tirto.id - Bencana alam melanda banyak wilayah Indonesia selama 3 pekan pertama Januari 2021. Sebagian bencana itu berdampak dalam skala luas, memicu jatuhnya banyak korban jiwa, serta memaksa masyarakat dalam jumlah hingga ribuan di lokasi terdampak harus mengungsi.
Bencana-bencana dengan dampak signifikan pada Januari 2021, misalnya, longsor di Sumedang (Jawa Barat), gempa di Sulawesi Barat, banjir di Kalimantan Selatan, dan banyak lainnya.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 menyatakan, data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, sudah terjadi 154 bencana alam di Indonesia pada Januari 2021.
"BNPB mencatat, selama 1-18 Januari 2021, sebanyak total 154 bencana alam terjadi di Indonesia. Kebanyakan adalah banjir, angin ribut dan longsor," kata Wiku di Graha BNPB Jakarta, pada Selasa (19/1/2021), seperti dikutip Antara.
Akibat sejumlah bencana alam itu, sudah terdata 140 korban meninggal dunia dan 776 orang luka-luka. Selain banjir, longsor, dan gempa, bencana gunung meletus juga terjadi dan mengakibatkan sejumlah warga mengungsi. Misalnya pengungsi di sekitar Gunung Semeru dan Gunung Merapi.
Banyaknya bencana alam yang memaksa warga mengungsi pada Januari 2021 menjadi pekerjaan rumah khusus bagi pemerintah, mengingat berlangsung saat pandemi Covid-19.
Selain memastikan semua kebutuhan para pengungsi terpenuhi, yang tidak kalah penting adalah mencegah penularan Covid-19 di lokasi pengungsian.
Upaya Cegah Penularan Covid-19 di Lokasi Pengungsian
Jauh sebelum berbagai bencana alam terjadi pada awal Januari 2021, yakni ketika musim hujan di Indonesia mulai datang, Satgas Penanganan Covid-19 sudah mengingatkan pentingnya melakukan langkah antisipasi risiko penularan virus corona di lokasi pengungsian.
Saat itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan penanggulangan bencana alam harus menyesuaikan dengan kondisi pandemi. Maka, upaya mitigasi bencana alam juga perlu disiapkan dengan matang oleh pemerintah daerah dan semua pihak yang terkait.
"Karena harus disesuaikan dengan bencana non-alam yaitu pandemi COVID-19, kontigensi plan dan mitigasi risiko harus disiapkan dengan matang untuk meminimalisir kerugian, bahkan korban jiwa di sektor terdampak, termasuk memastikan lokasi pengungsian yang akan digunakan dapat meminimalisir [risiko] penularan Covid-19," kata Wiku pada 15 Oktober 2020 lalu.
Wiku pun meminta seluruh pemerintah daerah, terutama yang mempunyai wilayah rawan bencana, menyiapkan lokasi-lokasi pengungsian yang dilengkapi peralatan serta fasilitas untuk penerapan protokol kesehatan.
Dia menjelaskan, di lokasi pengungsian, harus dipastikan bahwa masyarakat mendapatkan masker cadangan, hand sanitizier, alat makan pribadi, dan tempat evakuasi yang dirancang bisa digunakan untuk menjaga jarak fisik. Selain itu, harus ada petugas kesehatan di sekitar lokasi pengungsian.
"Pemerintah daerah juga harus melakukan monitoring yang ketat termasuk testing dan tracing jika dibutuhkan di lokasi pengungsian," Wiku menambahkan.
Dia sekaligus meminta masyarakat yang berada di lokasi pengungsian supaya tetap menjalankan protokol kesehatan 3M secara disiplin, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
"Bagi masyarakat apabila memungkinkan agar dapat menghindari lokasi pengungsian di tenda, jika tidak terpaksa. Selain itu, manfaatkan tempat-tempat penginapan yang terdekat sebagai lokasi pengungsian," ujar Wiku.
Ketika meninjau kawasan terdampak bencana gempa Mamuju-Majene di Sulawesi Barat, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala BNPB Doni Monardo juga mengingatkan pentingnya mencegah penularan virus corona di lokasi pengungsian.
Doni pun meminta penangananan pengungsian warga yang terdampak Gempa Sulbar dilaksanakan dengan menempatkan warga dari kelompok rentan di tempat tersendiri.
"Di pengungsian, diharapkan ada pemisahan antara kelompok rentan dengan kelompok yang berusia muda. Kelompok rentannya harus kita lindungi karena ada Covid-19," ujar Doni, pada Minggu, 17 Januari 2021 lalu, dikutip dari laman BNPB.
Adapun kelompok rentan ialah mereka yang berusia lanjut, warga yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid, ibu hamil, ibu menyusui, orang difabel, balita, dan anak-anak.
Selain itu, Doni juga memberikan dukungan berupa alat test cepat antigen untuk memeriksa dan menelusuri kemungkinan adanya penularan Covid-19 di lokasi pengungsian. Dengan begitu, jika ada warga pengungsi yang reaktif swab antigen, bisa segera ditangani Dinas Kesehatan setempat.
"Nanti akan ada proses swab antigen, untuk menjamin para pengungsi tidak terpapar Covid-19," kata Doni.
Editor: Agung DH