Menuju konten utama

AS Menghargai dan Menghormati Seniman, Sampai Donald Trump Datang

Sejak 1978, Kennedy Center Honors menjadi salah satu penghargaan terhormat bagi seni dan seniman. Sejak 2017, acara ini mengalami guncangan.

AS Menghargai dan Menghormati Seniman, Sampai Donald Trump Datang
Presiden AS Barack Obama (kiri) berbincang dengan personel band Led Zeppelin sekaligus Kennedy Center Honorees John Paul Jones (kedua dari kiri), Robert Plant (kedua dari kanan) dan Jimmy Page (kanan) dalam acara penghargaan 35th Annual Kennedy Center Honors Gala di Washington D.C, AS. The White House/Pete Souza

tirto.id - Setelah solo gitar "Stairway to Heaven" usai, tirai di belakang Jason Bonham tersibak. Terdengarlah suara menggetarkan dari puluhan penyanyi latar yang mengenakan pakaian hitam-hitam dan topi bowler hitam. Berpadu dengan suara melengking Ann Wilson yang jadi biduanita utama.

And as we wind on down the road

Our shadows taller than our soul

There walks a lady we all know

Who shines white light and wants to show

How everything still turns to gold

And if you listen very hard

The tune will come to you at last

Di balkon atas, Jimmy Page, Robert Plant, dan John Paul Jones tersenyum lebar. Page, yang bersama Plant menciptakan lagu legendaris tersebut pada 1971, terhenyak dan tertawa senang karena kejutan itu. Sedangkan Plant, disorot kamera sedang tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Mungkin terharu bahwa lagu yang sudah berusia nyaris setengah abad, bisa digarap ulang dengan sedemikian megah. Menjelang akhir lagu, air mata tampak menumpuk makin tebal. Ia akhirnya tak tahan untuk menyeka matanya.

Penampilan dahsyat dari Ann dan Nancy Wilson dari Heart, dibarengi oleh Jason Bonham—anak lelaki drummer Zeppelin, almarhum John—itu terjadi pada 2 Desember 2012. Led Zeppelin, band asal Inggris yang dianggap menjadi salah satu pelopor musik heavy metal, menerima penghargaan Kennedy Center Honors. Penerima lain tahun itu adalah Buddy Guy (musikus), Dustin Hoffman (aktor), David Letterman (pembawa acara televisi dan penulis), serta Natalia Makarova (balerina dan koreografer asal Rusia).

Kennedy Center Honors adalah penghargaan tahunan yang diberikan kepada mereka yang dianggap memberikan sumbangsih besar bagi dunia seni, terutama di Amerika Serikat. Meski demikian, tidak semua penerima adalah warga negara AS.

Pencetus acara ini adalah George Stevens. Jr dan Nick Yanoff. Mereka kemudian berembuk dengan Roger L. Stevens, salah satu pendiri Kennedy Center—sebuah pusat kegiatan seni di Washington, yang didirikan untuk menghormati mantan Presiden AS, John F. Kennedy.

Ide awal George Stevens berangkat dari pengamatannya ke negara-negara di Eropa. Menurutnya, di Eropa, selalu ada penghargaan untuk para aktor dan atlet. Menurut George, acara seperti itu sangat penting dilakukan di AS untuk menunjukkan bahwa negara menghargai para senimannya. Penerimanya adalah seniman-seniman yang berkontribusi pada masyarakat.

"Jadi bukan sekadar orang yang kebetulan punya lagu hit di suatu masa. Keinginan kami bukan untuk membuat acara penghargaan biasa. Kami akan membuat yang amat istimewa," ujar George.

Ide penghargaan itu kemudian diteruskan ke stasiun televisi CBS dan menjadi hak siar eksklusif stasiun televisi CBS. Pada 1978, penerima penghargaan pertama adalah Marian Anderson (penyanyi), Fred Astaire (penari, penyanyi, aktor), George Balanchine (koreografer), Richard Rodgers (komposer), Arthur Rubinstein (musikus).

CBS tertarik menayangkan acara ini karena konsepnya yang istimewa, para tamu spesial, dan mereka yang bersedia membayar mahal. Pada 2005, The Washington Post menulis bahwa ada 2.300 penonton yang membayar $6.250 untuk kursi di posisi yang bagus. Penonton acara ini pun banyak. Sejak 2000 hingga 2005, penonton di televisi berkisar antara 7 juta hingga 11 juta. Tamunya juga tak main-main. Sejak 1978, presiden dan ibu negara selalu datang dan memberikan sambutan.

Sejak 1978, acara ini tak pernah sekalipun absen. Ia menjadi salah satu penghargaan bergengsi di AS. Deborah Rutter, Presiden Kennedy Center, mengatakan bahwa penghargaan ini adalah pusat kebudayaan negara. Ia menunjukkan bahwa AS menempatkan para seniman sejajar, sama terhormatnya dengan profesi bermartabat lain. Kennedy Center sendiri setiap tahun mendapat pendanaan dari berbagai sumber, termasuk dari negara bagian.

Penghargaan ini juga menekankan tentang keberagamaan seni. Penerimanya merentang. Dari musisi, penulis naskah, penari, koreografer, hingga pembawa acara televisi. Selain itu, penerima penghargaan juga tidak hanya dari warga AS.

