tirto.id - Amerika Serikat melancarkan serangan militer ke sebuah pangkalan udara di Suriah pada Kamis (9/4/2017) waktu setempat. Lebih dari 50 rudal telah ditembakkan ke pangkalan udara di negara itu.
Laporan ABC News menyebutkan serangan udara ini dilakukan AS menyusul penggunaan senjata kimia yang dilakukan militer pemerintah Suriah.
Presiden Donald Trump mengatakan serangan itu dalam rangka "kepentingan keamanan nasional" AS.
"Tidak mungkin ada sengketa bahwa Suriah menggunakan senjata kimia terlarang, melanggar kewajibannya berdasarkan konvensi senjata kimia dan mengabaikan desakan dewan keamanan PBB," kata Trump pada Kamis malam.
Pada hari Selasa kemarin serangan senjata kimia di kota Suriah menewaskan sedikitnya 86 warga sipil. AS mengecam Presiden Suriah Bashar al-Assad, meskipun mereka tidak mendukung para pemberontak.
Sementara Kementerian Kesehatan Turki menetapkan bahwa gas Sarin digunakan dalam serangan mematikan itu, berdasarkan otopsi dari beberapa korban yang dirawat di Ankara.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa radar melihat pesawat militer Suriah menjatuhkan bom senjata kimia awal pekan ini dan bahwa serangan udara menargetkan rumah sakit bawah tanah yang dioperasikan oleh kelompok pemberontak.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Rusia, yang memiliki pasukan di Suriah, telah diberitahu tentang serangan udara AS.
Sekitar 30 menit sebelum serangan AS dilaporkan, Vladimir Safronkov, wakil perwakilan Rusia untuk PBB mengatakan kepada wartawan di New York bahwa Rusia menerima sinyal dari persiapan serangan udara.
"Bagi Anda wartawan itu bukan rahasia, dan bagi kita yang bekerja di front diplomatik itu bukan rahasia bahwa semua diskusi di Dewan Keamanan bocor dengan latar belakang suara gemuruh nyata tentang persiapan operasi militer," kata Safronkov. "Kami juga menerima sinyal langsung pada tema ini bahwa operasi militer seperti sedang dipersiapkan.”
Serangan balasan AS ini akan memperburuk keadaan di Suriah.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH