makan penduduk di setiap negara yang berbeda-beda.

Misalnya, di Mongolia, Swedia, dan Finlandia, pola makan penduduk didominasi konsumsi ikan dan daging, sehingga manusia berada di tingkat trofik tertinggi. Sekitar 50% menu makanan penduduk di tiga negara itu berasal dari daging dan ikan.

Namun, di kawasan Afrika dan Asia Tenggara, pola konsumsi penduduknya justru berada di tingkat trofik rendah. Sebab, mayoritas penduduk Afrika dan Asia Tenggara mempunyai pola makan cenderung vegetarian, sekitar 96% makanannya berasal dari tanaman.

Maka itu, manusia tidak ditempatkan di puncak rantai makanan karena kecenderungan konsumsi makanannya yang beragam. Fakta ini sekaligus menunjukkan posisi manusia dalam rantai makanan sebenarnya kompleks.

Selain bisa dipengaruhi oleh pilihan jenis makanan, posisi manusia dalam rantai makanan ditentukan oleh dampak ekologis dari perilaku dan interaksinya dengan spesies lain.

Baca juga artikel terkait RANTAI MAKANAN atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Addi M Idhom