tirto.id - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menilai polemik yang mengemuka menjelang Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur merupakan risiko kebijakan pembangunan daerah dan menganggap terdapat proses pembunuhan karakter.
"Ada sejumlah upaya pembunuhan karakter, termasuk teror yang kerap saya diterima dan keluarga. Jadi terkait apa yang jadi desus-desus itu, saya sudah biasa," ujarnya dalam rilis yang diterima Tirto, Jumat (5/1/2018).
Beredar isu bahwa Abdullah Azwar Anas tidak lagi diajukan sebagai cawagub pendamping Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul di Pilgub Jatim 2018. Kabar itu beredar beriringan dengan isu foto-foto syur mirip mantan anggota MPR termuda tahun 1997 tersebut di dunia maya. Akibatnya, Anas juga sempat dikabarkan mundur dari pencalonan pada Kamis malam kemarin. PDIP membantah isu tersebut dan menegaskan tidak akan mengganti Azwar Anas sebagai cawagub Gus Ipul.
"Sekali keputusan politik diambil, partai kokoh dan konsisten atas keputusannya, sebab keputusan diambil berdasarkan prinsip sebagai partai yang menjabarkan ideologi Pancasila," kata Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto dalam rilis yang diterima Tirto, Jumat (5/1/2018).
Hasto justru menilai Gus Ipul dan Anas lahir merupakan pasangan yang dipilih secara ideologis oleh PDIP dengan tepat. Menurutnya, kedua sosok itu adalah kombinasi dari kultur NU dan nasionalis. Lalu, ia juga menilai mereka memiliki kinerja yang baik dan membanggakan, wawasan yang luas, serta hadir sebagai representasi kepemimpinan profesional dengan akar dukungan rakyat yang sangat kuat.
"Karena itulah PDI Perjuangan tidak pernah memiliki pemikiran sedikitpun untuk mengganti paslon tersebut," kata Hasto.
Menanggapi kabar tersebut, Azwar mengatakan perlakuan semacam pembunuhan karakter ini sudah pernah diterima sejak tahun kedua menjabat. Perlakuan itu ia terima saat menerapkan sejumlah kebijakan, seperti pelarangan pasar modern, memperjuangkan saham bagi rakyat di sektor pertambangan dan sebagainya.
"Bahkan, saya dilaporkan melakukan kriminalisasi kebijakan karena kebijakan-kebijakan tersebut," ucapnya.
Selain itu, bupati muda sarat prestasi itu mengaku juga dikirimi berbagai macam gambar di masa lalu untuk mencegah agar tidak mengambil kebijakan-kebijakan tertentu.
"Tapi kan saya tetap lanjutkan apa yang baik bagi orang banyak," kata Mas Anas, sapaan akrabnya.
Ia menyebut, membangun daerah memang bukan suatu hal yang mudah dan memiliki banyak tantangan, namun karena dukungan penuh masyarakat dan terbukti banyak perubahan di Banyuwangi maka apapun risikonya harus dijalani.
"Ya ini saya anggap sebagai risikolah, apapun yang datang menghadang untuk kebaikan banyak orang seperti program Rantang Kasih yang memberi makanan bergizi tiap hari ke lansia, program uang saku tiap hari bagi pelajar miskin dan sebagainya, ya itu sudah biasa kami hadapi jika ada yang menyerang terkait momen politik," katanya.
Program-program ekonomi kerakyatan, lanjut dia, berhasil meningkatkan pendapatan per kapita warga Banyuwangi dari Rp20,8 juta per orang per tahun menjadi Rp41,46 juta per orang per tahun pada 2016 atau ada kenaikan 99 persen.
Angka kemiskinan pun menurun cukup pesat menjadi 8,79 persen pada 2016, jauh lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Jatim yang tembus dua digit.
Produk Domestik Regional Bruto naik 104 persen dari Rp32,46 triliun menjadi Rp66,34 triliun sehingga Banyuwangi terus menjadi daerah dengan inflasi terendah se-Jatim.
"Banyuwangi kan juga sudah punya Mal Pelayanan Publik yang mengintegrasikan ratusan izin dan dokumen di satu tempat yang transparan, tanpa pungutan liar," katanya.
Baca juga:PDIP Tak Akan Ganti Azwar Anas di Pilgub Jatim 2018
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri