tirto.id - Rantai makanan merupakan peristiwa yang setiap waktu terjadi di sekitar ekosistem lingkungan kita. Manusia memakan hewan, hewan memakan tumbuhan, dan seterusnya.
Dengan makan, maka masing-masing makhluk hidup memperoleh energi untuk tetap terus beraktifitas. Lalu apa sebenarnya rantai makanan itu?
Pengertian rantai makanan
Rantai makanan adalah perjalanan memakan dan dimakan dengan urutan tertentu antar makhluk hidup. Urutan paling atas disebut produsen, lalu selanjutnya konsumen, dan terakhir dekomposer (pengurai), demikian mengutip repositori Kemdikbud.
Pada sebuah ekosisten, ada tingkatan-tingkatan rantai makanan yang disebut tingkat tropik. Tingkat tropik pertama atau disebut juga produsen, biasanya ditempati oleh tumbuhan hijau sebagai organisme yang bisa menghasilkan zat makanan sendiri. Tumbuhan menghasilkan makanan dengan fotosintesis memakai energi dari matahari. Hasil fotosintesis adalah gula (karbohidrat).
Kemudian tingkat tropik kedua atau disebut konsumen primer (konsumen tingkat 1) biasanya ditempati oleh pemakan tumbuhan yaitu hewan herbivora, misalnya sapi, kambing, kerbau, dan lainnya.
Tingkat tropik ketiga sering disebut dengan istilah konsumen sekunder atau konsumen tingkat 2. Di tingkatan ini berisi makhluk hidup yang memakan daging atau karnivora. Mereka umumnya meemakan hewan herbivora. Tingkat tropik ketiga contohnya adalah singa, harimau, serigala, dan lainnya.
Selanjutnya pada tingkat tropik terakhir atau tertinggi disebut dengan konsumen puncak, ditempati oleh makhluk yang bisa memakan segala jenis makanan atau omnivora. Manusia dan beberapa makhluk hidup lain bisa berada pada tingkatan ini.
Misalnya pada lingkungan ekosistem kebun, rantai makanan yang terjadi yaitu padi yang menjadi produsen, dimakan oleh burung pipit sebagai konsumen primer.
Burung pipit kemudian dimakan oleh ular, sebagai konsumen sekunder. Lalu ular dimakan oleh elang sebagai konsumen puncak dalam ekosistem kebun tersebut.
Rantai makanan sering juga diartikan sebagai proses transfer energi makanan dari produsen ke konsumen sampai berakhir di dekomposer.
Mengapa? Sebab dengan memakan dan dimakan, maka aliran energi bagi makhluk hidup bisa berjalan.
Asal awalnya energi adalah dari matahari yang kemudian diubah oleh tumbuhan (organisme autotrof) sebagai pembuat makanan menjadi energi kimia. Energi kimia itu disimpan oleh tumbuhan dalam buahnya, batangnya, atau daunnya, bahkan akar.
Kemudian organisme heterotrof (tidak bisa membuat makanan sendiri), memperoleh energinya dengan memakan tumbuhan. Dengan cara itu terjadi aliran energi yang terus berlangsung.
Jenis rantai makanan
Laman sumber belajar Kemdikbud menulis, ada beberapa jenis rantai makanan jika digolongkan berdasarkan organisme yang menjadi awal tingkat tropiknya yaitu:
- Rantai makanan perumput
Diawali dengan tumbuhan sebagai produsen yang menjadi tingkat tropik pertama, rantai makanan jenis ini paling sering dijumpai di berbagai tempat.
Misalnya pada sebuah tanah lapang, rumput (autotrof) adalah produsen. Dimakan oleh belalang sebagai konsumen primer. Lalu belalang dimakan oleh katak sebagai konsumen sekunder. Dan katak dimakan ular sebagai konsumen puncak. Jika ular mati, maka bangkainya diuraikan oleh bakteri pengurai (dekomposer)
- Rantai detritus (hancuran organisme)
Diawali dengan detritivor, yakni suatu organisme heterotrof yang mendaptkan energi dengan cara memakan sisa-sisa dari makhluk hidup. Sisa itu bisa berupa kotoran hewan, tumbuhan busuk, bangkai, dan lainnya. Contoh detritivor adalah cacing, rayap, keluwing, kumbang kotoran, dan lainnya.
- Rantai parasit
Parasit merupakan organisme yang hidup dengan cara merugikan organisme inangnya. Misalnya, kutu kerbau yang hidup dari menghisap darah kerbau sebagai inangnya. Lalu kutu akan dimakan oleh burung kecil. kemudian burung kecil dimakan oleh ular atau elang. Terjadi rantai makanan dalam ekosistem tersebut.
- Rantai saprofit (organisme yang mampu mengurai sisa-sisa organisme lain)
Misalnya dari sebuah kayu lapuk, tumbuh jamur, lalu jamur dimakan ayam, dan ayam dimakan oleh serigala.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Yulaika Ramadhani