Menuju konten utama

Asap Kebakaran Lahan Gambut Aceh Barat Sudah di Atas Normal

Untuk menanggulangi kebakaran lahan gambut di Aceh Barat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) telah mengerahkan dua pesawat udara water bombing.

 Asap Kebakaran Lahan Gambut Aceh Barat Sudah di Atas Normal
Sejumlah pengendara melaju di jalan yang dipenuhi kabut asap di Jalan Medan - Banda Aceh di Desa Suak Raya, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Senin (24/7). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

tirto.id - Kebakaran lahan dan hutan di area lahan gambut wilayah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh masih menimbulkan asap tebal hingga saat ini. Asap akibat kebakaran lahat tersebut sudah di atas normal, sehingga menyebabkan warga menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Aceh Barat, Adi Yunanda mengatakan, yang semakin dikhawatirkan adalah asap yang menyelimuti wilayah Aceh Barat juga berasal dari daerah-daerah tetangga.

"Apalagi sejak tiga hari lalu sudah sangat tebal asapnya. Jangankan anak-anak sekolah, kita dewasapun saja sangat terasa. Kita berharap upaya pemadaman dengan Helikopter Bom Air BNPB dapat segera mengatasi bencana daerah kita," sebut Adi di Meulaboh, Rabu (26/7/2017), sebagaimana dikutip dari Antara.

Untuk menanggulangi kebakaran lahan gambut di Aceh Barat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) telah mengerahkan dua pesawat udara water bombing. Satu unit tiba Selasa (25/7) petang dan satu unit lainnya masih dalam perjalanan.

Pada Rabu pagi hari ini, satu unit Helikopter jenis MI -17 VN sudah disiapkan melakukan Bom Air pada siang harinya. Helikopter itu terbang dari Bandara Cut Nyak Dhien, Nagan Raya, Aceh. Daerah pertama sasaran pengeboman air di Kabupaten Aceh Barat.

Meskipun dilakukan pengeboman air dari udara, Adi Yunanda menuturkan, pihaknya belum dapat memastikan asap akan segera hilang, sebab hanya kadar ketebalan asap yang bisa berkurang dalam kurun waktu tertentu. Itupun bila tidak bertambah titik api, katanya menambahkan.

Ia pun menyarankan masyarakat juga melaksanakan ritual umat Islam seperti salat mohon hujan (istisqo), sebab kondisi saat ini bukan hanya kebakaran lahan dan hutan, namun juga terjadi kekeringan akibat tidak ada sumber air.

Sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Meulaboh, di Kabupaten Nagan Raya mendeteksi titik panas di wilayah Aceh Barat dan Nagan Raya, hilang timbul. Pada Rabu, (26/7/2017) pukul 02.00 WIB, ditemukan sebanyak tujuh titik api.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh menginginkan peningkatan status daerah itu menjadi siaga darurat asap menyusul kebakaran hutan dan lahan yang dampaknya kian terasa.

"Sekarang telah saya siapkan surat keputusan gubernur (Aceh), tentang kesiapsiagaan. Ini untuk ditindaklanjuti lebih lanjut," kata Kepala BPBD Aceh Yusmadi di Banda Aceh, Selasa (25/7/2017).

Menurutnya, peningkatan status itu diperlukan mengingat kebakaran hutan dan lahan di Aceh tidak cuma terjadi pada satu daerah, dan kabut asap yang ditimbulkan juga mengganggu kesehatan masyarakat.

Langkah yang diambil Pemerintah Aceh tersebut merupakan upaya mempermudah koordinasi antarinstansi dan sekaligus meneruskan tindakan pencegahan di lapangan.

Saat ini, aparat TNI di Kabupaten Aceh Barat terlibat langsung dalam pemadaman kebakaran lahan kambut yang luas kebakarannya mencapai 60 hektare lebih dan tersebar di enam kecamatan.

"Ini bukan satu kabupaten lagi, tapi sudah lintas daerah. Memang, sudah seharusnya bisa kita buat bencana asap ini darurat provinsi," tuturnya.

Baca juga artikel terkait KEBAKARAN LAHAN atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Hard news
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari