tirto.id - Arab Saudi dan koalisinya Uni Emirat Arab (UEA) dituduh merekrut tentara anak di kamp-kamp perekrutan untuk perang Yaman.
Dikutip dari Aljazeera, anak-anak yang direkrut itu berasal dari keluarga miskin di sepanjang perbatasan Saudi. Tentara anak itu ditugaskan untuk melawan kelompok pemberontak Houthi.
Houthi kerap melakukan penyerangan di Ibu Kota, Sanaa dan wilayah lainnya di Yaman sejak 2014.
Oleh sebab itu, pada 2015, Arab Saudi dan UEA membentuk koalisi untuk melawan Houthi. Hal ini menjerumuskan Yaman ke dalam perang yang mematikan.
Perang Yaman mengakibatkan krisis kemanusiaan terburuk. Sekitar 80 persen populasi di Yaman atau 24 juta orang berada diambang kelaparan.
Namun, banyak anak menghadapi kenyataan yang lebih buruk: direkrut oleh pihak yang bertikai untuk bertarung dalam konflik.
Menurut PBB, dua pertiga dari tentara anak-anak di Yaman berperang untuk Houthi. Yang lain berjuang untuk koalisi yang dipimpin Arab Saudi-UEA.
Meskipun Yaman dan Arab Saudi menandatangani protokol internasional yang melarang keterlibatan anak-anak dalam konflik bersenjata pada 2007 dan 2011, pada akhir 2018, Arab Saudi dituduh merekrut anak-anak Sudan dari Darfur untuk berperang atas namanya di Yaman.
Tentara Anak di Yaman
Dalam laporan New York Times, perang di Darfur telah menghancurkan harapan Hager Shomo Ahmed. Perang saudara itu membuat kondisi ekonomi keluarganya diambang krisis.
pada 2016, Arab Saudi menawarkan 10.000 dolar AS agar Hager bergabung dengan pasukan Saudi yang berjuang di Yaman.
Saat itu Hager baru berusai 14 tahun. Ia juga tak mengetahui di mana letak Yaman. Lepas dari perang saudara di Darfur membuat orang tua Hager tak ingin lagi menjerumuskan anaknya ke perang lainnya di Yaman.
"Keluarga tahu bahwa satu-satunya cara agra hidup mereka berubah adalah jika putra-putra mereka bergabung dalam perang dan membawa kembali uang," kata Hager dalam sebuah wawancara pekan lalu di ibukota, Khartoum, beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke-16.
Cerita lainnya datang dari Ahmad al-Naqib yang berusia 16 tahun. Ia berasal dari sebuah desa di selatan Yaman.
Ahmad mengatakan dia dan banyak anak lelaki lainnya direkrut seolah-olah untuk bekerja di dapur unit militer Yaman milik Arab Saudi.
"Kami pergi karena kami diberitahu bahwa kami akan bekerja di dapur dan menghasilkan 3.000 riyal Saudi (800 dolar AS) ... jadi kami percaya mereka dan naik bus," kata Ahmad kepada Aljazeera.
Hager dan Ahmad adalah dua dari ribuan anak yang ditawarkan menjadi tentara anak. Dalam laporan New York Times tersebut, Arab Saudi menggunakan sumber daya minyak untuk merekrut tentara dari Sudan yang sebagian besar merupakan anak-anak.
Dipimpin oleh Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman, Saudi mengatakan mereka berjuang untuk menyelamatkan Yaman dari faksi bermusuhan yang didukung oleh Iran. PBB menyebut perang di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Editor: Agung DH