tirto.id - Ada yang berbeda dari acara pelantikan Perdana Menteri Spanyol pada Sabtu (2/6) kemarin. Lazimnya pengambilan sumpah jabatan yang dipimpin langsung oleh Raja Spanyol itu memakai sentuhan keagamaan. Namun kali ini, pemandangan itu lenyap dari di Istana Zarzuela yang terletak di dekat Madrid.
Pedro Sanchez, Perdana Menteri baru yang terpilih menggantikan Mariano Rojay mengambil sumpah jabatan untuk melindungi konstitusi negara tanpa Alkitab atau salib. Peristiwa tersebut menjadi yang pertama kalinya sejak tahun 1977 silam.
"Saya berjanji dengan setia memenuhi tugas jabatan perdana menteri dengan segenap kehormatan dan hati nurani, dengan kesetiaan pada raja, menjaga konstitusi sebagai aturan negara yang fundamental," ucap Sanchez saat mengambil sumpah jabatan, seperti dilansir The Local Spanyol.
Sanchez, ketua Partai Pekerja Sosialis Spanyol, adalah seorang ateis. Ia naik ke tampuk kekuasaan dengan memenangkan dukungan di parlemen pada Jumat (1/6) sehari sebelum pelantikan. Rojay lengser dari kursi Perdana Menteri lewat mosi tidak percaya lantaran terjerat skandal korupsi.
Raja Spanyol, Felipe VI tampak tidak begitu mempermasalahkan keyakinan yang dianut Sanchez. Sejak naik tahta tahun 2014, Felipe memang melonggarkan aturan protokol upacara pelantikan. Termasuk simbol-simbol Kekristenan yang kini menjadi elemen opsional.
Satu dari lima orang Spanyol menyatakan yakin dirinya adalah seorang ateis, menurut survei Gallup 2015. Hanya 37 persen orang Spanyol yang menyatakan dirinya masih beragama, 35 persen memilih tidak beragama, dan 20 persen sudah yakin memilih ateisme.
Sanchez membawa segudang program perubahan untuk Spanyol. Mengutip The Telegraph, dalam manifesto kampanye Sanchez, tercantum janji untuk mengakhiri perjanjian antara Spanyol dengan Vatikan yang terjalin sejak 1979. Perjanjian tersebut membuat Gereja Katolik mendapat jaminan pendanaan dari uang pajak negara. Butir manifesto lainnya menghendaki diakhirinya pendanaan negara untuk pengajaran agama di sekolah negeri dan lembaga-lembaga sejenis lainnya.
Latar belakang Sanchez lainnya diketahui adalah mantan pebasket dan seorang ekonom. Ia pernah dua kali kalah dalam Pemilu 2015 dan 2016, sebelum akhirnya menang di tahun 2018.
Menarik melihat kiprah Sanchez ke depan terutama janjinya yang akan memerangi korupsi di negeri matador. Selain itu, patut dinanti bagaimana kebijakan Sanchez terhadap kelompok nasionalis Basque dan Catalan. Dalam kasus Rajoy, dua kelompok ini turut mendukung mosi tidak percaya. Namun, seperti dilansir dari BBC, masih belum jelas apakah mereka mendukung pemerintahan baru di bawah Sanchez.
Para Penyangkal Tuhan
Encyclopaedia Britannica menjelaskan ateis secara umum sebagai kritik dan penolakan kepada keyakinan metafisis akan Tuhan atau makhluk spiritual lainnya. Sedangkan kamus Oxford mendefinisikan ateis sebagai orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan dan dewa-dewi.
Sanchez bukanlah ateis pertama di abad 21 yang berhasil menduduki jabatan tinggi seperti Perdana Menteri atau Presiden.
Di Yunani, dengan mayoritas penduduk dan pemerintahannya beragama Kristen Ortodoks Timur, Alexis Tsipras yang baru berusia 40 tahun kala itu dilantik sebagai perdana menteri tanpa melibatkan upacara agama pada awal 2015.
Diwartakan iTV, Tsipras sendiri yang meminta agar upacara pelantikannya tidak bersifat relijius lantaran ia seorang ateis. Meski begitu, sebagaimana tradisi yang telah berlangsung bertahun-tahun, Uskup Agung Leronymos tetap hadir dalam upacara pelantikan. Tidak ada raut muram yang terpancar dari sang Uskup.
Dalam pelantikannya, Tsipras berjanji untuk menegakkan konstitusi dan berjuang untuk kesejahteraan orang-orang Yunani. Ia dihadapkan pada tantangan mengatasi krisis ekonomi hebat yang melanda Yunani. Perdana Menteri Yunani pertama yang disumpah tanpa kitab suci itu berasal dari Partai Syriza, yang kemenangannya adalah sekaligus kemenangan partai kiri pertama sejak pemerintahan junta militer Yunani ambruk pada 1974.
Segera setelah pelantikan, Tsipras yang sudah sah menyandang jabatan perdana menteri langsung mendatangi monumen para pejuang yang melawan Nazi di Perang Dunia Kedua dan meletakkan karangan bunga. Ia juga bertekat akan mengusut kasus dana pinjaman dari Yunani yang dipaksakan untuk menyokong para Nazi, dikutip dari NPR.
Selain Sanchez dan Tsipras, beberapa kepala pemerintahan atau kepala negara lainnya pernah secara terbuka menunjukkan sikapnya sebagai seorang ateis meski bukan saat dilantik.
Kroasia punya Zoran Milanovic. Saat menjabat perdana menteri periode 2011 sampai 2016, ia pernah membikin berang uskup di negeri tersebut pada 2012. Ketika itu, Zoran mengumumkan bahwa ia dan jajaran menteri non-agama lainnya tidak akan pergi ke gereja di hari libur kenegaraan.
Kecaman keras dilontarkan Uskup Vlado Kosic dari Sisak. “Ini upaya keras mempromosikan ateisme dan anti-Katolik di masyarakat Kroasia.” ujar Kosic merespon kebijakan Zoran.
“Mereka seharusnya di gereja bersama dengan orang-orang saleh di pemerintahan mereka, karena mereka adalah wakil rakyat,” tambah Kosic lagi dilansir dari Balkan Insight.
Sebagai seorang ateis, sikap Milanovic ini tergolong cukup berani. Apalagi jika menilik 90 persen warga Kroasia adalah umat Katolik. Belum pernah ada catatan para pemimpin Kroasia terdahulu yang melontarkan pernyataan sekontroversial Milanovic.
Mantan Presiden Perancis Francois Hollande pernah mengungkapkan bahwa dirinya seorang ateis pada 2002 silam. “Saya telah sampai pada kesimpulan yang jelas bahwa bagi saya Tuhan tidak ada, bukan sebaliknya,” ungkapnya kepada seorang jurnalis, dikutip dari Quartz. Meski begitu, bukan berarti Hollande tidak menghormati keberadaan agama. Ia mengaku tetap menaruh hormat untuk semua agama.
Gereja Kristen Ortodoks Timur mendominasi kehidupan beragama Belarusia, sebuah negeri pecahan Soviet. Pada 2012 Belarus Digest melaporkan tentang kegundahan para pemuka agama akan tergerusnya dominasi Gereja Ortodoks oleh denominasi Kekristenan lainnya seperti Protestan.
Namun di sisi lain, orang Belarusia sendiri pada umumnya memang tidak saleh, merujuk pada survei Gallup 2009. Hanya 27 persen orang Belarusia yang menyatakan bahwa agama memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Presiden Belarusia sendiri, Alexander Lukashenko, malah mengklaim dirinya seorang ateis “Ortodoks” pada 2012.
Denmark punya Helle Thorning-Schmidt, perempuan yang menjabat perdana menteri periode 2011 sampai 2015. Dalam sebuah pernyataannya kepada media lokal, Schmidt mengaku sudah jarang ke gereja, tidak lagi percaya adanya kehidupan kekal, keselamatan, surga dan neraka.
Mengutarakan Keimanan
Ada banyak kepala pemerintahan atau kepala negara di Eropa yang tidak lagi ragu menyatakan dirinya seorang ateis. Di belahan dunia lain, kata "ateisme" sendiri masih mengundang stigma.
Di Amerika Serikat misalnya, yang sejauh ini belum memiliki seorang Presiden yang dengan jelas menyatakan dirinya seorang ateis. Pew Researchmenyebutkan, sebenarnya konstitusi AS tidak mencantumkan larangan seorang ateis menduduki jabatan pemerintahan. Tetapi dalam sejarahnya, semua presiden AS beragama Kristen dengan berbagai macam latar belakang denominasi Kekristenan.
Big Think menyebut, lebih dari 90 persen anggota kongres AS masih mendaku sebagai Kristen. Hampir tidak ada politikus yang secara terbuka mengklaim diri ateis. Misalnya politikus Jamie Raskin dari Partai Demokrat. Pada 2017 lalu ia terpilih menjadi anggota kongres mewakili distrik Maryland. Ia lebih nyaman memakai istilah "humanis" alih-alih ateis.
Diyakini ada banyak politikus ateis di AS yang masih terkekang oleh pandangan mayoritas bahwa moralitas berasal dari sistem kepercayaan. Dengan kata lain, orang tidak akan dianggap punya kompas moral jika tak beragama.
Meski Kristen masih menjadi agama mayoritas penduduk AS, jumlah ateis menunjukkan peningkatan. Survey Pew Research tahun 2007 menunjukkan bahwa 1,6 persen orang AS menyatakan dirinya ateis. Persentasenya meningkat di tahun 2014 menjadi 3,1 persen.
Berbeda dengan AS, membicarakan masalah keimanan di depan publik Inggris bukanlah hal lazim. Pada 2013, mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair pernah bertanya pada stafnya apakah ia harus menambahkan kalimat “Tuhan memberkati Inggris Raya” di akhir pidato. Stafnya mengingatkan bahwa Inggris bukanlah Amerika.
Maka ketika mantan Perdana Menteri Inggris David Cameron kepleset menyebutkan bahwa Inggris adalah negara Kristen, publik Britania pun geger.
Hasil survei terbaru yang dikeluarkan British Social Attitudes tahun 2017 menunjukkan hampir tiga dari empat orang Inggris berusia 18 hingga 24 tahun mengaku tak beragama. Hanya tiga persen orang dewasa yang menyatakan sebagai bagian dari Gereja Anglikan dan kurang dari lima persen yang masih mengaku Katolik.
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf