Menuju konten utama

Apakah Musim Hujan Mempengaruhi Penyebaran Virus Corona COVID-19?

Apakah perubahan cuaca dari kemarau ke musim hujan akan memperparah penyebaran COVID-19?

Apakah Musim Hujan Mempengaruhi Penyebaran Virus Corona COVID-19?
Warga menggunakan payung saat hujan mengguyur Stasiun MRT Dukuh Atas BNI, Jakarta, Kamis (13/8/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

tirto.id - Indonesia memasuki musim penghujan. Beberapa daerah di Indonesia tercatat mulai mengalami kebanjiran seperti di sebagian wilayah Yogyakarta, DKI Jakarta, Sukabumi, dan beberapa daerah lain.

Apakah musim hujan yang sudah mulai tiba sekarang ini berpengaruh terhadap penyebaran virus corona COVID-19?

Terkait hal ini, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menjelskan, datangnya musim penghujan di berbagai daerah berisiko terhadap penularan virus Covid-19.

Musim hujan dapat menyebabkan bencana banjir. Kebersihan lokasi pengungsian akan menjaga para pengungsi dari penyakit-penyakit lainnya yang bisa disebabkan oleh musim hujan. Beberapa diantaranya demam berdarah dengue, lepra, tifus, diare dan penyakit kulit.

Ia menjelaskan, semua penyakit ini dapat menurunkan imunitas sehingga masyarakat menjadi rentan tertular Covid-19. Jika tidak memungkinkan menjaga jarak, maka sebisa mungkin pemerintah setempat memastikan adanya sirkulasi udara yang baik, sinar matahari yang cukup dan memastikan kebersihan lokasi pengungsian, demikian dikutip dari laman resmi #SatgasCovid.

Lebih lanjut lagi, masyarakat yang terdampak banjir harus tinggal di lokasi pengungsian sehingga terjadi kerumunan di lokasi-lokasi tersebut. Lokasi pengungsian katanya berpeluang menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

"Namun, kedisiplinan masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat dengan memakai masker, menjaga jarak serta mencuci tangan termasuk menjaga kebersihan dapat menekan potensi penularan tersebut," ujarnya.

Dokter dari RSUD Kota, Tanjung Priok, Siti Rosidah mengingatkan, musim hujan ataupun panas terutama di masa pandemi, dianjurkan untuk tetap waspada dan tetap menjaga kesehatan tubuh.

"Batasi jam kantor, jangan berlebihan. Tidak baik jika lembur atau tidur terlalu malam, mengingat proses detoksifikasi tubuh terjadi pada malam hari oleh organ hati. Oleh karena itu, seseorang yang kurang tidur akan bermasalah dengan proses di heparnya (hati),"ujar Siti Rosidah, sebagaimana yang dilaporkan dari Antara.

Dia juga menambahkan agar tubuh tetap memiliki asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Selain itu, rutin beraktivitas fisik seperti olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang, juga disarankan. Selama pandemi COVID-19 juga penting untuk menjalankan hal-hal yang dapat membangkitkan semangat, mengelola stres, maupun mood atau suasana hati.

Apakah perubahan cuaca dari kemarau ke musim hujan akan memperparah penyebaran COVID-19?

Berdasarkan penelitian Miguel B. Araujo dan Babak Naimi berjudul “Spread of SARS-CoV-2 Coronavirus likely to be constrained by climate”, iklim hangat ataupun dingin berpengaruh pada kecepatan penyebaran virus.

Meskipun virus COVID-19 telah menyebar secara global, penelitian Araujo dan Naimi yang dipublikasikan pada 31 Maret lalu tersebut menunjukan, kasus COVID-19 memiliki pengelompokan di daerah yang relatif dingin dan kering. Sementara itu, SARS yang juga menjadi kasus global 2002 hingga 2003 juga memperlihatkan pola yang sama.

Penelitian ini mengatakan, apabila penyebaran COVID-19 terus mengikuti pola tersebut, bisa disimpulkan bahwa wabah COVID-19 merupakan wabah musiman. Sedangkan, iklim kering ataupun tropis tidak mendukung penyebaran virus.

Sementara itu, Profesor Ilmu Bumi dan Planet di John Hopkins University, Ben Zaitchick sebagai pemimpin dari gugus tugas Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menuturkan bahwa pengaruh iklim terhadap penyebaran COVID-19, masih perlu penelitian lebih lanjut.

Hal tersebut dibutuhkan untuk memastikan ada tidaknya faktor iklim, lingkungan, serta meteorologi yang dapat mempengaruhi penyebaran COVID-19.

Penjelasan lebih lanjut dari WMO dalam sebuah simposium yaitu, publikasi terkait virus SARS-CoV-2 serta penyakit COVID-19 tidak memperlihatkan respons yang kuat dan konsisten terhadap suhu. Hal ini juga termasuk, kelembaban, angin, radiasi matahari ataupun penggerak meteorologi dan lingkungan lain yang dianjurkan.

---------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH