Menuju konten utama

Asal Usul Istilah Ghosting di Kasus Kaesang: Penyebab, Cara Move On

Dalam definisi sederhana, ghosting bisa pula diartikan “ditinggal ketika Anda sedang merasa sayang-sayangnya”.

Asal Usul Istilah Ghosting di Kasus Kaesang: Penyebab, Cara Move On
Ilustrasi foto relasi pasangan yang berjarak. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Ghosting menjadi istilah yang ramai dibicarakan setelah Meilia, ibunda Felicia mengunggah sebuah foto dengan tulisan yang berisi kekecewaan terhadap Kaesang.

Melalui postingan di akun @meilia_lau ibu Felicia menyebut bahwa Kaesang meninggalkan Felicia tanpa kabar dan penjelasan.

Kekecewaannya tersebut memuncak setelah Meilia melihat postingan di akun gosip yang menginformasikan bahwa Kaesang terlihat pergi bersama Nadya Arifta dan memiliki hubungan spesial dengan Nadya. Kasus tersebut kemudian langsung viral dan ramai mendapat tanggapan dari warganet.

Lantas bagaimana sebenarnya asal usul istilah ghosting yang kini ramai diperbincangkan karena kasus Kaesang, Felicia dan Nadya Arifta ini?

Asal usul istilah ghosting

Melansir The New York Timesistilah ghosting telah masuk dalam leksikon jajak pendapat pada Oktober 2014. Dalam jajak pendapat yang dilakukan YouGov/ Huffington Post terhadap 1.000 orang dewasa menunjukkan bahwa 11 persen orang Amerika telah melakukan ghosted atau istilah untuk orang yang melakukan ghosting terhadap seseorang.

Survei yang lebih informal dari majalah Elle terhadap 185 orang menemukan bahwa sekitar 16,7 persen pria dan 24,2 persen wanita pernah menghilang seperti hantu (ghosts) di beberapa titik dalam kehidupan mereka.

Saat ini, ghosting, atau tiba-tiba menghilang dari kehidupan seseorang tanpa perlu menelepon, email, atau SMS, telah menjadi fenomena umum di dunia kencan modern, dan juga di lingkungan sosial bahkan profesional lainnya.

Hal ini juga dikuatkan oleh studi SAGE Journalspada 2018, yang menunjukkan sekitar 25 persen orang telah menjadi hantu (ghosts) dalam beberapa hubungan mereka.

Munculnya komunikasi elektronik dan aplikasi kencan populer seperti Grindr, Tinder, dan Bumble tampaknya juga membuat seseorang lebih mudah untuk membuat dan memutuskan koneksi cepat dengan seseorang yang baru saja temuinya.

Dalam bentuk paling usang, ghosting dicirikan misalnya enggan bertemu kembali dengan sang mantan, seperti tidak membukakan pintu saat ia datang. Dalam definisi sederhana, ghosting bisa pula diartikan “ditinggal ketika Anda sedang merasa sayang-sayangnya”.

Dalam kasus ghosting, seperti diungkap Jennice Vilhauer dalam tulisannya di Psychology Today, orang yang diputuskan dengan cara “dihantui” akan mengalami perasaan batin yang lebih dari itu bahkan merasa sangat tersiksa. Dalam artikelnya, Vilhauer menjabarkan beberapa cerita orang yang jadi korban ghosting.

"Aku merasa seperti orang idiot, aku kayak dijadikan badut, dan aku merasa tidak dihargai."

"Rasanya seperti kena pukul di lambung. Satu-satunya hal yang lebih parah ketimbang putus adalah menyadari ada seseorang yang menganggap kamu tak layak diputus dengan baik-baik."

"Ghosting itu salah satu bentuk siksaan paling kejam dalam hubungan kencan."

Penyebab seseorang melakukan ghosting

Orang-orang yang memilih untuk menjadi hantu atau melakukan ghosting biasanya karena berbagai alasan yang dapat bervariasi dalam kompleksitas.

Menurut Vilhauer, salah satu alasan terjadi ghosting, karena salah satu pihak ingin menghindari ketidaknyamanan emosional sendiri. Namun, pelaku ghosting tak berpikir bagaimana perasaan lawannya. Ghosting adalah bentuk lanjutan dari sikap diam pasangan. Dan tindakan ini adalah “kekejaman emosional”.

Berikut beberapa penyebab atau alasan lain seseorang melakukan ghosting menurut Healthline

1. Takut.

Ketakutan akan hal yang tidak diketahui sudah tertanam dalam diri manusia. Anda mungkin memutuskan untuk mengakhiri sebuah hubungan dengan cara ghosting karena takut reaksi pasangan jika putus.

2. Penghindaran konflik.

Manusia secara naluriah bersosialisasi, dan mengganggu hubungan sosial apa pun, baik atau buruk, dapat memengaruhi kualitas hidup Anda. Akibatnya, Anda mungkin merasa lebih nyaman tidak pernah bertemu dengan seseorang lagi daripada menghadapi potensi konflik atau penolakan yang bisa terjadi saat putus.

3. Kurangnya konsekuensi.

Jika Anda baru saja bertemu seseorang, Anda mungkin merasa tidak ada yang dipertaruhkan karena Anda mungkin tidak memiliki teman atau banyak kesamaan. Ini mungkin tidak terlihat seperti masalah besar jika Anda keluar begitu saja dari kehidupan mereka.

4. Lebih mencintai diri sendiri.

Jika suatu hubungan berdampak negatif pada kualitas hidup Anda, memutuskan kontak terkadang tampak seperti satu-satunya cara untuk mencari kesejahteraan atau kebahagiaan Anda sendiri tanpa putus cinta atau berpisah.

Cara move on setelah di-ghosting

Move on dari ghosting tidak terlihat sama untuk semua orang, dan cara Anda melanjutkan hidup usai menjadi korban ghosting bisa berbeda jika pelakunya adalah pasangan, teman, atau rekan kerja yang romantis.

Berikut beberapa cara untuk membantu diri Anda sendiri menghadapi dan menerima perasaan Anda usai menjadi korban ghosting,

1. Tetapkan batasan terlebih dahulu.

Kejujuran dan transparansi dapat membantu Anda dan orang lain untuk memastikan tidak ada garis yang terlampaui tanpa disadari. Pastikan untuk membicarakan batasan terlebih dahulu sebelum memulai sebuah hubungan dengan orang lain.

2. Beri orang itu batas waktu.

Belum mendengar kabar dari mereka selama beberapa minggu atau beberapa bulan dan Anda lelah menunggu? Beri mereka ultimatum. Misalnya, Anda dapat mengirimi mereka pesan yang meminta mereka untuk menelepon atau mengirim SMS minggu depan, atau Anda akan menganggap bahwa hubungan telah berakhir.

Ini bisa tampak kasar, tetapi bisa membuat Anda menutup diri dan memulihkan perasaan kehilangan kendali atau kekuasaan.

3. Jangan menyalahkan diri sendiri.

Anda tidak memiliki bukti atau konteks untuk menyimpulkan mengapa orang lain meninggalkan hubungan tersebut, jadi jangan merendahkan diri sendiri dan membuat diri Anda semakin terluka secara emosional.

4. Jangan menghukum perasaan Anda dengan melakukan hal buruk.

Jangan mematikan rasa sakit dengan obat-obatan, alkohol, atau minuman keras lainnya. Mungkin saat Anda melakukan hal-hal tersebut Anda bisa merasa lebih nyaman, tetapi ingatlah bahwa perasaan lebih nyaman karena mengonsumsi alkohol berlebih dan obat-obatan terlarang hanya bersifat sementara.

Anda bahkan mungkin akan mendapati diri Anda menghadapi perasaan sulit di kemudian hari pada waktu yang lebih tidak nyaman, seperti dalam hubungan Anda selanjutnya.

5. Habiskan waktu bersama teman atau keluarga.

Carilah persahabatan dengan orang-orang yang Anda percayai dan dengan siapa Anda berbagi perasaan cinta yang hangat. Mengalami hubungan yang positif dan sehat tentu akan membuat Anda merasa lebih baik dan bisa lebih cepat move on.

6. Cari bantuan profesional.

Jangan takut untuk menghubungi terapis atau konselor yang dapat membantu Anda mengartikulasikan perasaan kompleks yang mungkin Anda miliki. Mereka juga dapat memberi Anda strategi penanggulangan lebih lanjut untuk memastikan Anda keluar dari masalah dan perasaan menyakitkan yang Anda alami.

Baca juga artikel terkait APA ITU GHOSTING atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH