tirto.id - Doa qunut Subuh merupakan salah satu amalan sunah yang bisa dibaca saat menjalankan salat subuh.
Membaca doa qunut dilakukan ketika masih dalam posisi berdiri setelah bacaan iktidal pada rakaat kedua atau sebelum beranjak ke posisi sujud pertama.
Qunut secara bahasa artinya adalah pujian. Sedang menurut syara’ adalah dzikir khusus yang mencakup pujian dan do’a seperti allahumaghfir li ya ghafur. Karenanya, jika tidak mencakup kedua hal tersebut bukan disebut qunut.
Menurut madzhab Syafi’i, terdapat silang pendapat mengenai doa qunut, yakni terkait soal imam yang meninggikan atau merendahkan suara dalam membaca doa qunut.
Ada dua pendapat yang disampaikan, sebagaimana didokumentasikan Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi:
Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa bagi imam sebaiknya membaca doa qunut dengan pelan atau merendahkan suaranya.
Argumentasi yang disuguhkan sebagai dasar pendapat ini adalah karena qunut merupakan doa sedangkan posisi doa itu sendiri adalah israr (merendahkan suara).
Dalil yang digunakan untuk mendasari pandangan ini adalah surah Al-Isra` ayat 110.
قُلِ ادۡعُوا اللّٰهَ اَوِ ادۡعُوا الرَّحۡمٰنَ ؕ اَ يًّا مَّا تَدۡعُوۡا فَلَهُ الۡاَسۡمَآءُ الۡحُسۡنٰى ۚ وَلَا تَجۡهَرۡ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتۡ بِهَا وَابۡتَغِ بَيۡنَ ذٰ لِكَ سَبِيۡلًا
Qulid'ul laaha awid'ur Rahmaana ayyam maa tad'uu falahul asmaaa'ul Husnaa; wa laa tajhar bi Salaatika wa laa tukhaafit bihaa wabtaghi baina zaalika sabiila
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asmaul Husna) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu."
Pendapat kedua menyatakan sebaiknya imam meninggikan suaranya ketika membaca doa qunut sebagaimana ketika membaca sami’allahu liman hamidah, tetapi peninggian tersebut di bawah peninggian suara ketika membaca ayat Al-Qur`an.
Dengan kata lain, peninggian tersebut didasarkan kepada qiyas atau analogi.
Dalam hadis riwayat Anas bin Malik, disebutkan bahwa Nabi Muhammad "Senantiasa melakukan qunut pada salat subuh sampai beliau meninggalkan dunia," (H.R. Ahmad).
Dalam pandangan ini, doa qunut salat subuh tergolong sebagai sunah ab'adl. Artinya, ketika qunut subuh tidak dilakukan, ia tidak sampai membatalkan salat, tapi dianjurkan menggantinya dengan sujud sahwi.
Bacaan Doa Qunut Subuh
Berikut ini bacaan doa qunut subuh sebagaimana yang terdapat dalam kitab Al-Adzkar oleh Imam Al-Nawawi:
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Allahummahdini fî man hadait, wa ‘âfini fî man ‘âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ ya‘izzu man ‘âdait, tabârakta rabbanâ wa ta‘âlait, fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhait, wa astagfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam
Artinya: "Ya Allah tunjukkanlah akan daku sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan. Dan jagalah aku sebagaimana orang yang telah Engkau jaga. Dan berilah keberkatan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan. Dan selamatkan aku dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan kena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Ku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya."
Tata Cara Doa Qunut Sholat Subuh
Bacaan doa qunut seperti disebutkan di atas dibaca ketika melakukan shalat sendiri. Tetapi kalau shalat berjamaah, imam dianjurkan mengubah lafal ihdinî (berilah aku petunjuk) menjadi ihdinâ (berilah kami petunjuk).
Ini terjadi karena sang imam dalam posisi sedang memimpin salat, serta berdoa bukan untuk dirinya saja, melainkan bersama seluruh jamaah subuh yang diimaminya.
Membaca doa ini dilakukan ketika memasuki rakaat kedua, tepat saat masih berada di posisi berdiri setelah membaca bacaan iktidal, sebelum beranjak ke posisi sujud pertama dalam rakaat tersebut.
Jika dalam salat berjamaah, imam dianjurkan untuk mengeraskan suara, sedangkan makmum mengamini doa yang dibacakan imam.
Ketika doa yang dibacakan berisi permohonan (harapan) atau permintaan, maka dianjurkan posisi telapak tangan menghadap ke atas.
Sebaliknya, jika sampai pada doa yang berisi menolak bala, maka posisi punggung tangan yang menghadap ke atas (membalikkan telapak tangan).
Adab Berdzikir
Sedangkan beberapa adab berzikir atau ibadah yang biasa dilakukan usai salat ialah seperti berikut ini:
1. Membaca zikir sesuai dengan sunah Nabi Muhammad SAW.
Salah satu hadis menyebutkan:
"Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari zikir kepada Allah, sesungguhnya Aku beristigfar seratus kali dalam sehari," (Shahih Muslim).
Selain itu, dari Abu Dzar bahwasanya Rasulullah SAW pernah ditanya orang: 'Apakah ucapan zikir yang paling afdal (utama), ya Rasulullah?'
Jawab beliau: "Yaitu ucapan zikir yang dipilihkan Allah bagi para malaikat-Nya dan hamba-hamba-Nya, ialah; Subhanalahi wa bihamdihi (Maha Suci Allah dan Maha Terpuji Dia)," (Shahih Muslim).
2. Memahami Makna
Sebagaimana dikutip dari laman NU Online, mengetahui makna dan arti sangat penting demi faham tentang maksud yang diinginkan dari bacaan tersebut.
Dengan demikian, perasaan di dalam hati juga akan turut serta merasakan lantaran sudah tahu arti katanya.
3. Tempat yang Suci
Pelaksanaan zikir sebaiknya dilakukan di tempat yang suci, artinya jauh dari najis. Selain itu, dianjurkan untuk menghadap kiblat dan melaksanakan dengan sepenuh hati.
4. Memakai wewangian
Tempat dan pakaian yang digunakan sebaiknya dalam kondisi wangi, bersih, serta halal. Bahkan, makanan yang biasa dimakan juga wajib berasal dari sesuatu yang halal pula.
Selain beberapa adab di atas, sejumlah perilaku positif lain yang dapat dilaksanakan ketika berzikir ialah dengan mendahulukan yang wajib daripada perkara sunah. Selain itu, juga dengan tidak merubah lafal atau tulisan bacaan zikir tersebut.
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yulaika Ramadhani