Selain Led Zeppelin yang berasal dari Inggris, ada pula The Who dan Paul McCartney yang berasal dari negara yang sama. Ada pula Sean Connery (Skotlandia), Natalia Makarova (Rusia), dan Seiji Ozawa (Jepang). Tapi tetap saja, ada kritik terhadap seleksi penerima penghargaan ini.

Pada 2013 silam, beberapa tokoh masyarakat Hispanik memprotes Kennedy Center karena dianggap tidak transparan. Mereka menunjukkan bahwa dari 186 penerima penghargaan sejak 1978, hanya ada dua orang Hispanik. Yakni Chita Rivera (aktris dan penari) dan Placido Domingo (penyanyi dan konduktor). Kritik ini membuat panitia merombak sistem seleksi.

Sebelumnya, proses seleksi dilakukan oleh Komite Penasihat Penghargaan Istimewa yang berasal dari Board of Trustees dan penerima penghargaan sebelumnya. Lalu nama-nama dari komite itu akan dipilih oleh Komite Eksekutif Board of Trustees. Setelah tujuh bulan review, ada perubahan cukup besar.

Kennedy Center membolehkan publik untuk menominasikan penerima penghargaan melalui situsweb. Lalu ada juga rekomendasi dari Komite Seniman yang beranggotakan sekitar 70 orang. Selain itu, dibentuk komite penasihat baru beranggotakan enam orang dan bertugas selama lima tahun. Tugas mereka memilih 10 hingga 20 kandidat sebelum komite eksekutif memilih lima penerima penghargaan.

"Proses ini akan meragamkan Komite Seniman dan membawa suara baru dalam proses seleksi, yang akan membawa pengaruh baik," ujar Michael M. Kaiser, Presiden Kennedy Center 2001-2014.

Ada dua rangkaian acara Kennedy Center Honors. Pertama adalah acara khusus untuk undangan yang diadakan hari Sabtu. Di acara itu, akan ada perwakilan dari Departemen Luar Negeri dan pemberian medali—khas, dengan tali warna pelangi. Pada hari Minggu, para penerima ini akan dijamu di Gedung Putih oleh presiden dan ibu negara, dan diikuti oleh upacara pemberian penghargaan serta penampilan bintang tamu (gala performance) di Kennedy Center.

Sebagai acara budaya, Kennedy Center Honors juga tak lepas dari perkara politik. Beberapa orang penerima penghargaan tak mau hadir karena berseberangan dengan presiden. Misalkan saat Mel Brooks menolak penghargaan ini karena kontra dengan kebijakan George W. Bush tentang Perang Irak. Namun, saat Barack Obama naik jadi Presiden pada 2009, ia mau menerima penghargaan.

Pada 2017, Norman Lear, penulis acara televisi dan juga produser, mengatakan mau menerima penghargaan ini tapi akan memboikot upacara di Gedung Putih. Penyebabnya apa lagi kalau bukan protes terhadap Presiden Donald Trump.

"Sebagai seorang seniman dan seorang manusia, aku tidak bisa merayakan penghargaan ini, di Gedung Putih yang penghuninya tidak tertarik untuk mendukung seni dan kemanusiaan," kata legenda televisi berusia 95 tahun ini.

Infografik Kennedy Center Honors

Sebelumnya, Trump memang mengusulkan menghapus Pendanaan Nasional untuk Seni dan Kemanusiaan (National Endowments for the Arts and Humanities). Ide Trump ini dikritik keras oleh banyak seniman, termasuk Lear. Selain itu, 16 anggota Komite Seni dan Kemanusiaan mengundurkan diri sebagai bentuk protes pada Trump. Akhirnya, sang presiden dan Melania akhirnya memutuskan untuk tidak hadir dalam acara penyerahan penghargaan dan gala perfomance.

Untuk pertama kalinya sejak 1978, presiden dan ibu Negara tidak hadir di gala performance Kennedy Center Honors. Sebelumnya, ada tiga presiden yang tidak bisa menghadiri gala performance, tapi masih menyambut penerima penghargaan di Gedung Putih. Yakni Jimmy Carter di 1979, George H.W Bush di 1989, Bill Clinton pada 1994.

Ketidakhadiran Trump jelas dikritik keras. Ia semakin dianggap sebagai Presiden yang tidak punya kepedulian terhadap seni dan budaya, amat berbeda dengan Barack Obama yang memang dikenal sebagai penyuka seni, terutama musik. Meski Trump mengatakan ketidakhadirannya adalah bentuk "dorongan agar menikmati seni tanpa campur tangan politik," tapi itu tak bisa diterima.

Sarah Ruhl, penulis naskah drama dan pengajar di berbagai kampus seni, mengatakan Kennedy Center adalah tempat di mana orang Kiri maupun Kanan bisa setuju bahwa seni menempati peran penting dalam kultur Amerika Serikat, karenanya amat layak diberi perhatian dan penghormatan. Tak hadirnya Trump jelas merupakan tanda bahwa ia tak memperhatikan, apalagi menghormati, seni dan para seniman.

"Trump ingin membuat Amerika menjadi jaya lagi, tapi tanpa menyertakan perbedaan pendapat dan seni. Lalu bisakah seseorang mencapai kejayaan tanpa penghormatan?" kata Ruhl.

Baca juga artikel terkait PEMERINTAHAN DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Humaniora
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Maulida Sri Handayani