tirto.id - Sebuah rumor yang terus menerus digaungkan pada akhirnya bisa dianggap sebagai kebenaran. Salah satunya adalah rumor soal kode lemak babi berikut ini.
Rumor
Beberapa grup Whatsapp membagi kabar berantai rumor soal jajanan merek tertentu punya kandungan lemak babi. Selain membagi tangkapan layar status orang-orang dari media sosial, kabar berantai itu menyertakan artikel sumber sebagai rujukan. Umumnya rumor ini bersandar pada sebuah unggahan blog.
Tidak lupa, kabar berantai menyertakan teks berpola sama, seperti: “Hanya orang malas yang tidak mau membagikan info penting ini. Stop jajanan Apollo ini. Terbukti mengandung lemak khinzir (babi). Bagi yang muslim jangan konsumsi lagi. Mohon bantu sebarkan."
Benarkah rumor dari kabar berantai itu?
Fakta
Sudah ada klarifikasi dari lembaga pengampu urusan halal soal ini. Rumor soal jajanan produk merk Apollo punya kandungan lemak babi adalah rumor lawas. Tak hanya beredar di Indonesia, rumor sama pernah ramai beredar di Malaysia.
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Bahagian Hab Halal, pernah mengeluarkan pengumuman dan klarifikasi soal itu, pada 22 Oktober 2016. Lembaga tersebut tegaskan produk Apollo keluaran Apollo Food Industries adalah pemegang Sijil Pengesahan Halal Malaysia (sertifikat halal). Perkara kode E yang rumornya bersumber dari babi, lembaga ini menegaskan bahwa tidak semua kode E yang pada produk makanan itu menandakan bahwa makanan tersebut bersumber dari yang haram.
Di Indonesia, Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) telah mengeluarkan surat (PDF) pada 2 Januari 2018. Isinya, berdasarkan hasil audit/penelusuran bahan, MUI memastikan produk jajanan tersebut halal.
Pemberitahuan itu juga mengklarifikasi soal isu kandungan E471 dan E475. Kedua lembaga pengampu urusan halal dari dua negara itu telah memastikan bahwa sekalipun mengandung E471 dan E475, produk tersebut tidak mengandung babi.
Jika sudah ada klarifikasi, lantas mengapa rumor masih langgeng jadi kabar berantai?
Asal Mula: Kabar berantai Kode E dari babi
Rumor soal jajanan produk dari merk Apollo tidak serta-merta ada tanpa kabar soal kode E dari babi.
Soal kode E dari babi itu tertulis jelas dalam artikel-artikel yang berlaku sebagai sumber rujukan rumor. Artikel menyebut nama Dr. M. Anjad Khan yang menulis soal Kod Babi Pada Makanan. Perlu dicatat, ada yang menulis dengan nama Dr. M. Anjad Khan, ada yang menulis Dr. M. Amjad Khanzs.
Dr. M. Amjad Khan menulis sebuah cerita yang berpadu dengan narasi historis dengan tekstur skandal. Intinya, standardisasi penulisan kode E merupakan strategi mengaburkan penulisan lemak babi dalam kemasan makanan.
Artikel menyertakan daftar kode E yang mengandung babi dari Dr. M. Amjad Khan. Jajanan produk Apollo sendiri memuat adanya kandungan E471. Tentu, dengan menggunakan narasi Dr. M. Amjad Khan, pembaca rumor akan berpikiran bahwa jajanan tersebut jelas mengandung babi.
Sumber dari artikel-artikel itu berasal dari sebuah unggahan Facebook yang sudah tidak dapat diakses. Kenyataan ini saja bisa menjadi pijakan untuk meragukan kebenaran cerita itu.
Sementara itu, situsweb ecode.halal-haram.com menyebut nama “Dr M. Amjad Khan” dan merujuk ke sebuah blog soal kandungan babi dan penulisan kode E. Namun, blog tersebut tidak memberi informasi lebih lanjut dan jelas asal-usulnya.
Kode E
Kode E (E-numbers) sendiri adalah kode zat terkait dengan bahan tambahan makanan (aditif makanan) standar di wilayah Uni Eropa. Label tersebut dapat dijumpai di makanan dan telah mendapatkan penilaian dan persetujuan keamanan badan makanan setempat.
Badan POM Indonesia pernah berkomentar bahwa kode E-numbers tidak merujuk pada kehalalan bahan tambahan makanan, melainkan menunjukkan bahan tambahan makanan apa yang digunakan dalam produk pangan.
Bahan tambahan makanan sendiri ada yang dibuat dari bahan nabati/hewani, ada pula dari bahan hasil sintesis bahan kimia. Sementara itu, penentuan halal atau tidaknya jelas akan bergantung dengan lembaga pengampu urusan halal.
Dalam daftar halal certifiering bersumber beberapa negara (PDF), misalnya, beberapa kategori E perlu dibedakan asal sumbernya. Apabila suatu zat aditif berasal dari nabati misalnya, otomatis ia bukanlah zat hewani, termasuk babi. Artinya, tidak serta merta kandungan kategori E hanya berasal dari babi.
Rumor Ini Muncul di Berbagai Forum Online
Narasi Dr. M. Amjad Khan telah muncul di berbagai forum online internet sejak 2003. Bahkan, kabar berantai ini telah mampir di berbagai negara, mulai dari Aljazair, Inggris Raya, Nigeria, hingga Malaysia. Semua narasi tersebut tidak mampu memberikan petunjuk dan informasi lebih lanjut.
2003
Rumor ini muncul di sebuah forum online, menyebut bahwa informasi itu berasal dari Darab-E-Momin Newspaper, yakni dalam artikel yang ditulis oleh Mohammad Khan. Namun, nama media "Darab-E-Momin Newspaper" tidak dapat ditemukan. Nama yang paling dekat adalah “Zarb-E-Momin Newspaper”. Namun, dalam media tersebut tak ada pula artikel yang dapat membantu menjelaskan rumor ini.
2005
Rumor ini muncul di sebuah forum internet Aljazair.
Ia muncul pula dalam portal tanya-jawab Kemusykilan Agama. Sebuah pertanyaan dari pengguna bernama Hishamuddin Hussein menyertakan tulisan "Are we eating pork?" dari Dr. M. Amjad Khan.
Jawaban pun diberikan. Intinya, mereka tidak dapat memberikan keterangan pasti ihwal narasi yang dilontarkan Dr. M. Amjad Khan. Portal ini memberi saran: “Pihak kami tidak memberi kepastian mengenai perkara tersebut. Walau bagaimanapun umat Islam wajar berhati-hati dalam memilih apa saja barangan. Sekiranya berhadapan dengan perkara yang meragukan, kaedah Islam mengesyorkan. Tinggalkan perkara-perkara yang meragukan kepada perkara yang tidak meragukan."
2006
Rumor ini muncul di forum forum online ummah.com.
2009
Rumor ini muncul pada forum internet berbasiskan di Inggris soal makanan halal. Jawabannya serupa dengan jawaban portal Kemusykilan Agama di Malaysia. Intinya, kebenaran dari artikel yang berantai melalui e-mail itu sukar dibuktikan. Mereka pun menyarankan agar tidak melanjutkan pesan artikel itu jika menerimanya.
“[...] The article is highly dramatised, but unfortunately does not back up any of the claims. We regard this email as vastly here say and folklore, unless otherwise backed up with hard facts. If you receive this pig fat E-mail, please do not forward it onto others, as it just dupes more and more people, and it does its rounds [...]”
2009
Rumor ini muncul di forum internet nairaland.com yang berbasiskan di Nigeria.
Profil Dr. M. Amjad Khan Tak Jelas
Sukar memeriksa kebenaran artikel dari Dr. M. Amjad Khan. Bahkan, seperti sudah disebut sebelumnya, dua versi penulisan nama muncul. Ada yang menulis Dr. M. Anjad Khan, ada yang menulis Dr. M. Amjad Khan.
Penelusuran di Google Scholar dengan kata kunci “Amjad Khan” misalnya, salah satunya menemukan sosok Khan dengan latar belakang bidang farmasi dari Kohat University of Science and Technology, Kohat, Pakistan. Ada pula nama “Amjad Pervez Khan” dengan nama tengah Pervez yang merupakan Research Scientist, Harvard Medical School..
Hasil pencarian juga tidak menemukan hasil riset yang merujuk dan serupa dengan artikel berantai soal kandungan kode E pada makanan. Pencarian dilakukan hingga 18 Oktober 2018 pukul 20.00 WIB. Khusus pencarian dengan nama “Anjad Khan” hasilnya jauh lebih susah ditemukan.
Sementara itu, atribusi Amjad Khan yang merujuk ke Medical Research Institute, USA juga mencurigakan. Nama itu terlalu bersifat umum. Artinya, artikel dari Dr. M. Amjad Khan bisa dilihat sebagai rekaan, ketimbang kenyataan.
Kesimpulan
Rumor soal jajanan produk merk Apollo mengandung lemak babi tidak terbukti kebenarannya. Klarifikasi dari lembaga pengampu urusan halal telah menegasikan rumor tersebut. Artinya, informasi ini masuk dalam kategori informasi salah.
Sementara itu, narasi dalam artikel dari Dr. M. Amjad Khan, sampai dengan saat ini pun belum dapat dibuktikan kebenarannya. Narasi yang bergulir sejak 2003 di berbagai negara ini cenderung mengarah pada kesimpulan bahwa narasi tersebut adalah mitos urban semata.
========
Tirto mendapat akses aplikasi CrowdTangle yang menunjukkan sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan bagian dari realisasi penunjukan Tirto sebagai pihak ketiga dalam proyek periksa fakta Facebook.
Editor: Maulida Sri Handayani