tirto.id - Awan mirip UFO (Unidentified Flying Object) muncul di atas kawasan wisata Baturaden, Banyumas Jawa Tengah pada Sabtu (27/1/2019), sekitar pukul 10:00 WIB. Fenomena ini mengejutkan warga dan membuat viral di media sosial.
Laporan Antara menyebutkan, "awan UFO" sempat diabadikan oleh anggota Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyumas bernama Kusworo. Ia mengatakan, "Begitu melihatnya, saya langsung memotret awan tersebut."
Kusworo menyampaikan bahwa masyarakat di sekitar Baturaden sempat khawatir jika awan tersebut mengakibatkan bencana seperti angin puting beliung atau langkisau. Lantaran itu, dia pun segera menyiagakan personel TRC BPBD Banyumas guna mengantisipasi jika terjadi bencana pascamunculnya awan tersebut.
Saksi lain, Waskita, warga Purwokerto, menyampaikan, ia sempat heran ketika melihat ke arah utara karena Gunung Slamet terlihat tidak seperti biasanya. "Tadi pagi, awan yang menutupi lereng selatan Gunung Slamet tidak terlihat seperti biasanya, kelihatan aneh," kata dia.
Warga lainnya, Imam mengaku khawatir awan yang muncul pada Sabtu (27/1) pagi itu mengganggu penerbangan terutama pesawat berukuran kecil.
Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo menjelaskan secara ilmiah munculnya "awan UFO" tersebut. Menurut dia awan itu termasuk awan lentikularis. "Awan yang berbentuk seperti UFO itu secara ilmiah disebut 'Altocumulus lenticularis' yang lebih dikenal dengan awan lentikularis," kata dia
Awan lentikularis sebenarnya hanya awan biasa namun karena adanya dua angin yang berlawanan arah dan saling bertubrukan sehingga membuat awan seperti melintir. Angin yang bertiup cukup kencang terbentur pucuk gunung sehingga memutar atau melintir dan memengaruhi bentuk awan di atasnya.
"Awan tersebut tidak berdampak atau tidak mendatangkan bencana, maksimum tiga jam sudah hilang," jelasnya.
Kendati tidak mendatangkan bencana, dia mengatakan awan lentikularis sangat berbahaya bagi penerbangan karena bisa mengakibatkan turbulensi.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH