tirto.id - Seiring dengan meningkatnya permintaan di sektor penyediaan air, Arab Saudi membutuhkan investasi sampai 53 miliar dolar AS lebih (sekitar Rp714 triliun) yang didukung pendanaan swasta.
Pengekspor minyak terbesar di dunia yang pendapatan minyak buminya tahun lalu turun 51 persen akibat anjloknya harga minyak mentah itu kini tengah mendorong peragaman dalam perekonomiannya melalui investasi sektor swasta yang lebih besar dan pengembangan industri-industri baru.
Di antara badan-badan pemerintah yang ditargetkan untuk privatisasi adalah Saline Water Conversion Corporation (SWCC), yang menghasilkan air dengan menghilangkan garam pada air dari pantai-pantai Teluk Arab dan Laut Merah.
Gubernur SWCC Ali al-Hazmi mengatakan instalasi-instalasi pada masa depan akan ditenderkan ke sektor swasta. "Kami sudah menyiapkan semuanya untuk privatisasi," ungkapnya dalam Forum Investasi Air yang digelar pemerintah pada Minggu (27/11/2016).
Kerajaan gurun yang tidak memiliki sungai itu memperoleh sebagian besar airnya lewat proses desalinasi dan sisanya dari sumber-sumber darat. "Ini membutuhkan banyak uang dan banyak investasi modal," kata Mansour Al-Mushaiti, Deputi Menteri dari Kementerian Lingkungan Hidup, Perairan dan Pertanian, kepada forum itu.
"Kami memperkirakan modal kebutuhan modal dalam lima tahun ke depan akan mencapai 200 miliar riyal Saudi (53,3 miliar dolar AS)," imbuhnya seperti diberitakan Antara.
SWCC, yang dibentuk tahun 1974, adalah produsen terbesar air desalinasi di dunia. Badan itu mengoperasikan 28 fasilitas pengolahan dan sebagai bagian dari proses itu juga menghasilkan listrik untuk pembangkit listrik nasional.
Permintaan air di Arab Saudi setiap tahun meningkat lima persen lebih, kata Hazmi pada awal dari forum dua hari tersebut. Pada 2020, kerajaan itu menargetkan 52 persen produksi air desalinasi lewat "kemitraan strategis".
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari